Pola Kontrol Komunikasi PKK dan Manajemen Konflik Keluarga

tanpa ada yang ditutupi. Dan model komunikasi tersebut dapat di lihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4 Model Komunikasi Keluarga D + X orang tua pasif-agresif Tipe IV Tipe I luwes - +Y anak pasif-pasif Tipe III Tipe II agresif-pasif - Pada grafik 8 menunjukkan bahwa hubungan orang tua dan D sebagai anak dikarenakan beberapa faktor, yaitu: intensitas komunikasi yang sering dan komunikasi dengan baik menyebabkan kedua belah pihak saling terbuka tentang segala hal.

C. Pola Kontrol Komunikasi PKK dan Manajemen Konflik Keluarga

Komunikasi dapat dikatakan berhasil jika apa yang diperoleh komunikator, paling tidak sebagian, sesuai dengan harapan atau keinginannya semula. Dan semua itu dapat diperoleh dengan melakukan pengendalian lingkungan. Dalam usaha pengendalian lingkungan, setiap individu memiliki dan menggunakan cara, strategi atau teknik yang berbeda-beda. Untuk mengetahui bagaimana PKK dan manajemen konflik yang terdapat dalam empat keluarga, sebagai responden masing-masing individu dalam keluarga baik ayah, ibu dan anak mendapat pertanyaan sebagai berikut: bagaimanakah cara yang bapakibu lakukan dan katakan apabila hendak menyuruh anak bapakibu mengerjakan sesuatu? Apa yang anak bapakibu lakukan apabila ada terjadi kesalahpahaman di antara dalam keluarga? Apakah anda pernah berselisih faham dengan anak anda? Jika ya, apa penyebabnya? Bagaimana sikap anak anda dalam menyelesaikan konflik baik eksternal maupun internal? Dan hasil dari wawancara adalah sebagai berikut: 1. Keluarga pertama Dikarenakan keluarga A adalah keluarga yang termasuk dalam keluarga yang berekonomi atas elit baik ayah maupun ibu A selalu memberikan imbalan berupa hadiah apabila A melakukan apa yang mereka inginkan, misalnya nilai akademik yang bagus. Tetapi jika tidak mereka akan menghukum A dengan cara memberi ancaman misalnya “ kalau tidak bagus nanti uang jajannya dikurangi.” Terkadang ayah dan ibu A selalu berpikiran bahwa anaknya masih kecil dan tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik, jadi akan selalu baik, walaupun pada kenyataannya dia melakukan yang tidak diperbolehkan oleh orang tuanya misalnya sering tidak bilang kalau mau pergi mengunjungi teman laki-lakinya. Strategi-strategi yang digunakan oleh keluarga pertama dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Strategi Komunikasi Keluarga A Kategori Komunikasi Konvergensi Komunikasi Divergensi Ayah-anak Strategi wortel berayun, strategi dunia peri Strategi pedang tergantung Ibu-anak Strategi wortel berayun, strategi dunia peri Strategi pedang tergantung Dari tabel 1 di atas dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh orang tua A adalah stategi wortel berayun, karena semua pekerjaan yang dilakukan oleh A dikarenakan imbalan atau hukuman yang diberikan oleh ayah dan ibunya. Strategi dunia peri pun digunakan oleh orang tua A, karena orang tua selalu melihat bahwa A adalah anak yang jujur di depan mereka, tidak menurut A karena apabila A tidak sepakat dengan apa yang diinginkan ayah dan ibunya A hanya bisa mengiyakan dengan anggukan saja tanpa bisa memberikan pendapatnya. 2. Keluarga kedua Keluarga yang termasuk keluarga yang berekonomi menengah dalam melakukan semua pekerjaannya B selalu didukung oleh orang tuanya dengan memberikan pandangan-pandangan tentang sebab dan akibat apabila melakukan suatu pekerjaan yang diinginkan B, tetapi terkadang baik ayah maupun ibu B memberikan imbalan berupa hadiah seperti membelikan pulsa jika B melakukan hal yang baik. Tetapi jika B tidak mau mengerjakan apa yang diminta orang tua B khusunya ayah, ia akan memberikan hukuman kepada B berupa ucapan-ucapan yang tidak mengenakan hati misalnya “punya anak kok kayak gak punya anak” Dari hasil di lapangan maka strategi yang digunakan dalam keluarga kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Strategi Komunikasi Keluarga B Kategori Komunikasi Konvergensi Komunikasi Divergensi Ayah-anak Strategi katalisator, strategi wortel berayun Strategi pedang tergantung Ibu-anak Strategi katalisator, strategi wortel berayun Strategi katalisator Tabel 2 di atas menyatakan bahwa orang tua B baik ayah maupun ibu menggunakan strategi katalisator dan wortel berayun jika ingin B melakukan sesuatu yang diinginkan orang tua B. Strategi pedang tergantung yang digunakan ayah dan strategi katalisator yang digunakan ibu apabila B tidak mau melakukan perintah orang tua. Jika terjadi konflik internal B terbiasa untuk menghindar atau melarikan diri dari rumah sampai keadaan membaik baru B kembali ke rumah. Tetapi lain halnya jika konflik tersebut adalah konflik eksternal, B akan menyelesaikannya dengan cara meminta pendapat dari orang tuanya ataupun orang lain yang dianggapnya dapat memberikan saran yang baik untuk mencari solusi. 3. Keluarga ketiga Semua perkerjaan yang dilakukan oleh C adalah perintah dari ibunya. Itu semua karena tugas yang telah dibagi atas kesepakatan bersama. Karena keluarga C termasuk keluarga yang berekonomi rendah miskin menurut ibu C ia tidak memberikan imbalan apapun kecuali ucapan “terima kasih” apabila dia melakukan perintahnya. Tapi jika tidak melakukannya ibu C hanya memberikan pandangan-pandangan tentang sebab dan akibat jika C tidak melakukan suatu hal yang diinginkan ibu C. Semua itu berbeda dengan pendapat C yang menyatakan bahwa ibu tidak pernah memberikan imbalan apapun jika ibunya menyuruh mengerjakan sesuatu. Tetapi jika tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh ibu maka ibu akan memberikan ancaman berupa kata-kata yaitu “gimana nanti kalau sudah menikah kalau gak bisa mengerjakan hal yang sepele, pasti malu sama mertua”, dan ancaman itu yang membuat C enggan berkomunikasi dengan ibunya. Dari hasil wawancara yang didapat maka strategi-strategi yang digunakan dalam keluarga ketiga dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Strategi Komunikasi Keluarga C Kategori Komunikasi Konvergensi Komunikasi Divergensi Ayah-anak Strategi dunia peri Strategi pedang tergantung Ibu-anak Strategi katalisator, wortel berayun dan pedang tergantung Strategi katalisator dan dunia peri Tabel 3 diatas menyebutkan bahwa orang tua C lebih khususnya ayah menggunakan strategi dunia peri dalam berkomunikasi dengan anaknya karena jarangnya keberadaan ayah di rumah, jadi selalu menganggap bahwa C adalah anak baik. Jika C membuat kesalahan maka ayah C menggunakan strategi pedang bergantung, yaitu menghukum dengan hukuman yang pantas misalnya karena nilai akademik C jelek C dihukum harus belajar dan tidak boleh bermain oleh ayah dan ibunya. Berbeda dengan ibu C yang menggunakan strategi katalisator yaitu memberikan pandang-padangan sebab dan akibat dari sebuah pekerjaan, strategi wortel berayun yaitu memberikan imbalan berupa ucapan “terima kasih” dan strategi pedang tergantung apabila tidak mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh ibunya berupa ancaman-ancaman. Dalam menyelesaikan konflik internal maupun eksternal C selalu ingin cepat menyelesaikannya dan tidak mau ditunda-tunda. Jika orang tua C khususnya ibu lebih baik diam daripada harus bertengkar dengan anak. 4. Keluarga keempat Walaupun keluarga D termasuk keluarga yang berekonomi menengah, di dalam keluarga ini masing-masing individu baik ayah, ibu dan anak dapat saling mengendalikan lingkungan. Karena respon yang diberikan terhadap pesan yang disampaikan pelaku komunikasi ayah, ibu dan D sebagai anak selalu positif walaupun pesan yang disampaikan kadang tidak dipahami seutuhnya. Begitu juga dalam menyelesaikan konflik, masing-masing individu mengakui kesalahan yang diperbuat dan menyelesaikan dengan cara mencari solusi yang terbaik. Semua itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Startegi Komunikasi Keluarga D Kategori Komunikasi Konvergensi Komunikasi Divergensi Ayah-anak Startegi katalisator Strategi katalisator Ibu-anak Strategi katalosator Strategi katalisator Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa sepakat atau tidak sepakatnya pelaku komunikasi dalam keluarga keempat ini selalu menggunakan strategi katalisator, yaitu dengan cara memberikan beberapa pandangan tentang sebab dan akibatnya apabila ingin melakukan suatu pekerjaan dan mengutarakan apa yang menjadi harapan ayah, ibu dan D dapat direalisasikan oleh anggota keluarga lainnya tanpa harus ada paksaan dengan memberikan imbalan atau hukuman.

D. Gaya Kognitif dan Kecakapan Empatik Keluarga