Analisis AHP Hasil Penelitian

Rotated Component Matrix adalah nilai loading factor dari setiap variabel. loading factor adalah besarnya korelasi antara faktor score dan variabel tersebut. Indikator motivasi fisik masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 1 yaitu 0,661. Indikator motivasi kebudayaan masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 1 yaitu 0,592. Indikator motivasi pribadi masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 1 yaitu 0,719. Indikator motivasi status dan prestise masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 1 yaitu 0,764. Kemudian indikator persepsi atraksi masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 2 yaitu 0,809. Indikator persepsi aksesibilitas masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 2 yaitu 0,892. Indikator persepsi amenitas masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 2 yaitu 0,878. Indikator persepsi pengelola masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki nilai korelasi antar variabel lebih tinggi dibanding faktor 2 yaitu 0,830. Berdasarkan pengelompokkan 2 faktor yang ada, maka faktor 1 diberi nama persepsi wisatawan dan faktor 2 diberi nama motivasi wisatawan.

4.1.7 Analisis AHP

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis faktor ekspolaratori karena dalam penelitian ini terdapat banyak indikator yang perlu untuk diteliti kembali kesignifikanannya terhadap motivasi dan persepsi pengunjung terhadap citra kota yang terkait dengan city branding pariwisata di Kabupaten Situbondo. Sehingga nantinya akan menghasilkan data yang mampu diinterpretasikan secara valid dan realiabel. Tahap ini dilakukan untuk menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. Dari hasil analisis yang ada diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.25 Total Weighted Evaluation Faktor Primary Primary Factor evaluation Weight Sum People 0,28 2,23 0,6244 Place 0,33 1,95 0,6435 Potential 0,15 1,30 0,1950 Presence 0,12 0,69 0,0828 Pre-requisite 0,09 0,46 0,0414 Pulse 0,04 0,19 0,0076 Sumber: Lampiran 3, 2015. Berdasarkan Tabel 4.25, maka terpilih place sebagai faktor primary basic yang paling dominan karena nilainya paling tinggi yaitu 0,6435. Faktor people senilai 0,6244, potential senilai 0,1950, presence senilai 0,0828, pre-requisite senilai 0,0414 dan senilai pulse 0,0076. Tabel 4.26 Total Weighted Evaluation Faktor Secondary Secondary Factor Evaluation Weight Sum Kebudayaan 0,24 2,51 0,6024 Pribadi 0,21 2,27 0,4767 Atraksi 0,23 1,63 0,3749 Fisik 0,10 1,17 0,1170 Pengelola 0,07 0,78 0,0546 Prestise 0,07 0,57 0,0399 Amenitas 0,04 0,42 0,0168 Aksesibilitas 0,04 0,07 0,0028 Sumber: Lampiran 3, 2015. Berdasarkan Tabel 4.26, maka terpilih motivasi kebudayaan sebagai faktor secondary basic yang paling dominan karena nilainya paling tinggi yaitu 0,6024. Faktor motivasi pribadi senilai 0,4767, persepsi atraksi-atraksi senilai 0,3749, motivasi fisik senilai 0,1170, persepsi organisasi pariwisata pengelola senilai 0,0546, motivasi status dan prestise senilai 0,0399, persepsi amenitas senilai 0,0168 dan persepsi aksesibilitas senilai 0,0028. Tabel 4.27 Total Weighted Evaluation Regulasi Pariwisata Regulasi Pariwisata Factor Evaluation Weight Sum Primary basic 0,47 1,63 0,7661 Secondary basic motivasi 0,43 1,15 0,4945 Secondary basic persepsi 0,10 0,29 0,0290 Sumber: Lampiran 3, 2015. Berdasarkan Tabel 4.27, maka terpilih primary basic sebagai faktor regulasi pemerintah yang paling dominan karena nilainya paling tinggi yaitu 0,7661. Faktor motivasi senilai 0,4945 dan persepsi senilai 0,0290. Sehingga apabila Pemerintah Kabupaten Situbondo hendak memformulasikan suatu regulasi terkait sektor pariwisata Kabupaten Situbondo, disarankan untuk dimulai dari aspek primary basic yang kemudian dilanjutkan dengan aspek secondary basic motivasi dan persepsi. Hal ini dikarenakan peran primary basic sebagai dasar pembentuk citra kota pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi dan persepsi masyarakat untuk berkunjung ke Kabupaten Situbondo. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Faktor-faktor