Gambar 1. Prinsip-prinsip Syariat Islam
1. Pengertian Pembiayaan
Sebelum membahas tentang pengertian pembiayaan, akan lebih baik dibahas tentang pengertian kredit terlebih dahulu. Kredit menurut etimologi
berarti kepercayaan.
13
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah
13
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998, dan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia
Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ketiga, Edisi Revisi, h.57
P P
R R
I I
N N
S S
I I
P P
H H
U U
K K
U U
M M
M M
U U
A A
M M
A A
L L
A A
T T
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah
boleh kecuali yang dilarang oleh nash.
Tidak melanggar prinsip-prinsip MAGHRIB Tidak melanggar nash yang mengharamkan
2. Muamalat dilakukan
atas pertimbangan
maslahah. 3. Muamalat dilaksanakan untuk memelihara nilai
keadilan 4.
Tasyrik hukum ekonomi Islam bersifat tadarruj, seperti
revenue sharing dan bonus
pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 ayat 11 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bank sebagai pemberi kredit percaya kepada nasabahnya bahwa dalam kurung
waktu yang telah disepakati akan membayar lunas semua pinjamannya dan ditambah dengan bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Sedangkan pengertian pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah
teknisnya aktiva produktif menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening
administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.
14
Menurut UU No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 ayat 12 dijelaskan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
14
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Cet. Kedua, Edisi pertama, h.196
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan akad adalah tujuan dan hukum suatu akad yang disyariatkan untuk tujuan tersebut. Dalam hukum Islam, tujuan akad tidak boleh bertentangan
dengan syariat. Berbedanya akad maka berbeda pula tujuan akad. Seperti tujuan akad jual beli berbeda dengan tujuan akad ijarah, yaitu dalam jual beli tujuannya
ialah memindahkan barang dari penjual ke pembeli sedangkan ijarah bertujuan untuk memberikan manfaat dengan adanya pengganti. Beberapa syarat dalam
tujuan akad, yaitu: a.
Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan
b. Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akad
c. Tujuan akad harus dibenarkan syara’.
15
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi lembaga keuangan. Tujuannya dibagi dalam beberapa hal, yaitu:
15
Gemala Dewi, SH. LL.M., dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, Cet. Kedua, Edisi pertama, h.63
1 Pemilik
Pemilik mengharapkan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
2 Pegawai
Pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.
3 Masyarakat
Masyarakat di sini dibagi dalam beberapa kelompok: a
Pemilik dana Mereka mengharapkan dana yang diinvestasikan akan memperoleh
keuntungan. b
Debitur yang bersangkutan Dengan penyediaan dana bagi debitur, diharapkan mereka dapat
terbantu guna menjalankan usahanya sektor produktif atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya pembiayaan konsumtif.
c Masyarakat umumnya konsumen
Konsumen akan memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. Pembiayaan yang diberikan sebagai sumber dana untuk memenuhi
kebutuhannya.
4 Pemerintah
Dapat membantu dalam pembangunan negara, memperoleh pajak berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga
perusahaan. 5
Bank atau lembaga lain Bagi bank yang bersangkutan mendapatkan kemudahan dalam mengelola
likuiditasnya karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan nasabah yang sesuai dengan syariat Islam. Hasil dari
penyaluran pembiayaan
diharapkan dapat
meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayani.
3. Sumber Dana Pembiayaan
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat. Sehingga
dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, maka suatu bank menjadi tidak berfungsi.
Dana merupakan uang tunai yang dimiliki oleh lembaga keuangan dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.
16
Dana yang dikuasai lembaga keuangan berasal dari para pemilik lembaga tersebut, dari
16
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Cet. Kedua, Edisi pertama, h.49
titipan atau penyertaan dana orang lain pihak ketiga yang sewaktu-waktu akan ditarik kembali, dan juga berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam
kembali pada bank. Dalam konsep konvensional di mana “uang mengembangbiakkan uang”,
tidak peduli uang dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Hal ini berbeda dengan syariat Islam, uang bukan suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat
untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis. Dalam menghasilkan keuntungan harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi baik secara langsung melalui transaksi
seperti perdagangan, indutri manufaktur, sewa menyewa dan lain-lain. Dapat pula secara tidak langsung seperti penyertaan modal.
17
Berdasarkan prinsip tersebut, maka lembaga keuangan syariah dapat memperoleh dana pihak ketiga dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Titipan wadiah simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya
guaranteed deposit tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan. b.
Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko non guaranteed account
untuk investasi umum general investment accountmudharabah mutlaqah
di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
c. Investasi khusus special investment accountmudharabah muqayyadah
di mana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee.
17
Ibid
Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi tersebut.
18
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber dana berasal dari modal inti core capital, kuasi ekuitas mudharabah account dan titipan wadiah atau
simpanan tanpa imbalan non remunerated deposit.
19
Lebih jelasnya digambarkan di bawah ini:
Gambar 2 Sumber Dana di Lembaga Keuangan Syariah
18
Ibid, h.50
19
Ibid
LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH MODAL
TITIPAN WADIAH
INVESTASI MUDHARABAH
INVESTASI KHUSUS MUDHARABAH MUQAYYADAH
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa aspek, diantaranya:
a. Pembiayaan Menurut Tujuan
1 Pembiayaan Produktif
Pembiayaan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi. Dalam pembiayaan produktif dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu pembiayaan modal kerja, digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam meningkatkan produksi secara kuantitatif jumlah hasil produksi dan secara kualitatif maupun hasil produksi. Serta
pembiayaan investasi, digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang- barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
20
2 Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
konsumsi dibedakan atas kebutuhan primer pokok atau dasar dan kebutuhan sekunder tambahan. Kebutuhan primer yang berupa
20
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet. Pertama h. 160
barang seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal. Sedangkan yang berupa jasa seperti pendidikan dasar dan pengobatan.
Kebutuhan sekunder yang berupa barang seperti makanan, minuman, pakaian, perhiasan, bangunan rumah, kendaraan. Sedangkan yang
berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan.
21
b. Pembiayaan Menurut Jangka Waktu
1 Pembiayaan jangka waktu pendek, yaitu pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2
Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3 Pembiayaan jangka waktu panjang, yaitu pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu lebih dari 5 tahun. 5.
Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Prosedur pengajuan pembiayaan adalah cara-cara yang harus dilakukan
dalam rangka pelaksanaan pemberian pembiayaan, setiap pemberian pembiayaan harus dibuatkan suatu perjanjian akad antara lembaga keuangan syariah sebagai
pemberi pembiayaan dan nasabah sebagai pemohon. Dalam perjanjian kontrak pembiayaan dicantumkan segala hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Proses pembiayaan terdiri dari beberapa tahap, yaitu
21
Ibid., h.168
a. Surat Permohonan Pembiayaan
Pengajuan pembiayaan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, waktu pembiayaan, besar limit atau plafon yang diminta, dan sumber
pendapatan untuk pelunasan pembiayaan serta disertai dengan dokumen pendukung seperti identitas pemohon, legalitas, bukti kepemilikan agunan
jika diperlukan. Biasanya untuk pengajuan pembiayaan bukan berbentuk proposal tetapi secarik dokumen biasa. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan masyarakat dalam mengakses. b.
Proses Evaluasi Setelah pengajuan masuk, kemudian dilakukan survey dengan standarisasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Survey dapat selesai standarnya dalam 3 hari. Dalam menilai, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-
hatian serta aspek lain sehingga diharapkan diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat. Dalam UU No. 10 pasal 8 ayat 1 dijelaskan bahwa
dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Pada ayat 2 juga dijelaskan bahwa Bank Umum wjib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan
dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Proses penilaian meliputi:
1 Didasarkan pada kelengkapan dokumen surat permohonan.
2 Proses penilaian oleh pejabat pembiayaan.
3 Format memo atau nota penilaian yang meliputi informasi umum,
aspek legalitas, manajemen, pemasaran, sosial ekonomi, teknis, keuangan, komersiil, agunan atau jaminan, risiko, pertimbangan,
kesimpulan, saran dan keputusan 6.
Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan merupakan langkah untuk realisasi pembiayaan di
lembaga keuangan. Beberapa pendekatan analisis pembiayaan yang dapat diterapkan oleh pengelola LKS, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan jaminan, yaitu bank dalam memberikan pembiayaan selalu
memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam
b. Pendekatan karakter, yaitu bank mencermati secara sungguh-sungguh
terkait dengan karakter nasabah c.
Pendekatan kemampuan pelunasan, yaitu bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil
d. Pendekatan dengan studi kelayakan, yaitu bank memperhatikan kelayakan
usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam
e. Pendekatan fungsi-fungsi bank, yaitu bank memperhatikan fungsinya
sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
22
Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pejabat pembiayaan di lembaga keuangan syariah dimaksudkan untuk menilai kelayakan calon peminjam, menilai
seberapa besar kemampuan dan kesediaan peminjam mengembalikan pembiayaan yang dipinjam, menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan dan
menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Setelah tujuan analisis pembiayaan dirumuskan maka selanjutnya dapat menentukan pendekatan-
pendekatan yang akan digunakan untuk menganalisis pembiayaan. 7.
Pengamanan Pembiayaan Langkah yang dilakukan untuk mengendalikan terjadinya pembiayaan
bermasalah adalah sebagai berikut: a.
Sebelum Realisasi Dalam tahap ini sesuai dengan persetujuan nasabah, bank menutup
asuransi dan atau pengikatan agunan jika diperlukan. Setelah itu baru pembiayaan dapat dicairkan.
b. Setelah Realisasi
Setelah tahap ini, bank selanjutnya memelihara dan memantau pembiayaan. Pada awal pencairan, bank mengarahkan pada pembiayaan
22
Ibid
yang diajukan nasabah dalam permohonannya dan jangan sampai lari dan terjadi hal-hal di luar kesepakatan.
23
C. Pembiayaan Multijasa