perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam konsep dirinya. Remaja yang terlalu menekankan penampilan, jika terjadi suatu
pada dirinya yang menyebabkan kehilangan fungsi tubuhnya mengakibatkan remaja menilai buruk dirinya.
5.2.2. Ideal Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian ideal diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak bersifat realistis sebanyak
19 orang 59,4 dan 13 orang 40,6 bersifat tidak realistis. Remaja yang mengalami fraktur cenderung memiliki persepsi realistis, dimana remaja yang
mengalami perubahan fisik merasa mampu untuk mclakukan hal-hal yang dianggap bisa dilakukan dan mempunyai harapan yang tinggi terhadap
kesembuhan penyakitnya. Anak usia remaja yang mengalami fraktur tidak merasa cemas dengan kondisi dirinya memiliki ideal diri yang realistis.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berprilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
Ideal diri bisa bersifat realistis, bisa juga tidak Stuart Sudden, 1998. Sesuai dengan pendapat Potter 2005 menyatakan bahwa remaja yang
memiliki konsep diri positif berarti memiliki penerimaan diri yang positif. Remaja menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana
adanya. Remaja yang mengalami fraktur tidak memililki rasa cemas dengan kondisi dirinya, karena mereka memiliki semangat untuk meraih apa yang
diinginkannya. Perasaan positif inilah yang menyebabkan adanya perkembangan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi maupun identitas diri yang lebih baik. Tingkat percaya diri yang tinggi menunjukkan sikap diri remaja tersebut menerima keadaan dirinya dan
mengevaluasi dirinya secara positif.
5.2.3. Harga Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian tentang harga diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B
3
Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak termasuk kategori harga diri yang rendah yaitu sebanyak 17 orang 54,1 dan 15 orang
45,9 tinggi. Anak usia remaja yang mengalami fraktur yang memiliki harga diri rendah karena mereka merasa mereka mengalami kekurangan dalam
penampilan dan merasa tidak mempunyai kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seorang diri sehingga mereka merasa rendah diri, dan bersikap
pesimistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo 2004 bahwa individu akan
merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya. Hal
ini juga ditegaskan oleh pendapat Keliat 1992 bahwa frekwensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. jika
individu selalu sukses, maka cenderung memiliki harga diri yang tinggi, tetapi sebaliknya jika individu sering gagal maka cenderung memiliki harga diri yang
rendah
Universitas Sumatera Utara
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Remaja yang pernah melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai seseorang yang berharga merupakan
prilaku yang positif. Namun jika harga diri remaja menjadi rendah biasanya disebabkan karena kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain,
kehilangan kepercayaan dari orang lain Stuart Sudden, 1998. .
5.2.4. Peran Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan