Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah pernikahan, setiap pasangan suami istri selalu mendambakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Karena tujuan pernikahan ialah membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang kekal tentu harus didasari oleh rasa kasih sayang dan saling pengertian antara suami dan istri. Akan tetapi pada kenyataannya banyak terlihat fenomena-fenomena di masyarakat, sering terjadi pertengkaran antara suami istri yang mungkin karena masalah kecil seperti, tidak saling memahaminya antara pihak, sehingga menimbulkan perceraian talak, yang tidak disukai oleh Allah SWT. Dalam setiap perceraian pasti ada alasan yang menjadi faktor penyebabnya. Dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak terjadi perceraian akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau yang sering disebut KDRT. Ada pun pengelompokan dari kekerasaan dalam rumah tangga yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis dan kekerasan seksual. Dalam istilah yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini, kekerasan seksual bisa juga disebut, marital rape, pemerkosaan dalam perkawinan, pemerkosaan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk pembahasan ini, kami memfokuskannya dalam istilah pemerkosaan dalam rumah tangga saja. 1 2 Pemerkosaan dalam rumah tangga adalah hal yang masih belum banyak dikenal oleh sebagian masyarakat. Mungkin hal ini didasari oleh kebiasaan dan kultur budaya di sebagian masyarakat Indonesia yang belum memahami secara jelas apa itu pemerkosaan dalam rumah tangga. Pada dasarnya pemerkosaan ialah suatu bentuk kekerasan seksual yang dialami oleh laki-laki atau perempuan. Kekerasan seksual ini bisa dilakukan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya. Namun yang umum terjadi pelakunya adalah lelaki 1 . Perkosaan merupakan perbuatan memaksa dalam melakukan hubungan senggama, baik dengan cara persuasif maupun represif. Singkat kata, perkosaan adalah persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, antara laki-laki dengan laki-laki homoseksual, perempuan dengan perempuan lesbian, yang dilakukan tidak atas dasar kesukarelaan dan sarat dengan pemaksaan. Perkosaan bisa diidentifikasi setidaknya menjadi empat macam yaitu: Pertama, perkosaan dilakukan oleh orang yang dikenal oleh korban, bisa teman, pacar, rekan kerja, anggota keluarga maupun tetangga. Namun bukan berarti tertutup kemungkinan perkosaan dilakukan oleh orang asing yang tidak dikenal korban. Kedua, perkosaan saat kencan. Perkosaan yang dilakukan oleh pacar atau teman dekat saat sedang kencan. Ketiga, perkosaan dengan ancaman halus. Perkosaan yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada korban. Seperti majikan terhadap pembantu, atasan terhadap 1 Mahyuddin Abdusshomad, ”Perkosaan dalam Rumah Tangga?”, artkel diakses pada 20 September 2009 dari httpwww.rahima.or.id. 3 bawahan, guru terhadap murid, polisi terhadap tahanan dan lain sebagainya. Dan, biasanya, perkosaan itu dilakukan dengan cara bujuk rayu, mengumbar janji dan tipu muslihat. Keempat, perkosaan dalam perkawinan. Perkosaan yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau mungkin juga sebaliknya, dengan cara memaksa untuk minta dilayani melakukan hubungan badan, tanpa melihat dan mempertimbangkan kesediaan dan kesiapan pasangannya 2 . Perkosaan dalam perkawinan atau lazim juga disebut dengan marital rape dalam kebiasaan dan budaya hubungun seksual di Indonesia relatif tidak begitu populer. Perkosaan diasumsikan dengan perbuatan cabul seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara memaksa untuk melampiaskan dorongan hawa nafsu seks. Perbuatan itu dilakukan tidak dengan kesediaan dan juga tidak dalam konteks rumah tangga. Terlihat sekali bahwa definisi perkosaan mengalami reduksi. Dan perkosaan dalam rumah tangga tidak dimasukkan dalam kategori perbuatan ini. Maka dari itu, perkosaan dalam rumah tangga masih tergolong kontroversial. Walaupun demikian, dewasa ini ada di antara kaum perempuan Indonesia cukup gigih untuk memperjuangan wacana bahwa jika suami yang memaksa istri melayani nafsu birahinya padahal istri tidak bersedia melakukannya dengan sukarela dengan alasan isteri mempunyai uzur, maka hal itu termasuk perkosaan 2 Adrina Taslim et.al,: 30-33, “Pemerkosaan dalam Rumah Tangga”, artikel di akses pada 11 September 2009 dari www.rahima.or.id 4 dalam rumah tangga. Pemekaran definisi tersebut berangkat dari rumusan bahwa segala hubungan seksual yang ditandai dengan pemaksaan adalah perkosaan. Menyikapi permasalahan pemerkosaan dalam rumah tangga sebagai alasan perceraian, dan bagaimana Fikih dan Undang-Undang menanggapinya dan adakah solusi tentang penanggulangan dan penyelesaiannya. Maka untuk itu, penulis tertarik untuk membahas masalah ini dengan penelitian skripsi berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMERKOSAAN DALAM RUMAH TANGGA SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN” .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah