43
dua, dari dua menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu yang terjadi dalam talak raji’.
b. Macam-macam Talak
Ditinjau dari segi dijatuhkannya, talak dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1.
Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah Rasulullah SAW. Dikatakan sunni jika memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Istri yang ditalak sudah pernah digauli, bila talak dijatuhkan terhadap istri
yang belum pernah digauli, maka tidak termasuk talak sunni. b.
Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak, yaitu dalam keadaan suci dari haid. Menurut ulama Syafi’iyyah, perhitungan iddah
bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci, bukan tiga kali haid. Talak terhadap istri yang telah lepas haid menopause atau belum pernah haid,
atau sedang hamil, atau ketika istri sedang haid, semuanya tidak termasuk dalam kategori talak sunni.
c. Talak dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci, baik dipermulaan,
dipertengahan, maupun diakhir suci, walaupun beberapa saat lalu datang haid.
d. Suami tidak pernah menggauli istri selama masa suci dimana talak itu
dijatuhkan.
3
2. Talak Bid’i, yaitu talak yang dijatuhkan tidak atau bertentangan dengan
tuntutan sunnah dan tidak memenuhi syarat-syarat talak sunni.
3
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet I Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 192.
44
Yang termasuk talak bid’i: a.
Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid, baik dipermulaan haid maupun dipertengahannya.
b. Talak yan dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah digauli
oleh suaminya dalam keadaan suci yang dimaksud. 3.
Talak la sunni wa la bid’i, yaitu talak yang tidak termasuk kategori talak sunni dan tidak pula termasuk talak bid’i yaitu:
a. talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli.
b. talak yang dijatuhkan terhadap istri yang pernah haid, atau istri yang telah
lepas haid. c.
talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.
4
Adapun talak ditinjau dari tegas atau tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Talak sharih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan
tegas. Talak dengan kata-kata yang jelas misalnya mencakup perkataan seperti: talak, firaq, dan sarah. Demikianlah pendapat Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad seperti disebutkan dalam al-Qur’an. Adapun beberapa contoh talak sharih sebagai berikut:
• engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai sekarang juga • engkau saya firaq sekarang juga, engkau saya pisahkan sekarang juga
• engkau saya sarah sekarang juga, engkau saya lepaskan sekarang juga
4
Ibid , h. 193.
45
2. Talak kinayah, yaitu talak dengan memggunakan kata-kata sindiran atau
samara, seperti suami berkata pada istrinya: • Engkau sekarang telah jauh dari diriku
• Selesaikan sendiri segala urusanmu • Janganlah engkau mendekati aku lagi
Mengenai kedudukan talak dengan kata-kata kinayah ini, bergantung kepada niat si suami. Artinya, jika suami dengan kata-kata tersebut bermaksud menjatuhkan
talak, maka jatuhlah talak itu, dan jika suami dengan kata-kata tersebut tidak bermaksud menjatuhkan talak, maka talak tidak jatuh.
5
Kemudian jika kita tinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan bekas suami merujuk kembali bekas istri, maka talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Talak Raji’, yaitu talak dimana suami masih memiliki hak untuk kembali kepada istrinya rujuk sepanjang istrinya tesebut masih dalam masa iddah. Salah satu
diantara syaratnya adalah bahwa si istri sudah pernah digauli, sebab istri yang dicerai sebelum dicampuri tidak mempunyai masa iddah, berdasarkan firman
Allah SWT yang berbunyi: ☺
☺ ☺
☺ ☺
☯ ⌧
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
5
Ibid, h. 196.
46
mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah dan lepaskanlah
mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”.
Adapun syarat lainnya adalah, talak tersebut tidak menggunakan uang pengganti dan tidak termasuk syarat untuk melengkapi talak tiga.
6
Setelah terjadi talak raj’i maka istri wajib beriddah, dan apabila dikemudian hari suami ingin kembali kepada bekas istrinya sebelum berakhir masa iddahnya,
maka hal itu dapat dilakukan dengan menyatakan rujuk, tetapi jika dalam masa iddah tersebut bekas suami tidak menyatakan rujuk terhadap bekas istrinya, maka
dengan berakhirnya masa iddah tersebut, maka kedudukan talak berubah dari talak raj’i berubah menjadi talak ba’in. dan bila sesudah berakhirnya masa iddah
itu suami ingin kembali, maka wajib hukumnya melakukan akad nikah baru dan dengan mahar yang baru pula. Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan
kedua saja, hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 229:
⌧ .....
Artinya: “Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” Ayat ini memberi makna bahwa talak yang disyariatkan Allah ialah talak yang
dijatuhkan oleh suami satu demi satu, tidak sekaligus, dan bahwa suami boleh memelihara kembali bekas istrinya setelah talak pertama dengan cara yang baik,
6
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, terj. Dari Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Khamsah. Jakarta: Lentera, 2005, cet Ke-15, h.451.
47
dan demikian juga dengan talak yang kedua. Arti memelihara kembali inilah yang disebut dengan merujuknya dan mengembalikannya ke dalam ikatan perkawinan
dan berhak mengumpulinya dengan cara yang baik. Hak merujuk hanya terdapat dalam talak raj’i.
2. Talak Ba’in, yaitu talak yangi tidak memiliki hak untuk rujuk kepada wanita yang ditalaknya. Mengenai talak ba’in ini. Para fuqaha telah sependapat bahwa talak
tersebut karena belum ada pergaulan, karena adanya bilangan tertentu, dan karena adanya penerimaan ganti pada khulu’, meski masih diperselisihkan diantara
fuqaha, apakah khulu’ itu talak atau fasakh.
7
Talak ba’in terbagi menjadi dua macam, yaitu: a.
Talak Ba’in Sughra, adalah talak ba’in yang menghilangkan pemilikan bekas suami untuk kawin kembali dengan bekas istri. Artinya, bekas
suami boleh mengadakan akad nikah baru dengan bekas istri, baik dalam masa iddahnya maupun sesudah berakhir masa iddahnya.
b. Talak Ba’in Kubra, yaitu talak tiga dimana dalam talak tersebut suami
tidak bisa rujuk kembali kepada bekas istrinya dan tidak boleh menikah kembali, kecuali bekas istri tersebut telah menikah dengan laki-laki lain,
dan telah bercampur dengan laki-laki tersebut, kemudian diceraiakan laki- laki tersebut, serta masa iddahnya juga telah habis dengan laki-laki
7
Abdurrahman Haris Abdullah, Ibnu Rusyd: Bidayatul Mujtahid, terj, , cet I, Semarang: Asy-Syifa,1990, h. 447.
48
tersebut. Dan hal ini tidak boleh disengaja atau dibuat-buat. Akan tetapi hal ini harus berjalan dengan sendirinya.
c. Hukum menjatuhkan talak