Perbedaan Komunikasi Antarpribadi dan Non Komunikasi

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. 46 Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga bernilai pendidikan. Karena didalamnya anak diajarkan sejumlah norma- norma, mulai dari norma agama norma akhlak, norma sosial dan sebagainya. Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting, maka hal ini tidak boleh dianggap sederhana, seperti yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 14 yang berbunyi: FNghK gi Y a= :D \+ ; 6j4 \Ck 4 T \C \lmRT7 O A P= CS   TS2  9 S62  oap O QR CSTU e7 5qR VrX ”Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak- anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Menurut Djamarah percakapan dalam hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar mengenal satu sama lain, melepaskan ketergantungan serta menyampaikan pendapat. 47

1. Perbedaan Komunikasi Antarpribadi dan Non Komunikasi

Antarpribadi 46 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004, cet.ke-1, h. 195. 47 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam , Jakarta: Rineka Cipta, , 2004, cet.ke-1, h. 4. Komunikasi antarpribadi merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. 48 Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil. 49 Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator, mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Komunikasi non-antarpribadi yaitu seseorang yang melakukan prediksinya hanya atas dasar data kultural dan sosiologis. Pada tingkat ini, dalam melakukan prediksi komunikator melakukan generalisasi rangsangan, yakni mencari kesamaan di antara para pelaku komunikasi lainnya. 50 48 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, h. 12. 49 M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, Materi Pokok, IKOM443373SKSModul 1-9 , Jakarta: Universitas Terbuka, 1994, cet. ke-1, h. 4. 50 Ibid, h. 18. Setiap berkomunikasi dengan orang lain, kita melakukan proses prediktif. Setiap kali berinteraksi dengan orang lain timbul pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana sifat orang yang saya ajak bicara? Apakah ia dapat dipercaya? Apa dia menyukai saya? Bagaimana agar dia menyukai saya? Dan sebagainya. Mungkin pada saat memulai berinteraksi, kita menyadari bahwa prediksi kita sebelum salah. Untuk efektifnya komunikasi kita harus membuat prediksi baru dan membuat strategi komunikasi baru yang sesuai dengan prediksi tersebut. Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinbreg 1975 seperti yang dikutip oleh Budyatna dan Nina Mutmainah dalam buku Komunikasi Antarpribadi, bahwa ada tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu: 51 1. Tingkat Kultural Pada analisis tingkat kultural, guna mencapai efek yang diharapkan, komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami kultur, terutama yang bersifat imaterial dari pihak yang diajak berkomunikasi. Dengan mengenal atau menguasai kultur yang imaterial ini, seperti bahasa dan adat istiadat, paling tidak kita mampu untuk berkomunikasi dengan pihak lain. 2. Tingkat Sosiologis Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Pada tingkat ini, prediksi atau 51 Ibid, h. 6-10 prakira yang dilakukan komunikator terhadap reaksi komunikan dapat dilihat dari segi keanggotaan dari kelompok tempat komunikan berada. 3. Tingkat Psikologis Apabila prediksi atau prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat psikologis. Prediksi pada tingkat psikologis ini memerlukan analisis yang cermat dan hati-hati mengenai perilaku orang lain yang pernah melakukan kontak dengan kita sebelumnya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa manusia, di dalam berinteraksi antara satu dan lainnya tentu akan menggunakan suatu alat atau cara untuk menyampaikan sesuatu hal yang kiranya akan berguna atau bermanfaat bagi kedua belah pihak atau kelompok tertentu di dalam berkomunikasi. Oleh karena itu peran komunikasi di dalam menyampaikan sesuatu pesan yang bermanfaat sangat diutamakan bagi hidup dan kehidupan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi secara terus menerus, antara komunikator dan komunikan saling mengetahui tingkat kultural, sosiologis dan psikologis masing- masing. Dan komunikasi non antarpribadi antara komunikator dan komunikan hanya saling mengetahui tingkat kultural dan tingkat sosiologis. Dapat dikatakan juga semakin besar para pelaku komunikasi salin mengenal secara individu satu sama lain, maka komunikasi makin bersifat pribadi. Sebaliknya semakin kecil tingkat pengetahuan individu satu sama lain, maka komunikasi menjadi makin impersonal. 52 Dalam berkomunikasi setiap pelaku komunikasi selalu menggunakan model komunikasi. Ada beberapa model komunikasi yang cenderung banyak dilakukan oleh manusia, yaitu: pasif yaitu antara komunikator dan komunikan keduanya saling menutup diri, agresif-pasif yaitu komunikator lebih terbuka dibandingkan komunikan, pasif-agresif yaitu komunikan lebih membuka diri dibandingkan komunikator dan luwes yaitu kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan saling membuka diri. 53

2. Pola Kontrol Komunikasi PKK dan Manajemen Konflik