23
4. Sebagaimana perkosaan diatur diluar perkawinan, unsur paksaan pada
pemerkosaan dalam perkawinan seringkali sulit dibuktikan secara fisik.
28
Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan seksual yang terjadi dalam relasi antara suami isteri, maka yang berlaku adalah delik
aduan. Dimana korban itu sendiri yang melaporkan secara langsung kepada kepolisian, atau memberi kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk
melaporkannya.
B. Macam-macam Pemerkosaan
Perbedaan antara pemerkosaan didalam dan diluar perkawinan hanyalah terletak pada ada atau tidaknya status perkawinan antara pelaku dan korban. Oleh
karena itu, semua bentuk pemerkosaan diluar perkawinan dapat pula terjadi didalam perkawinan. Steven Bek dalam bukunya Power, Crime, Wistification, sebagaimana
dikutip oleh Nur Rofiah, membagi jenis perkosaan menjadi lima, yaitu: 1.
Sadistic Rape Yaitu perkosaan dimana pelaku menikmati kesenangan erotik bukan melalui
hubungan seksual, melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban. Contohnya: isteri yang suaminya mengalami gangguan kejiwaan
dan kelainan seks.
28
Nur Rofiah, Larangan Islam atas Perkosaan dalam Perkawinan, h.4.
24
2. Anger Rape
Yaitu perkosaan dimana pelaku menganiaya secara seksual dengan menjadikan korban sebagai objek untuk melampiaskan perasaan geram dan marah
yang tertahan. Contohnya: suami mendapatkan tekanan di tempat kerjanya atau bermasalah dengan saudara isteri, dan amarahnya itu dia lampiaskan terhadap
isterinya. 3.
Domination Rape Yaitu perkosaan dimana pelaku menganiaya secara seksual untuk
menunjukkan superioritas atas korban. Contohnya: isteri yang kedudukan ekonomi, intelektual dan sosialnya lebih rendah dari suami.
4. Sudektive Rape
Yaitu perkosaan yang terjadi setelah pelaku dan korban sama-sama menciptakan situasi meransang, namun karena alasan tertentu, seperti tidak siap
untuk hamil, korban tetap tidak menghendaki persetubuhan. Contohnya: isteri yang belum siap hamil dikarenakan masalah ekonomi, kesehatan fisik atau masalah
kejiwaan isteri yang tidak memungkinkan. Isteri yang sebenarnya hanya ingin bermesraan dengan suami. Karena suami terangsang akhirnya memaksa isteri untuk
melakukan persetubuhan. 5.
Exploitation Rape Yaitu perkosaan yang terjadi dimana pelaku diuntungkan oleh lemahnya
posisi korban. Contohnya, ketika korban tergantung secara ekonomi maupun sosial
25
pada pelaku, juga suami yang diuntungkan oleh tidak adanya perlindungan hukum bagi isteri yang diperkosa oleh suami
29
. Nurul Ilmi Idrus dalam sebuah penelitiannya, membagi macam-macam
pemerkosaan dalam rumah tangga, yaitu: 1.
Hubungan seksual dengan ancaman. Yaitu berhubungan seksual denagan cara mengancam dengan senjata tajam
tapi tidak melukai, atau dengan kekerasan psikologis dan ancaman sosial, misalnya dengan cara mencaci-maki yang menimbulkan penghancuran kepribadian.
2. Hubungan seksual dengan paksaan.
Yaitu berhubungan seksual dengan cara memukul atau menghempaskan korban ketempat tidur apabila korban menolaknya atau pemaksaan hubungan seksual
berkali-kali dalam waktu yang bersamaan akan tetapi korban tidak menyanggupinya. 3.
Hubungan seksual dengan pemaksaan selera sendiri Yaitu pemaksaan hubungan seksual sesuai selera yang tidak disukai korban,
misalnya, korban dipaksa melakukan anal seks memasukkan venis kedalam anus, atau oral seks memasukkan venis kedalam mulut.
4. Hubungan seksual dibawah pengaruh obat-obat terlarang dan minuman keras.
Yaitu sebelum melakukan hubungan seksual suami atau isteri memakai obat- obatan atau minuman keras sehingga akal dan pikiran mereka tidak sadar ketika
melakukan hubungan tersebut atau bahkan timbul prilaku-prilaku yang tidak normatif dalam berhubungan
30
.
29
Nur Rofiah, “Larangan Islam atas Perkosaan dalam Perkawinan”, h.2.
30
Nurul Ilmi Idrus, “Marital Rape: Kekerasan Seksual dalam Perkawinan” h.59-64.
26
C. Sebab Pemerkosaan dan Dampaknya C.1. Sebab pemerkosaan dalam rumah tangga