Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata di Kabupaten Situbondo

Rengganis dan Situs Cikasur di Gunung Argopuro serta wisata Pantai Pathek dan pertanian terpadu. Namun Obyek Wisata Puncak Argopuro atau puncak Dewi Rengganis dan Situs Cikasur perlu diperbaiki lagi aksesibilitasnya yang masih rendah dan perlunya ada penjaga atau juru kunci situs ini. Sedangkan wisata Pantai Pathek dan pertanian terpadu, saat ini masih dalam proses pengembangan. Maka pemerintah kabupaten bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Situbondo perlu menggarapnya dengan serius, sehingga akan menjadi brand image baru bagi pariwisata Kabupaten Situbondo.

4.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata di Kabupaten Situbondo

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Situbondo mayoritas memiliki nilai rata-rata cukup. Sektor primary basic sebagai faktor regulasi pemerintah yang paling dominan karena nilainya paling tinggi dibandingkan sektor secondary basic motivasi dan secondary basic persepsi. Sehingga apabila Pemerintah Kabupaten Situbondo hendak memformulasikan suatu regulasi terkait sektor pariwisata Kabupaten Situbondo, disarankan untuk dimulai dari aspek primary basic yang kemudian dilanjutkan dengan aspek secondary basic motivasi dan persepsi. Hal ini dikarenakan peran primary basic sebagai dasar pembentuk citra kota pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi dan persepsi masyarakat untuk berkunjung ke Kabupaten Situbondo. Adapun sektor yang lebih unggul dibanding lainnya adalah kriteria place, people , potential, motivasi kebudayaan, motivasi pribadi dan persepsi atraksi yang memiliki nilai lebih baik dibandingkan yang lain. Oleh sebab itu sektor primary dapat menjadi sektor unggulan. Sektor primary perlu dikembangkan sesuai dengan motivasi dan persepsi pengunjung. Pengunjung secara motivasi tertarik dengan objek pariwisata yang memiliki nilai kebudayaan yang tinggi serta objek wisata yang dapat dijadikan tempat untuk berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga atau teman. Sedangkan secara persepsi, masyarakat menyukai objek wisata yang menawarkan beragam atraksi baik yang bersifat seni seperti atraksi- atraksi seni apa yang disuguhkan atau menjadi ciri khas seni budaya Situbondo, serta hiburan yang bersifat edukatif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Chaerini 2011 yang menyatakan bahwa variabel city image bisa dijelaskan oleh variabel city branding. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di luar city branding. Dengan kata lain, pemilihan Kabupaten Situbondo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal, tidak hanya dilakukan berdasarkan elaborasi mengenai potensi dan fasilitas yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo. Penduduk dan wisatawan tidak memiliki preferensi khusus terhadap Kabupaten Situbondo hanya karena city branding yang baik, adanya event kebudayaan yang dilaksanakan secara rutin, dan kemudahan akses pemenuhan kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas responden memiliki pencitraan khusus terhadap Kabupaten Situbondo karena adanya faktor-faktor diluar city branding. Bisa dikatakan, target audience juga memiliki kecenderungan untuk menggunakan zona peripheral dalam menerima pesan mengenai city branding. Perlu adanya sinergi dengan advertising, sales promotion, dan public relations agar media promosi lebih banyak dan upaya branding Kabupaten Situbondo mampu memotivasi target audience untuk berkunjung dan merekomendasikan Situbondo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal.

4.2.3 Formulasi strategi pengembangan sektor pariwisata Kabupaten