49
Jumhur ulama termasuk Malikiyyah, Syafi’iyyah, Hanabilah menyatakan bahwa talak termasuk hal yang di izinkan, tetapi lebih baik bila tidak melakukannya
kecuali jika terpaksa, karena akan merusak hubungan kasih sayang. Karena itu, menurut mereka hukum talak dapat berubah menjadi haram, makruh, wajib, dan
sunnah.
2. Khuluk
Khuluk yang dibenarkan dalam hukum Islam tersebut berasal dari kata khala’a ats-tsauba
yang berarti menanggalkan pakaian. Hal ini karena perempuan sebagai pakaian laki-laki dan laki-laki pun pakaian perempuan.
9
Sedangkan menurut istilah syara’, khuluk adalah akad yang dilakukan oleh suami istri untuk membebaskan istri dari pernikahan dengan syarat istri
membayarkan sejumlah harta, lalu suami menolaknya atau mengkhuluknya. Bisa berarti khuluk adalah tebusan yang diberikan oleh istri supaya suami
menceraikannya.
10
Khuluk merupakan penghormatan hukum Islam terhadap seorang istri dengan memberi jalan kepadanya yang menghendaki perceraian dengan mengajukan khuluk
sebagaimana hukum Islam memberi jalan kepada suami untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak.
Adapun dasar hukum disyariatkannya khuluk ialah firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 229:
9
. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 3, cet I, Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006, h. 190.
10
. M. Abdullah Mujied dkk, Kamus Istilah Fiqih, cet III, Jakarta; Pustaka Firdaus, 2002, h. 163-164.
50
⌧ …. ☺
.... .
Artinya: “….Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh
isteri untuk menebus dirinya …..”
Hadits Nabi yang diriwayatkan al-Bukhari dan an-Nasa’i dari Ibnu Abbas yang berkata: “Istri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada Rasulullah SAW,
sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak ingin menjadi kafir dari ajaran Islam akibat terus hidup bersama
dengannya’. Rasulullah saw bersabda, ‘Maukah kamu mengembalikan kebunnya Tsabit, suaminya?’ Ia menjawab, ‘Mau’. Rasulullah SAW bersabda, ‘Terimalah
Tsabit kebun itu dan talaklah ia satu kali’.” Dengan demikian, bila istri merasa khawatir suami tidak menunaikan
kewajibannya yang telah ditetapkan oleh syariah dalam perkawinan mereka, maka istri dapat melepaskan diri dari ikatan perkawinan mereka dengan menyerahkan
kembali seluruh atau sebagian dari harta kekayaan yang dulu diterima dari suaminya Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnahnya mengatakan bahwa khuluk hanya boleh
dilakukan bila ada alasan yang benar. Antara lain karena suami cacat badan, berakhlak buruk, atau tidak memenuhi kewajibannya. Sedangkan istri khawatir akan
melanggar hukum Allah. Dan apabila tidak ada alasan yang cukup kuat, maka haram hukumnya bagi istri melakukan khulu’.
11
11
. Taufik Abdullah, Op, Cit, h. 94.
51
Di Indonesia, khuluk biasanya dikaitkan dengan taklik talak atau dengan perjanjian talak yang diucapkan oleh suami disaat melangsungkan akad nikah
berlangsung. Inti perjanjian itu adalah persetujuan pihak suami untuk menjatuhkan talaknya, apabila taklik talak itu dilanggar oleh pihak suami. Oleh karena itu, di
dalam KHI Pasal 116 bagian g, “pelanggaran terhadap taklik talak bias dijadikan alasan oleh istri untuk mengajukan gugatan cerai kepada Pengadilan Agama.
Konsekuensi hukum yang ditimbulkan oleh khuluk berbeda dengan talak yang dijatuhkan oleh suami secara bertahap. Apabila seorang istri telah mengkhuluk
dirinya, maka secara hukum suami tidak berhak merujuki istrinya, meskipun istrinya bersedia kembali ‘iwad tebusan yang telah diberikan kepada suami sebagai syarat
terjadinya khuluk. Namun suami bisa kembali kepada bekas istrinya dengan syarat diadakannya akad nikah baru tanpa adanya muhallil.
12
3. Zihar