Penelitian saat ini berjudul, “City Branding Pariwisata Untuk Meningkatkan Daya Saing Daerah Di Kabupaten Situbondo”. Research gap
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian-penelitian terdahulu dilakukan di kota atau daerah yang memang sudah terkenal objek pariwisatanya, dan hendak
merumuskan suatu konsep pencitraan kota yang baru atau usaha memperkuat citra kota yang telah terbentuk. Metode penelitian yang sering digunakan adalah
analisis kualitatif karena hendak mengobservasi ke lapangan melalui sumber- sumber ahli yang mengetahui dengan baik sejarah dan sistem kota. Terdapat pula
penelitian terdahulu yang menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT, guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dari city branding yang telah terbentuk, serta memformulasikan strategi untuk memperkuat citra yang sudah ada. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengangkat sektor pariwisata dari Kabupaten Situbondo, yang selama ini kurang dikenal hingga didapatkan city branding dari kota tersebut.
Penelitian saat ini memandang bahwa dengan mengangkat sektor pariwisata secara luas tidak hanya berdampak pada peningkatan nilai PDRB,
melainkan ikut mengangkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Situbondo. Hal ini didukung dengan penelitian Valeriani 2010 yang menyatakan bahwa
pariwisata berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan per kapita, yang berarti semakin baik pembangunan fasilitas pariwisata maka akan semakin baik
pula pendapatan per kapita. Grand theory dalam penelitian ini mengacu pada konsep production approach pendekatan produksi pada sektor pariwisata
berdasarkan pada keunggulan competitive dan comparative yang disesuaikan dengan Model Dinnie 2010 dan teori daya saing Porter 1990, sehingga
nantinya dapat diformulasikan brand image atau city branding dari Kabupaten Situbondo.
2.3 Kerangka Konseptual
Sebuah kota layaknya sebuah merek harus bersifat fungsional.
Fungsionalitas berarti dapat dilihat sebagai sebuah keuntungan, seperti menjadi tujuan pencari kerja, tempat investasi industri, hunian, transportasi umum, atraksi
dan rekreasi. City branding bukan hanya sebuah slogan atau kampanye promosi,
namun suatu gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut prospek atau konsumen melihat
atau mendengar sebuah nama, logo, produk, layanan, event ataupun berbagai simbol dan rancangan yang menggambarkannya. City branding bukan semata
pekerjaan dari sektor publik, tetapi juga menjadi tugas kolaborasi dari semua pihak yang terkait dengan kota tersebut, apakah itu pemerintah kota, pihak swasta,
pengusaha, interest group dan masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan
di Kabupaten Situbondo dikarenakan mempunyai keberagaman nilai budaya sehingga mampu mewakili tujuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana
membangun citra baru dari Kabupaten Situbondo dengan tepat. Visi dan misi Kabupaten Situbondo terkait dengan sektor pariwisatanya akan menjadi brand
attribute untuk memberikan persepsi yang positif terkait Kabupaten Situbondo.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggunakan sebuah model yang disesuaikan dengan Model Dinnie 2010. Model ini mengidentifikasi city
branding berdasarkan pada sektor pariwisata yang dibagi menjadi dua yaitu
primary basic dan secondary basic. Primary basic ditinjau dari presence,
potensial , place, pulse, people dan pre-requisite yang kemudian dianalisis
menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat diketahui city brand positioning dari Kabupaten Situbondo. City branding hexagon diciptakan oleh Simon Anholt
untuk mengukur efektivitas city branding. Menurut Anholt terdapat enam aspek dalam pengukuran efektivitas city branding yang terdiri atas presence, potential,
place, pulse, people, dan prerequisite. Porpescu dan Cobos 2010:271
memaparkan city branding hexagon memberikan instrumen pengukuran inovatif sehingga dapat mempermudah pemerintah untuk mengetahui persepsi mengenai
citra kota. Secondary basic
dianalisa dengan analisis faktor. Hasil analisis tersebut mendukung hasil analisis deskiptif. Variabel penelitian regulator dan operator
dianalisa dengan menggunakan analisa AHP guna memformulasikan
pembentukan city brand. Fokus penelitian ini adalah pemberian nilai positif melalui city branding di bidang pariwisata.
Adapun bentuk kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber : disesuaikan dari Model Dinnie 2010. Identity City Branding
. Keterangan :
: Faktor Pembentuk : Alur City Branding
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Secondary Basic
Presence Potensial
Place Pulse
People Pre-requisite
Kabupaten Situbondo
Visi dan Misi
Brand Atribute untuk
memberikan persepsi positif
Identity City Branding Model
: Dinnie, 2010 Sektor Pariwisata
Primary Basic Analisis Deskriptif
Analisis Faktor City Brand Positioning
Formulasi Pembentukan City Brand
Analisis AHP
City Brand Image of Situbondo Residence
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mencoba menggagas sebuah alternatif strategi untuk peningkatan daya saing
daerah di Kabupaten Situbondo dengan menggunakan pendekatan city branding di bidang pariwisata. Penelitian ini bersandar pada argumentasi rasionalistik, dimana
konsep kota dibangun dari kajian kepustakaan yang selanjutnya dianalisa sesuai kondisi empiris elemen kota, yang dikuatkan dengan opini publik yang
berkembang. Untuk membangun sebuah citra kota lebih terbuka peluangnya melalui pendekatan keilmuan metodologis dan akan diperoleh penjelasan
bagaimana membangun citra kota, bukan hanya menjawab apa yang menjadi citra kota. Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis faktor dan AHP.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Situbondo dikarenakan mempunyai keberagaman nilai budaya sehingga mampu mewakili tujuan utama dari penelitian
ini adalah bagaimana membangun citra baru dari Kabupaten Situbondo dengan tepat, sehingga dapat menarik bagi investor, wisatawan asing dan lokal, dan
pembangunan perekonomian Kabupaten Situbondo. Fokus penelitian ini adalah pemberian nilai positif melalui city branding di bidang pariwisata.
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang
letaknya berada di ujung timur Pulau Jawa bagian utara. Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km2 atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari
barat ke timur lebih kurang 150 km. Pantai utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah lebih kurang 11
km. Luas wilayah menurut kecamatan, terluas adalah Kecamatan Banyuputih 481,67 km
2
disebabkan oleh luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan
45