Competitive Advantage Landasan Teori

kebijakan regional memerlukan kekuasaan lebih banyak di tangan pemerintah dibanding swasta. Sehingga batas-batas daerah perencanaan lebih jelas dibandingkan dua konsep sebelumnya. Di Indonesia sendiri menggunakan konsep ketiga dimana daerah administrasi pemerintah dibatasi atas nasional, propinsi, kabupatenkota sebagai batas regionalnya.

2.1.5 Competitive Advantage

Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi penerimaan dari investasi yang dilakukan. Sekurang-kurangnya ada dua prinsip pokok yang perlu dimiliki perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yaitu adanya nilai pandang pelanggan dan keunikan produk. Berdasarkan teori Heckscher-Ohlin yang mendasarkan perdagangan internasional pada ketersediaan faktor pendorong seperti lahan, tenaga kerja, modal, kewirausahaan dan penguasaan teknologi. Negara akan memproduksi suatu barang lalu mengekspor jika ketersediaan faktor produksi untuk barang tersebut lebih banyak, sebaliknya keterbatasan faktor produksi untuk memproduksi suatu barang oleh negara dilakukan proses mengimpor Ajami, 2006:65. Keunggulan kompetitif adalah suatu keunggulan yang dapat dikembangkan, keunggulan ini harus diciptakan untuk dapat memilikinya. Jadi, keunggulan kompetitif suatu komoditi atau sektor ekonomi terbentuk dengan kinerja yang dimilikinya sehingga dapat unggul dari komditi atau sektor ekonomi lainnya. Konsep keunggulan kompetitif pertama kali dikembangkan oleh Porter 1990 dengan empat faktor utama yang menentukan daya saing yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, serta kondisi strategi, struktur perusahaan dan persaingan. Selain keempat faktor tersebut, ada dua faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu peran pemerintah dan peran kesempatan. Secara bersama-sama, faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’ s Diamond Theory . Teori competitive advantage yang diperkenalkan oleh Michael Porter dengan asumsi bahwa keberhasilan interaksi perdagangan internasional dilihat dari empat elemen spesifik, seperti: ketersediaan faktor produksi, kondisi permintaan domestik, industri pendukung menjaga keberlanjutan supply chain dan strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Keenam, teori overlapping demand oleh Linder yang berasumsi bahwa tingkat pendapatan nasional berpengaruh pada permintaan barang dimana pendapatan tersebut dipengaruhi oleh selera konsumen Ball, 2009:75. Dengan demikian bisnis produksi manufaktur lebih banyak terjadi pada negara dengan tingkat pendapatan yang sama. Ketujuh, teori economic of scale experience curve, di mana secara perlahan learning curve menjadi pedoman bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi secara lebih efisien. Dengan demikian, efisiensi produksi dapat terwujud dengan biaya yang lebih rendah tanpa harus mengkhawatirkan keterbatasan faktor produksi Ball, 2009:77. Terakhir, teori First Mover dengan asumsi bahwa perusahaan yang pertama memasuki pasar akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menguasai pasar sehingga memungkinkan penguasaan akan economic of scale Ball, 2009:77. Teori-teori di atas juga menjadi dasar suatu negara untuk melakukan penanaman investasi asing. Dalam teori investasi internasional disebutkan bahwa investasi sebagai bagian dari alasan berpindahnya modal dari satu negara ke negara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat bunga mata uang Ball, 2009:92. Pada competitive advantage, penanaman investasi adalah pengelolaan keuntungan yang lebih didapat dari pasar tidak sempurna Ajami, 2006:53. Sehingga perusahaan tidak hanya harus mempertahankan kepemilikan produksi tetapi kemampuan untuk menciptakan dan mengeksploitasi di wilayah lain Ball, 2009:96. Perkembangan perdagangan internasional memungkinkan semakin berkurangnya restriksi yang oleh IMF dianggap akan semakin meningkatkan kesejahteraan ekonomi global terutama dalam agrikultur Ball, 2009:92. Profesor Harvard Michael E. Porter yakin bahwa sebuah perusahaan meraih keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu rantai nilai value chain . Margin adalah nilai dari produk dan jasa perusahaan setelah dikurangi harga pokoknya, seperti yang diterima oleh pelanggan perusahaan. Dalam hal ini industri pariwisata menciptakan permintaan yang memerlukan pemasaran baik produk maupun jasa.

2.1.6 Comparative Advantage