Konsep Diri Anak Usia Remaja Yang Mengalami Fraktur Di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan

(1)

KONSEP DIRI ANAK USIA REMAJA YANG MENGALAMI

FRAKTUR DI RINDU B3 ORTHOPEDI

RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI Oleh

Mimi Asmita Hidayatun 081121060

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan

Nama : Mimi Asmita Hidayatun Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 02 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Farida Linda Sari Siregar, M.Kep Reni Asmara A. S.Kp, MARS NIP. 19780320 2005 01 2003 NIP. 19750220 2001 12 2001

Penguji II

Nur Asnah Sitohang S.Kep,Ns. M.Kep NIP. 1974050 2002 12 2001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 02 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Judul : Konsep Diri Anak Usia Remaja Yang Mengalami Fraktur Di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Mimi Asmita Hidayatun

NIM : 081121060

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2010

ABSTRAK

Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan menghasilkan daya untuk menekan. Pada remaja yang mengalami fraktur dapat terjadi perubahan baik fisik maupun psikologis yang menyebabkan perubahan konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan gangguan peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur yang dilakukan pada tanggal 21 April sampai 21 Mei 2010 di Rindu B3 Orthopedi RSUP.H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan membagikan kuesioner data demografi dan pernyataan tentang konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur. Teknik pengambilan sampel adalah seluruh populasi dengan Jumlah sampel sebanyak 32 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur termasuk dalam kategori konsep diri negatif sebanyak 17 orang (53,1%)dan konsep diri yang positif 15 orang (46,9 %), tetapi salah satu komponen konsep diri yaitu ideal diri yang realistik sebanyak 19 orang (59,4%), artinya bahwa fraktur tidak memepengaruhi persepsi remaja yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan hidup, dan nilai-nilai sesuai dengan harapan hidupnya tidak mengalami gangguan. Diharapkan bagi praktek keperawatan agar dapat memberikan motivasi dan semangat bagi remaja yang mengalami fraktur agar mempunyai konsep diri yang positif dengan melakukan pengobatan yang intensif dan dapat memberikan penanganan dari segi kuratif dengan baik sehingga remaja dapat segera kembali ke lingkungannya dan menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang konsep diri remaja yang mengalami fraktur.

Kata Kunci : Konsep Diri, Anak Usia Remaja, Fraktur


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik, dengan judul : “Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Rindu B3

Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat persyaratan menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan. Selama proses pembuatan skripsi ini, saya banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Farida Lindasari Siregar, S.Kp, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu, masukan, dan saran yang berharga bagi saya. Terima kasih kepada Ibu Jenni M. Purba, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji Validitas Instrumen Penelitian, Ibu Reni Asmara A., S.Kp, MARS dan Ibu Nurasnah Sitohang, S.Kep, Ns.M.Kep selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi saya. Terimakasih kepada Bapak dr.Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku PD I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku PD II dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku PD III serta seluruh dosen, staf pengajar, staf administrasi di Fakultas Keperawatan USU yang telah mempermudah proses penyelesaian skripsi ini.


(5)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

Terimakasih kepada orangtua dan saudara-saudari saya yang telah mendoakan dan memberikan dorongan kepada saya. Terima kasih juga kepada teman dekat dan teman-teman Fakultas Keperawatan Angkatan 2008 atas dorongan semangat kepada saya, serta kepada semua pihak yang telah membantu saya baik secara moril dan materil, saya ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi di dunia kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

BAB 1. Pendahuluan 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 4

1.2.1 Tujuan Umum ... 4

1.2.2 Tujuan Khusus ... 4

1.3Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 5

1.4.2 Bagi Praktek Keperawatan ... 5

1.4.3 Bagi Peneliti Keperawatan ... 5

BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1Fraktur ... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Etiologi ... 6

2.1.3 Patofisiologi ... 7

2.1.4 Klasifikasi Fraktur ... 7

2.1.5 Gejala Klinis dan Diagnosa Fraktur ... 9

2.1.6 Komplikasi ... 10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 11

2.1.8 Penatalaksanaan ... 11

2.2Perkembangan Konsep Diri pada UsiaRemaja ... 12

2.3Konsep Diri ... 13

2.3.1 Definisi ... 13

2.3.2 Komponen Konsep Diri ... 13

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 17

2.3.4 Rentang Respon Konsep Diri ... 19

2.3.5 Perkembangan Konsep Diri pada Remaja... 20

BAB 3. Kerangkan Penelitian 3.1Kerangka Konseptual ... 22


(7)

BAB 4. Metodologi Penelitian

4.1Desain Penelitian ... 25

4.2Populasi dan Sampel ... 25

4.2.1 Populasi ... 25

4.2.2 Sampel ... 25

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4Perkembangan Etika Penelitian ... 26

4.5Instrumen Penelitian ... 27

4.5.1 Kuesioner Penelitian ... 27

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28

4.6Pengumpulan Data ... 29

4.7Analisa Data ... 30

BAB 5. Hasil Penelitian 5.1Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Deskripsi Data Responden ... 31

5.1.2 Deskripsi Gambaran Diri ... 33

5.1.3 Deskripsi Ideal Diri ... 34

5.1.4 Deskripsi Harga Diri ... 36

5.1.5 Deskripsi Peran Diri ... 37

5.1.6 Deskripsi Identitas Diri Diri ... 39

5.2Pembahasan ... 40

5.2.1 Gambaran Diri Remaja yang Mengalami Fraktur Di Ruang B3 Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 40

5.2.2 Ideal Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 42

5.2.3 Harga Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 43

5.2.4 Peran Diri Remaja yang Mengalami Fraktur Di Ruang B3 Ortopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 44

5.2.5 Identitas Remaja yang Mengalami Fraktur Di Ruang B3 Ortopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 46

5.2.6 Konsep Diri Remaja yang Mengalami Fraktur Di Ruang B3 Ortopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 47


(8)

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

6.1Kesimpulan ... 50 6.2Saran ... 50 Daftar Pustaka

Lampiran

1. Inform Consent

2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana

4. Surat Izin Penelitian 5. Instrumen Penelitian 6. Tabel Hasil Penelitian 7. Riwayat Hidup


(9)

Daftar Skema

1. Rentang Respon Konsep Diri

2. Kerangka Konsep Penelitian Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Data Penderita di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 31 Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Remaja yang Mengalami Fraktur

Tentang Gambaran Diri di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 34 Tabel 5.3 Distribusi Gambaran Diri Remaja Fraktur di Rindu B3

Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 34 Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Remaja yang Mengalami Fraktur

Tentang Ideal Diri di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 34 Tabel 5.5 Distribusi Ideal Diri Remaja Fraktur di Rindu B3

Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 35 Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Remaja yang Mengalami Fraktur

Tentang Harga Diri di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 36 Tabel 5.7 Distribusi arga Diri Remaja Fraktur di Rindu B3

Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 37 Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Remaja yang Mengalami Fraktur

Tentang Peran Diri di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 37 Tabel 5.9 Distribusi Peran Diri Remaja Fraktur di Rindu B3

Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan ... 38 Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Remaja yang Mengalami Fraktur

Tentang Identitas Diri di Rindu B3 Orthopedi RSUP

H.Adam Malik Medan ... 39 Tabel 5.11 Distribusi Identitas Diri Remaja Fraktur di Rindu B3


(11)

Judul : Konsep Diri Anak Usia Remaja Yang Mengalami Fraktur Di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Mimi Asmita Hidayatun

NIM : 081121060

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2010

ABSTRAK

Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan menghasilkan daya untuk menekan. Pada remaja yang mengalami fraktur dapat terjadi perubahan baik fisik maupun psikologis yang menyebabkan perubahan konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan gangguan peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur yang dilakukan pada tanggal 21 April sampai 21 Mei 2010 di Rindu B3 Orthopedi RSUP.H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan membagikan kuesioner data demografi dan pernyataan tentang konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur. Teknik pengambilan sampel adalah seluruh populasi dengan Jumlah sampel sebanyak 32 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur termasuk dalam kategori konsep diri negatif sebanyak 17 orang (53,1%)dan konsep diri yang positif 15 orang (46,9 %), tetapi salah satu komponen konsep diri yaitu ideal diri yang realistik sebanyak 19 orang (59,4%), artinya bahwa fraktur tidak memepengaruhi persepsi remaja yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan hidup, dan nilai-nilai sesuai dengan harapan hidupnya tidak mengalami gangguan. Diharapkan bagi praktek keperawatan agar dapat memberikan motivasi dan semangat bagi remaja yang mengalami fraktur agar mempunyai konsep diri yang positif dengan melakukan pengobatan yang intensif dan dapat memberikan penanganan dari segi kuratif dengan baik sehingga remaja dapat segera kembali ke lingkungannya dan menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang konsep diri remaja yang mengalami fraktur.

Kata Kunci : Konsep Diri, Anak Usia Remaja, Fraktur


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Fraktur terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Wong, 2003). Fraktur sering terjadi karena kondisi tulang yang masih rawan untuk tumbuh dan berkembang. Fraktur yang sering terjadi adalah fraktur epifisis atas dan suprakondilar, humerus, leher radikal, fraktur lengan atas, femur, dan tibia bagian ekstremitas bawah (Hidayat, 2006).

Fraktur pada anak usia sekolah sering kali disebabkan oleh cedera bersepeda-mobil/skateboard. Anak remaja rentan terhadap trauma mustipel dan parah karena remaja mengendarai sepeda dan sepeda motor dan terlibat atkif dalam olah raga (Wong, 2008).

Rumah Sakit H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2008 sampai dengan Maret 2009 terjadi kasus patah tulang (fraktur) sejumlah 864 kasus, dimana 463 kasus (53,6 %) merupakan kasus baru (yang datang belum lewat satu minggu setelah kecelakaan), sedangkan pasien yang datang lewat dari satu minggu 401 kasus (46,4 %) sehingga tulang yang patah mengalami penyembuhan yang abnormal yaitu berupa malunion (nonunion)/delayed union akibat infeksi. Penderita lebih banyak adalah kaum pria 616 kasus (71,2%) dan kaum wanita 248 kasus (28,8%). Pada remaja usia 12-20 tahun 376 kasus (62,3%), bagian tubuh yang terbanyak mengalami fraktur adalah anggota gerak bawah dari sendi panggul sampai ke jari kaki akibat truma. Kemudian anggota gerak atas dari sendi bahu


(13)

sampai ke jari tangan diikuti daerah tulang panggul dan tulang belakang. Pengobatan yang dilakukan belum mencapai keberhasilan maksimal, sekitar 184 kasus (87,2%) sembuh normal, sekitar 23 kasus (10,9%) sembuh dengan gangguan fungsi (cacat fungsi), dan 4 kasus terpaksa dilakukan amputasi. Namun kasus yang terlantar dari 401 kasus sembuh normal 279 kasus (69,5%), 117 kasus (29,1%) sembuh dengan cacat fungsi dan 5 kasus terpaksa dilakukan amputasi (Surbakti, 2008).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2009 dengan jumlah 48 orang anak yang mengalami fraktur pada usia remaja (11-20 tahun). Pada remaja yang mengalami fraktur dapat terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Perubahan fisik yang dialami yaitu penurunan kemampuan dalam pergerakan, dalam Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor yang mempengaruhi konsep diri. Perubahan fisik dalam tubuh menyababkan perubahan citra tubuh, identitas, ideal diri, dan harga diri juga dapat dipengaruhi (Potter, 2005).

Soetjiningsih (2004) menambahkan bahwa perubahaan-perubahan usia remaja menempatkan remaja pada suatu keadaan yang disebut sebagai krisis identitas (Erikson, 2008). Apabila remaja memperoleh peran dalam masyarakat, maka remaja akan menemukan identitasnya. Sebaliknya remaja yang tidak dapat menyelesaikan krisis identitasnya dengan baik, remaja mengalami ketidakmampuan memperoleh peran dan menemukan diri. Hal ini mengakibatkan remaja akan menjadi apa saja dari pada tidak mempunyai identitas diri, sehingga


(14)

mereka cenderung memainkan peran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ideal dan tatanan kehidupan dalam masyarakat (negative identity formation).

Selanjutnya Potter (2005) menyatakan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri yang negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.

Berdasarkan perubahan-perubahan fisik dan psikologis tersebut, maka sangatlah penting bagi remaja untuk mengetahui konsep diri yang mengalami fraktur agar remaja dapat bersikap tenang, tidak cemas, minder (harga diri rendah), dan tidak stres atau memiliki konsep diri positif dalam proses pengobatan dan pergaulan dengan teman sebaya/kelompok maupun dalam menjalani kehidupan sehari-harinya akibat lamanya proses penyembuhan fraktur, membuat remaja tidak dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangannya, karena pada masa remaja ikatan emosional dengan lingkungan keluarga menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua, misalnya dalam hal memilih teman, ataupun melakukan aktivitas. Besarnya peran sebaya/kelompok dapat membahayakan pembentukan identitas, karena remaja akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok dari pada nilai-nilai yang dibawanya dari keluarga, maka hal tersebut dapat menyulitkan dan menghambat perkembangan kepribadian remaja (Soetjiningsih, 2004).


(15)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul: Konsep Diri Anak Usia Remaja Yang Mengalami Fraktur di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur tulang yang sedang menjalani pengobatan di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran diri remaja yang mengalami fraktur. 2. Mengidentifikasi ideal diri remaja yang mengalami fraktur. 2. Mengidentifikasi harga diri remaja yang mengalami fraktur. 4. Mengidentifikasi peran diri remaja yang mengalami fraktur. 5. Mengidentifikasi identitas diri remaja yang mengalami fraktur.

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Ruang Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Tahun 2010.


(16)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur.

1.4.2Bagi Praktek Keperawatan

Sebagai informasi yang penting dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memahami konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur dapat memberikan motivasi kepada anak usia remaja yang mengalami fraktur untuk dapat meningkatkan konsep diri yang positif.

1.4.3Bagi Peneliti Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data bagi peneliti yang lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri pada remaja.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur 2.1.1 Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologik, kontraksi otot yang sangat kuat dan secara tiba-tiba atau dorongan yang tidak langsung yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Wong, 2003). Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan menghasilkan daya untuk menekan. Fraktur merupakan cedera yang umum terjadi pada semua usia tetapi cenderung terjadi pada anak-anak dan orang tua. Karena karakteristik rangka anak, pola fraktur, masalah diagnosis, dan metode penatalaksanaan berbeda pada anak dan oran dewasa (Wong, 2008).

2.1.2 Etiologi

Cedera fraktur pada anak dapat disebabkan oleh kejadian traumatik di rumah, sekolah, pada kendaraan bermotor, atau ketika berekreasi. Aktivitas sehari-hari anak meliputi bermain aktif yang memungkinkan anak mengalami cedera yaitu memanjat, terjatuh, berlari menuju benda yang tidak bergerak, dan mendapat tumbukan di bagian-bagian tubuh (Wong, 2008).


(18)

2.1.3 Patofisiologi

Fraktur tulang paling sering disebabkan oleh truma, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah dapat terjadi hanya akibat trauma minimal atau tekanan ringan. Sewaktu tulang patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi. Fraktur pada anak sembuh lebih cepat daripada orang dewasa. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses klasifikasi dan pengerasan (Corwin, 2000).

2.1.4 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi:

Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.Fraktur terbuka


(19)

(open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit (price, 1995). Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustilo), yaitu: (1). Derajat I: Luka kurang <1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan, kontaminasi minimal. (2). Derajat II: Laserasi >1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulsi, fraktur kominutif sedang, kontaminasi sedang. (3). Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas: jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi; atau fraktur segmental/sangat komunitif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya luka.

Dari jenisnya fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplet yaitu bila fragmen tulangnya benar terpisah sedangkan fraktur incomplet terjadi bila fragmen tulangnya tetap berlekatan, fraktur complicated di mana fragmen tulangnya yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan seperti pada bagian paru atau kandung kemih. Fraktur lain seperti fraktur comminuted di mana fragmennya kecil dan tulangnya terpecah dari batang tulang yang fraktur dan berada di sekitar jaringan, dan yang sering terjadi pada anak adalah bends di mana tulang anak yang fleksibel dapat dibengkokkan sekitar 45 derajat sebelum menjadi patah. Fraktur buckle akibat kompresi tulang yang keropos sehingga dapat menimbulkan fraktur. Green stick yakni fraktur yang terjadi bila tulang


(20)

terangulasi melebihi batas pembengkokannya di mana sisi yang terkompresi melengkung dan sisi yang menegang mengalami kerusakan (Hidayat, 2006).

2.1.5 Gejala Klinis Fraktur

Gejala Klinis fraktur yaitu terjadi pembengkakan yang umum terjadi di sekitar area fraktur, nyeri atau nyeri tekan, serta penurunan fungsi bagian yang terkena, memar, rigiditas muskular berat, krepitus (gemerutuk pada tempat fraktur). Menurut Mansjoer, dkk (2000) untuk mengetahui gejala yang spesifik dari fraktur terlebih dahulu harus dilakukan Diagnosis fraktur yaitu dengan melakukan:

1. Anamnesis

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, dan posisi pasien atau eksteremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistemik dari kepala, muka, leher, dada dan perut.

2. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang :

a. Look, cari apakah terdapat: (1) Deformitas, terdiri dari penonjolan


(21)

rotasi dan pemendekan. (2) Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan. (3) Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan, misalnya pada tungkai bawah meliputi apparent

length (jarak antara umbilikal dengan maleolus medialis) dan true length (jarak

antara SIAS dengan maleolus medialis). b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.

c. Move, untuk mencari: (1) Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah trauma. (2) Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. (3) Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan,

range of motion (derajat ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.

2.1.6 Komplikasi a. Infeksi

b. Kompartement sindrom

c. Kerusakan kulit; abrasi, laserasi, penetrasi, nekrosis d. Gangren

e. Emboli paru f. Trombosis vena

g. Syok; hemoragik, neurogenik h. Pembuluh darah robek


(22)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan; SGOT, LDH, kreatinin dan

alkaline phosphatase untuk menentukan meluasnya kerusakan pada otot (Suriadi,

2006).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur menurut Corwin (2000) adalah sebagai berikut: a. Fraktur harus segera diimmobilisasi agar hematom fraktur dapat terbentukdan

untuk memperkecil kerusakan

b. Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar posisi dan rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk fiksasi (reduksi terbuka), dapat dipasang pen atau skrup untuk mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan traksi untuk mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.

c. Perlu dilakukan imobilisasi jangka-panjang setelah reduksi agar kalus dan tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang biasanya dilakukan dengan gips atau penggunaan belat.


(23)

2.2 Perkembangan Konsep Diri Pada Usia Remaja 2.2.1 Defenisi

Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sudden, 1998).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikologis dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut: masa remaja awal (umur 11-13 tahun), pertengahan (14-16 tahun) dan lanjut (17-20 tahun) Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang dibutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja dihadapkan kepada mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua dan membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi (Soetjiningsih, 2004).

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran dan nilai baru, harus diintegrasikan ke dalam diri, pertumbuhan yang cepat, yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain, adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh. Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan dengan pembentukan identitas (Erikson, 1963).

Anak remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka, perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Distres yang besar dirasakan tentang ketidaksempurnaan tubuh yang dicerap. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif


(24)

juga mulai mengumpulkan berbagai peran prilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka dan kemana mereka pergi. Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan, jika anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh mereka, mereka akan mencoba untuk berkompetensi melalui olah raga, keberhasilan dari hobi atau akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat atau alkohol atau kelompok teman untuk prestise. Kompensasi mungkin berakibat cukup negatif atau positif, bergantung pada penerimaan masyarakat dari aktivitas tertentu tersebut (Potter, 2005).

2.2.2 Komponen Konsep Diri

Terdapat lima komponen konsep diri, yakni gambaran diri/citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity) (Sunaryo, 2004).

a. Gambaran diri/citra tubuh (body image)

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak, yang ditujukan terhadap dirinya (Sunaryo, 2004).

Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri adalah sebagai berikut: Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diri, cara individu


(25)

memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis, Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri, individu yang stabil, realistik, dan konsisiten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam hidupnya.

b. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia

berprilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Ideal diri bisa bersifat realistis, bisa juga tidak. Saat ideal diri seseorang mendekati persepsinya tentang diri sendiri, orang tersebut cenderung tidak ingin berubah dalam kondisi saat ini. Sebalikya jika ideal diri tersebut tidak sesuai dengan persepsinya tentang diri sendiri, orang tersebut akan terpacu untuk memperbaiki dirinya, Tetapi jika ideal diri terlalu tinggi justru dapat menyebabkan harga diri rendah (Stuart & Sudden, 1998).

Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri antara lain: pembentukan ideal diri pertama kali pada masa anak-anak, masa remaja terbentuk melalui proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan teman, ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan tuntutan dan harapan, ideal diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial.

Faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu; kecendrungan individu untuk menetapkan ideal diri pada batas kemampuan, faktor budaya yang mempengaruhi individu yang menetapkan ideal diri yaitu standar yang terbentuk ini kemudian


(26)

akan dibandingkan dengan standar kelompok teman, ambisi dan keinginan untuk sukses dan melampaui orang lain, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

c. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya (Stuart & Sudden, 1998). Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar pada penerimaan diri sendiri tanpa syarat. Walaupun orang tersebut melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Harga diri ini dapat menjadi rendah saat seseorang kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan dari orang lain, atau saat ia menjalani hubungan interpersonal yang buruk.

Beberapa cara untuk meningkatkan harga diri seseorang antara lain dengan memberikan kesempatan untuk berhasil, memberinya gagasan, mendorongnya untuk beraspirasi serta membantunya membentuk koping.

d. Peran diri (self role)

Peran diri adalah serangkaian harapan tentang bagaimana seseorang bersikap/ berprilaku sesuai dengan posisinya. Sedangkan penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapka oleh lingkungan sosial, yang terkait dengan fungsi individu di kelompok sosial.dalam hal ini, peran yang

ditetapkan adalah peran yang dijalani individu ketika ia tidak mempunyai pilihan.

Sedangkan peran yang diterima adalah peran yang dipilih sendiri oleh individu.


(27)

dengan harapan. Sedangkan ketegangan peran muncul saat seseorang merasa, atau dibuat merasa, tidak adekuat atau tidak sesuai untuk menjalani suatu peran. Ini biasanya terkait dengan stereotipe peran berdasarkan jenis kelamin. Selain itu individu juga dapat mengalami ketidakjelasan peran, yakni ketika ia mendapat peran yang kaburdan tidak sesuai perilaku yang diharapkan. Ketidaksesuaian

peran dapat terjadi ketika individu berada dalam peralihan, dan mengubah nilai

serta sikapnya. Peran berlebih terjadi ketika individu mengalami banyak peran dalam kehidupannya (Mubarak, 2007).

e. Identitas diri (self identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintetis semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1998). Identitas mencakup konsisitensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungan dengan orang lain (Hidayat, 2006).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Tingkat perkembangan dan kematangan

Dukungan mental, pertumbuhan, dan perlakuan terhadap anak akan mempengaruhi konsep diri mereka. Seiring perkembangannya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri individu akan mengalami perubahan. Sebagai contoh,


(28)

bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru.

b. Keluarga dan budaya

Individu cenderung mengadopsi berbagai nilai yang terkait dengan konsep diri dari orang-orang terdekat dengan dirinya. Dalm konteks ini, anak-anak banyak mendapat pengaruh nilai dari budaya dan keluarga tempat ia tinggal. Selanjutnya perasaan akan diri (sense of life) mereka akan banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Sense of self ini akan terganggu saat anak harus membedakan harapan orang tua, budaya, dan harapan teman sebaya.

c. Faktor eksternal dan intenal

Kekuatan dan perkembangan individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Pada dasarnya, individu memiliki dua sumber kekuatan, yakni sumber ekternal meliputi dukungan masyarakat yang ditunjang dengan kekuatan ekonomi yang memadai. Sedangkan sumber internal meliputi kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dimiliki.

d. Pengalaman

Ada kecendrungan bahwa konsep diri yang tinggi berasal dari pengalaman masa lalu yang sukses. Demikian pula sebaliknya, riwayat kegagalan masa lalu akan membuat konsep diri rendah. Sebagai contoh, individu yang mengalamai kegagalan cenderung memandang diri mereka sebagai orang yang gagal. Sedangkan individu yang pernah mengecap kesuksesan akan mengalami konsep diri yang lebih positif.


(29)

e. Penyakit

Kondisi sakit juga dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Seorang remaja yang mengalami fraktur mungkin akan menganggap dirinya kurang menarik, dan akan mempengaruhi caranya dalam bertindak dan menilai diri sendiri.

f. Stresor

Stresor dapat memperkuat konsep diri seseorang apabila ia mampu mangatasinya dengan sukses. Di sisi lain, stresor juga dapat menyebabkan respons maladaptif, seperti menarik diri, ansietas, bahkan penyalahgunaan zat. Mekanisme koping yang gagal dapat menyebabkan seseorang merasa cemas, menarik diri, depresi, mudah tersinggung, rasa bersalah, dan marah, dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri mereka Mubarak (2007).

2.3.4 Rentang Respon Konsep Diri

Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit berkisar antara status aktualisasi diri yang paling adaptif dan status keracunan identitas yang lebih maladaptif serta depersonalisasi. Keracunan identitas merupakan suatu bentuk kegagalan individudalam mengintegrasikan berbagai proses identifikasi pada masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi adalah suatu bentuk perasaan tidak realistis dan keterasingan dari diri sendiri (Mubarak, 2007).

Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif (respon maladaptif) jika ia meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat


(30)

berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, sehingga mereka akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya, serta mudah menyerah, konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan sosial yang maladaptif (Calhoun & Acocella 1990).

Sebaliknya, seseorang yang konsep diri positif (respon adaptif) akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk terhadap kegagalan yang dialaminya, mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Individu denga konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan (Calhoun & Acocella, 1990).

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri rendah Keracunan Depersonalisasi

identitas


(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka konsep dan defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian. Area penelitian ini adalah konsep diri anak usia remaja yang terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri sebagai variable bebas. Secara skematis kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

.

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

Anak usia Remaja yang mengalami

fraktur:

Konsep diri : - Gambaran diri - Ideal diri - Harga diri - Peran - Identitas

- Konsep diri positif - Konsep diri negatif


(32)

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala Skala

Ukur Konsep diri Semua pikiran,

keyakinan, dan kepercayaan yang membuat remaja

mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungan remaja dengan orang lain Kuesioner 1-25 - Negatif (25-63) - Positif (64-100) Ordinal 1. Gambaran diri

Bagaimana cara remaja mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya setelah mengalami fraktur.

Kuesioner 1-5

- Negatif (5-13) - Positif

(14-20)

Ordinal

2. Ideal diri Persepsi remaja tentang bagaimana seharusnya remaja berprilaku sesuai dengan Standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Kuesioner 6-10 - Realistik (26-40) - Tidak realistis (10-25) Ordinal

3. Harga diri Penilaian remaja yang mengalami fraktur terhadap perilaku dirinya yaitu apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri sendiri dan orang lain.

Kuesioner 11-15 - Tinggi (39-60) - Rendah (35-38) Ordinal

4. Peran

Penilaian remaja yang mengalami fraktur tentang posisi dan peran di keluarga dan

lingkungan Kuesioner 16-20 - Berperan (51-80) - Tidak berperan (20-50) Ordinal

5 Identitas diri

Kesadaran remaja yang mengalami fraktur terhadap sifat dan keunikan dirinya sendiri yang berbeda dengan orang lain Kuesioner 21-25 - Kuat (64-100) - Rendah (25-63) Ordinal


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengalami fraktur yang sedang menjalani pengobatan pada saat penelitian di Rindu B3 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam malik Medan pada bulan April -Mei 2010 sebanyak 32 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik tertentu untuk dapat mewakili populasi. Menurut Arikunto (2006) apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka besar sampel dapat diambil seluruhnya (total sampling) yaitu 32 orang. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Bisa berbahasa Indonesia, menulis dan membaca. - Semua jenis fraktur yang dialami remaja.


(34)

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena jumlah remaja yang mengalami fraktur di Rumah Sakit tersebut diperkirakan jumlah populasi yang menjalani perawatan cukup banyak sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2010.

4.4 Perkembangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan rekomendasi dari direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. .

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan prosedur penelitian Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent dan memberikan imformed consent untuk diisi. Jika dalam pengisian kuesioner responden kurang mengerti, maka peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah seluruh kuesioner dijawab responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan subjek dijamin oleh peneliti. Semua informasi yang diberikan responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk penelitian ini.


(35)

4.5 Instrumen Penelitian 4.5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan data konsep diri.

Kuesioner tentang data demografi meliputi: usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan tipe fraktur yang dialami penderita.

Kuesioner konsep diri terdiri dari 25 pertanyaan, yaitu 5 pertanyaan gambaran diri (nomor 1-5, dengan nomor 1,2,3,4 pernyataan negatif dan pernyataan nomor 5 positif ), 5 pernyataan ideal diri (nomor 6-10 dengan nomor 6,7 pernyataan negatif dan nomor 8,9,10 pernyataan positif), 5 pernyataan harga diri (nomor 11-15 dengan nomor 11,13,14 pernyataan negatif dan nomor 12,15 pernyataan positif), 5 pernyataan peran (nomor 16-20 dengan nomor 16,17,18,19 pernyataan negatif dan nomor 20 pernyataan positif), 5 pernyataan identitas diri (nomor 21-25 dengan nomor 21,22,23,24 pernyataan negatif dan nomor 5 pernyataan positif).

Bagian kedua ini bentuk pertanyaan menggunakan skala likert dengan pernyataan positif, pilihan jawaban tidak diberi skore 0, dan pernyataan ya diberi skore 1, dan untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban tidak diberi skore 1 dan pernyataan ya diberi skor 0 dengan total skore 25-100.


(36)

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur, mendapatkan data ysng releven dengan apa yang diukur (Demsey & Dempsey, 2002). Uji validitas dilakukan oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara Departemen Keperawatan Jiwa yaitu Ibu Jenni M. Purba S.Kp, MNS, sehingga dapat diketahui instrumen penelitian ini valid atau tidak.

Setelah dilakukan uji validitas, kemudian peneliti melakukan uji reliabilitas yaitu apakah ada kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu dan tempat yang berbeda (Nursalam, 2003).. Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 10 orang responden dengan kriteria yang sama dengan sampel di Klinik Assyifa ’Aur-Rahman dengan menggunakan analisis Cronbach Alpha dengan hasil uji realibilitas 0,907. Hal ini dapat diterima sesuai dengan Polit dan Hungler (1995) bahwa suatu instrumen akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70.

4.6 Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian (RSUP Haji Adam Malik Medan). Kemudian peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.


(37)

Setelah mendapatkan responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat, dan proses pengambilan data. Kemudian bagi calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat perjanjian dan mengisi lembar kuisioner. Setelah selesai pengisian, peneliti mengambil kuisioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.

Selama proses pengisian kuesioner dibutuhkan waktu lebih kurang 10 menit untuk setiap responden dan masalah yang timbul adalah pada saat pengisian kuesioner banyak responden yang mengalami immobilitas jadi peneliti membantu responden untuk mengisi kuesioner dengan membacakan kuesioner kepada responden yang kesulitan untuk mengisi kuesioner.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan (entry) data ke komputer dan dilakukan pengolahn data dengan menggunakan program komputerisasi. Untuk mengidentifikasi konsep diri remaja yang mengalami fraktur dianalisa dengan menggunakan metode statistik univariat dan ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010 yang dilakukan pada tanggal 12 April sampai dengan 12 Mei 2010. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data demografi dan konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Ruang Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010 yang terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Dalam penelitian ini jumlah responden yang diharapkan adalah 48 orang tetapi pada saat penelitian jumlah responden yang didapatkan hanya 32 orang hal ini disebabkan karena pengobatan bagi remaja yang mengalami fraktur memiliki tenggang waktu yang berbeda-beda (1-4 minngu).

5.1.1 Karakteristik Demografi

Karakteristik responden bervariasi yaitu usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, jenis operasi dan lamanya dirawat dapat dilihat pada tabel berikut:


(39)

Tabel 5.1 Distribusi Data Penderita di Rindu B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 (n = 32)

No. Data Responden Frekuensi Persentase

Umur

1. 11-13 (remaja awal) 5 15.6

2. 14-16 (remaja pertengahan) 13 40.6

3. 17-20 (remaja lanjut) 14 43.8

Jumlah 32 100

Jenis Kelamin

1. Pria 25 78.1

2. Wanita 7 21.9

Jumlah 32 100

Agama

1. Islam 16 50,0

2. Kristen 11 34.4

3. Katolik 4 12.5

4. Budha 1 3.1

Jumlah 32 100

Pendidikan

1. SMP 9 28.125

2. SMA 20 62.5

3. Perguruan Tinggi 4 12.5

Jumlah 32 100

Klasifikasi Fraktur

1. Terbuka 18 56,2

2. Tertutup 14 43,8

Jumlah 32 100,0

Lamanya Dirawat

1. 1 bulan 19 59,4

2. 2 bulan 11 34,4

3. 3 bulan 2 6.2

Jumlah 32 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa umur remaja yang mengalami fraktur paling banyak adalah kategori remaja lanjut (17-20 tahun) sebanyak 14 orang (43,8%), dan paling sedikit adalah kategori usia remaja awal (11-13 tahun) sebanyak 5 orang (15,6%). Jenis kelamin remaja paling banyak mengalami fraktur


(40)

sebanyak 7 orang (21,9%). Remaja fraktur paling banyak beragama Islam sebanyak 16 orang (50%) dan paling sedikit beragama Budha sebanyak 1 orang (3,1%). Remaja fraktur paling banyak sedang menjalani pendidikan SMA sebanyak 20 orang (62,5%) dan paling sedikit Perguruan tinggi sebanyak 4 orang (12,5%). Jenis fraktur yang dialami remaja paling banyak jenis fraktur terbuka 18 orang (56,2%) dan paling sedikit 14 orang (43,8%) fraktur tertutup. Lama waktu yang telah dijalani remaja fraktur paling banyak 1 bulan sebanyak 19 orang (59,4%) dan paling sedikit selama 3 bulan 2 orang (6,2%).

5.1.2 Konsep Diri Anak Usia Remaja yang Mengalami Fraktur di Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan

Konsep diri anak usia remaja yang mengalami Mengalami Fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan.

5.2 Distribusi Konsep Diri Remaja Fraktur di Ruang B3Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

No. Konsep Diri Frekuensi Persentase

1. Negatif 17 53,1

2. Positif 15 46,9

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan table di atas diketahui bahwa konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP.H. Adam Malik Medan yang paling banyak bersikap negatif sebanyak 17 orang (53,1%) dan yang bersikap positif ada sebanyak 15 orang (46,9%). Hal tersebut terlihat dari komponen konsep diri yaitu gambaran diri, harga diri, peran diri, identitas diri dan salah satu komponen konsep diri yaitu ideal diri termasuk dalam kategori negatif.


(41)

Tetapi secara keseluruhan penelitian konsep diri anak usia remaja yang mengalami fraktur adalah negatif. Komponen konsep diri tersebut dinyatakan sebagai berikut:

5.1.3 Gambaran Diri

Deskripsi responden berdasarkan jawaban tentang gambaran diri remaja yang mengalami fraktur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Gambaran Diri Remaja Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

No. Gambaran Diri Frekuensi Persentase

1. Negatif 20 62,5

2. Positif 12 37,5

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persepsi remaja yang mengalami fraktur tentang keadaan fisiknya baik bentuk tubuh, fungsi tubuh, dan penampilannya di Ruang B3 Orthopedia RSUP H. Adam Malik paling banyak adalah gambaran diri negatif sebanyak 20 orang (62,5%) dan 12 orang (37,5%) gambaran diri positif.

5.1.3. Ideal Diri

Ideal diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP.H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada table berikut:


(42)

Tabel 5.5 Distribusi Ideal Diri Remaja Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

No. Ideal Diri Frekuensi Persentase

1. Tidak realistis 13 40,6

2. Realistis 19 59,4

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa remaja yang penilaian remaja mengalami fraktur berhubungan dengan cita-cita, tujuan hidup dan nilai-nilai sesuai harapan hidupnya di Ruang B3 Orthopedia RSUP H. Adam Malik paling banyak realistis sebanyak 19 orang (59,4%) dan 13 orang (40,6%) penilaiannya tidak realistis

.

5.1.4. Harga Diri

Deskripsi kategori harga diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Distribusi Harga Diri Remaja Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

No. Harga Diri Frekuensi Persentase

1. Rendah 17 46,9

2. Tinggi 15 53,1

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penilaian remaja yang mengalami fraktur terhadap prilaku dirinya dalam pergaulan dengan teman dan lingkungan di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik paling banyak memiliki harga diri rendah sebanyak 17 orang (53,1%) dan 15 orang (46,9%) dengan harga diri yang tinggi.


(43)

5.2.2 Deskripsi Peran Diri

Deskripsi kategori peran diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.9 Distribusi Peran Diri Remaja Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

No. Peran Diri Frekuensi Persentase

1. Tidak berperan 22 68,8

2. Berperan 10 31,2

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penilaian remaja yang mengalami fraktur terhadap peran di dalam keluarga dan masyarakat di Ruang B3 Orthopedia RSUP H. Adam Malik paling banyak tidak berperan sebanyak 22 orang (68,8%) dan 10 orang (31,2%) tidak berperan.

5.2.3 Identitas Diri

Deskripsi kategori identitas diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.11 Distribusi Identitas Diri Remaja Fraktur di Ruang B3 Orthopedi

RSUP H. Adam Malik Medan

No. Identitas Diri Frekuensi Persentase

1. Tidak jelas 23 71,9

2. Jelas 9 28,1

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa remaja yang mengalami fraktur dengan sifat dan keunikan dirinya sendiri di Ruang

B

3

Orthopedi

RSUP H. Adam Malik paling banyak tidak memiliki keunikan atau rendah sebanyak 23


(44)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Konsep Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian tentang konsep diri remaja yang mengalami fraktur pada usia 10-20 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan termasuk dalam kategori konsep diri yang negatif sebanyak 17 orang (53,1%), hal ini terlihat dari komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran diri tetapi ideal diri responden pada penelitian ini termasuk ideal diri yang realistis. dan yang mempunyai konsep`diri yang positif sebanyak 15 orang (46,9%).

Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sudden, 1998) .

Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif (respon maladaptif) jika ia meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, sehingga mereka akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya, serta mudah menyerah, konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan sosial yang maladaptif (Calhoun & Acocella 1990). Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas (Potter, 2005)

Terjadinya perubahan psikologis pada remaja disebabkan oleh fraktur menjadikan remaja memiliki sikap rendah diri. Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi pengenalan diri seseorang. Tidak terbatas pada


(45)

pengalaman istimewa dengan orang-orang tertentu, kadangkala pengalaman khusus dengan suatu tempat atau kondisi tertentu dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri dalam penerapan sehari-hari dapat terlihat melalui proses terbentuknya kepercayaan diri. Seseorang remaja yang memiliki konsep diri positif, tentunya akan memiliki perasaan positif dalam dirinya. Perasaan positif inilah yang menyebabkan adanya perkembangan komunikasi maupun identitas diri yang lebih baik. Tingkat percaya diri yang tinggi memiliki pengertian bahwa pada diri seseorang tersebut dapat menerima dirinya tentu akan mengevaluasi dirinya secara. positif. Sebaliknya, konsep diri yang rendah pada seorang anak akan memunculkan persepsi negatif, yang tentunya akan menimbulkan rendahnya percaya diri (Puspasari, 2007).

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Potter dan Perry (2005) yang menyatakan bahwa adanya perubahan fisik yang terjadi dapat menyebabkan perubahan gambaran diri dan peran pada remaja yang mengalami suatu penyakit yaitu fraktur karena kemampuan untuk beraktifitas yang merupakan bagian penting dalam konsep diri tidak dapat berjalan dengan baik (gangguan konsep diri).

5.2.2. Gambaran Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian gambaran diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak negatif sebanyak 20 orang 62,5%) dan 10 orang (31,2%) gambaran diri negatif. Remaja beranggapan bahwa bahwa fraktur yang dialaminya menimbulkan perubahan keadaan fisik


(46)

maupun psikisnya baik bentuk tubuh, fungsi tubuh dan penampilannya yang merupakan cerminan cerminan dari kondisi fisiknya. Menurut Wong, (2003), perubahan dalam kesehatan seseorang dapat menjadi stressor yang mempengaruhi konsep diri manusia.

Gambaran diri atau citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak, yang ditujukan terhadap dirinya (Sunaryo, 2004).

Perubahan fisik yang terjadi akibat fraktur, dimana terjadi kerusakan kontinuitas tulang, tulang rawan epifisisi atau tulang rawan sendi yang biasanya melibatkan kerusakan vaskular dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan nyeri, pembengkakan dan tenderness (Suriadi, 2006).

Perubahan fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan gambaran diri dan peran pada remaja yang mengalami fraktur. Perubahan psikologis pada remaja diantaranya merasa minder dan rendah diri karena merasa tidak dapat bergerak dan hidup dengan bebas dan wajar, akibat dari larangan dan kekhawatiran orangtua sehingga remaja merasa tidak dapat melakukan aktifitas, dan merasa malu karena memakai tongkat atau alat bantu dan takut ditertawakan oleh teman-temannya (Graha, 2008)

Hal ini sesuai dengan pendapat Potter dan Perry (2005) bahwa remaja menghabiskan banyak waktu di depan cermin untuk hygiene, berdandan, dan berpakaian dimana remaja mencari perbaikan dari penampilannya. Jika terjadi


(47)

perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam konsep dirinya. Remaja yang terlalu menekankan penampilan, jika terjadi suatu pada dirinya yang menyebabkan kehilangan fungsi tubuhnya mengakibatkan remaja menilai buruk dirinya.

5.2.2. Ideal Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian ideal diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak bersifat realistis sebanyak 19 orang (59,4%) dan 13 orang (40,6%) bersifat tidak realistis. Remaja yang mengalami fraktur cenderung memiliki persepsi realistis, dimana remaja yang mengalami perubahan fisik merasa mampu untuk mclakukan hal-hal yang dianggap bisa dilakukan dan mempunyai harapan yang tinggi terhadap kesembuhan penyakitnya. Anak usia remaja yang mengalami fraktur tidak merasa cemas dengan kondisi dirinya memiliki ideal diri yang realistis.

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berprilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Ideal diri bisa bersifat realistis, bisa juga tidak (Stuart & Sudden, 1998).

Sesuai dengan pendapat Potter (2005) menyatakan bahwa remaja yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki penerimaan diri yang positif. Remaja menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Remaja yang mengalami fraktur tidak memililki rasa cemas dengan kondisi dirinya, karena mereka memiliki semangat untuk meraih apa yang diinginkannya. Perasaan positif inilah yang menyebabkan adanya perkembangan


(48)

komunikasi maupun identitas diri yang lebih baik. Tingkat percaya diri yang tinggi menunjukkan sikap diri remaja tersebut menerima keadaan dirinya dan mengevaluasi dirinya secara positif.

5.2.3. Harga Diri Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian tentang harga diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak termasuk kategori harga diri yang rendah yaitu sebanyak 17 orang (54,1%) dan 15 orang (45,9%) tinggi. Anak usia remaja yang mengalami fraktur yang memiliki harga diri rendah karena mereka merasa mereka mengalami kekurangan dalam penampilan dan merasa tidak mempunyai kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seorang diri sehingga mereka merasa rendah diri, dan bersikap pesimistik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo (2004) bahwa individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya. Hal ini juga ditegaskan oleh pendapat Keliat (1992) bahwa frekwensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. jika individu selalu sukses, maka cenderung memiliki harga diri yang tinggi, tetapi sebaliknya jika individu sering gagal maka cenderung memiliki harga diri yang rendah


(49)

Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Remaja yang pernah melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai seseorang yang berharga merupakan prilaku yang positif. Namun jika harga diri remaja menjadi rendah biasanya disebabkan karena kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan kepercayaan dari orang lain (Stuart & Sudden, 1998).

.

5.2.4. Peran Remaja yang Mengalami Fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian tentang peran diri remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak tidak perperan sebanyak 17 orang (54,1%) dan 15 orang (45,9%) berperan. Peran diri remaja yang mengalami fraktur terganggu karena masa penyembuhan dari fraktur yang terlalu lama sehingga menyebabkan remaja tidak dapat menjalankan perannya dengan baik.

Menurut pendapat Mubarak (2007) bahwa peran diri merupakan serangkaian harapan tentang bagaimana seseorang bersikap/berprilaku sesuai dengan posisinya. Sedangkan penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial, yang terkait dengan fungsi individu di kelompok sosial.

Pendapat Stuart dan Sudden (1998) yang mcngemukakan bahwa peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau peran yang dipilih individu. Peran


(50)

remaja fraktur terhadap sebaya/kelompok dapat membahayakan pembentukan identitas, karena remaja akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok dari pada nilai-nilai yang dibawanya dari keluarga, maka hal tersebut dapat menyulitkan dan menghambat perkembangan kepribadian remaja

5.2.5. Identitas Remaja yang Mengalami Fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian tentang identitas remaja yang mengalami fraktur di Ruang B3 Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak identitas tidak jelas sebanyak 18 orang (56,2%) dan 14 orang (43,8%) penilaian atas identitas diri yang jelas. Hal ini terjadi Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintetis semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1998). Pendapat Soetjiningsih (2004) menjelaskan bahwa perubahaan-perubahan usia remaja menempatkan remaja pada suatu keadaan menurut Erikson disebut sebagai krisis identitas. Apabila remaja memperoleh peran dalam masyarakat, maka remaja akan mencapai sense of identity, yaitu menemukan identitasnya. Sebaliknya remaja yang tidak dapat menyelesaikan krisis identitasnya dengan baik, remaja menjadi

sense of role confusion or identity diffusion, yaitu ketidakmampuan memperoleh

peran dan menemukan diriHal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2006) bahwa identitas yang mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyaratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain, dan

seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri kurang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain.


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 32 orang anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa konsep diri anak yang mengalami fraktur termasuk kategori konsep diri yang negative sebanyak 17 orang (53,1%), walaupun ada salah satu dari komponen konsep diri yaitu ideal diri termasuk ke dalam ideal diri yang realistis, tetapi empat komponen diri yang lainnya yaitu gambaran diri, peran diri harga diri, dan identitas diri termasuk dalam kategori negatif

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan paling banyak adalah gambaran diri yang negatif ada sebanyak 20 orang (62,5%). Hal ini disebabkan, karena adanya Remaja beranggapan bahwa bahwa fraktur yang dialaminya menimbulkan perubahan keadaan fisik baik bentuk tubuh, fungsi tubuh dan penampilannya yang merupakan cerminan cerminan dari kondisi fisiknya sehingga dapat mengganggu konsep dirinya.

Pada komponen harga diri anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki harga diri yang rendah sebanyak sebanyak 17 orang (46,9%). Remaja menganggap harga dirinya rendah karena mereka merasa mereka mengalami kekurangan dalam penampilan dan merasa tidak mempunyai kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seorang diri bersikap pesimistik.


(52)

Dari hasil penelitian menunjukkan anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki peran diri yang kurang sebanyak 22 orang (68,8%). Hal ini terjadi karena, remaja menganggap bahwa peran dirinya kurang diperhitungkan keberadaanya. masa penyembuhan dari fraktur yang terlalu lama sehingga menyebabkan remaja tidak dapat menjalankan perannya dengan baik.

Dari hasill penelitian anak usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki identitas diri negatif sebanyak 23 orang (71,9%), karena pada masa remaja merupakan masa dalam penentuan identitas diri, namun karena fraktur yang dialami oleh remaja dapat menyebabkan gangguan dalam pembentukan identitas diri yang jelas.

Salah satu komponen konsep diri yaitu ideal diri usia remaja yang mengalami fraktur di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan termasuk dalam kategori positif sebanyak 19 orang (59,4%). Hal ini dikarenakan anak usia remaja yang mengalami fraktur meskipun dirinya mempunyai penyakit tetapi mereka meyakini bahwa penyakitnya dapat sembuh, mereka bersemangat untuk sembuh dari penyakitnya tersebut dengan menjalani pengobatan dengan baik serta mengikuti saran dari dokter maupun perawat.


(53)

6.2. Saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan padapenelitian ini adalah 1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Agar dapat menambah infomiasi clan pengetahuan perawat mengenai konsep diri anak yang mengalami fraktur sehingga dapat memberikan penanganan dari segi kuratif, juga interaksi anak usia remaja yang mengalami fraktur dengan lingkungan sosialnya di masyarakat. 2. Bagi praktek keperawatan

Agar dapat memberikan motivasi dan semangat bagi anak yang mengalami fraktur agar mempunyai konsep diri yang positif, juga menjaga kondisi kesehatannya dengan melakukan pengobatan yang intensif. 3. Bagi penelitian keperawatan.

Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambahjumlah responden yang lebih besar serta memandingkan hubungan konsep diri dengan derajat atau jenis fraktur yang banyak dialami oleh anak dan remaja.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta : Asdi Mahasatya

Broncopp, Dorothy (1999) Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC

Calhoun, J.F. & Acocella, J.R (1990) Psikologi Tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang

Corwin, J. Elizabeth (2003) Buku Patofisiologi Saku. Jakarta : EGC

Dempsey & Dempsey (2002) Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Aesculapius

Hidayat A. Aziz Alimul (2006) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul (2001) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Kartono, Kartini (1986) Psikologi Anak. Bandung : Alumni Keliat, B.A (1992). Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC

Mubarak, dkk (2007). Buku Ajar Kebutuhan Manusia : Teori dan Aplikasi

Praktik. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Patricia A (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik. Missouri: EGC

Price & Wilson (2005). Patofisiologi : Konsep Kilnis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Purwanto, Heri (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC


(55)

Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Salbiah (2003). Konsep Diri

Sarafino, E.P (1994) Psychology Health: Biopsycosocial Interaction. Jhon Wiley & Sons, inc

Soedjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika

Stuart, Gail W (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart & Sudden (1991). Principle and Practice of Psychyatric Nursing. Missouri: Mosty Company

Stuart & Sudden (1998). Buku Saku Keperawatan. Jakarta : EGC Sulistiawati (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Suriadi, dkk (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto Surbakti, A (2008). Data Pasien di RSUP HAM Medan. <http:

//www.libraryusu.ac.id>. 29 Maret 2009

Taylor, S.E (1995). Health Psychology. USA : Mc Graw-Hill

Wong, Donna L (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Wong, Donna L (2008). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi Revisi.


(56)

Lauipiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Diisi Peneliti Nomor Responden

Konsep Diri Remaja yang Mcngalami Fraktur yang Menjalani Pengobatan di Ruang RB2 (Ortopedi) Rumah Sakit H. Adam Malik Medan

Saya yang bernama Mimi Asmita Hidayatun/081121060 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai "Konsep Diri Remaja yang Mengalami Fraktur yang Menjalani Pengobatan di Ruang RB3 (Orthopedi) Rumah Sakit H. Adam Malik Medan". Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesukarelaan saudara/i.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara/i bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi saudara/i dan semua informasi yang saudara/i berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.

Medan, April 2010

Responden Peneliti


(57)

Lampiran 2

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian: Isilah data di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda chek list (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.

1. Usia : ……..tahun

2. Jenis Kelamin :  Pria  Wanita

3. Agama :  Islam  Budha

 Kristen  Hindu

4. Pendidikan :  tidak tamat SD  SD

 SMP  SMA

:  Akademik/Perguruan tinggi 5. Lamanya Dirawat :  1 bulan  2 bulan


(58)

2. Kuesioner Konsep Diri

Petunjuk pengisian : Buatlah tanda chek list/ contreng (√) pada kolom pilihan yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang pernah anda alami.

No Pernyataan Ya Tidak

Gambaran Diri

1 Saya tidak suka dengan perubahan yang ada pada bagian tubuh saya akibat patah tulang

2 Saya tidak mau melihat bagian tubuh yang mengalami patah tulang

3 Saya malu dengan kelainan pada tubuh saya akibat patah tulang

4 Saya merasa penampilan saya tidak menarik lagi setelah mengalami patah tulang

5 Saya dapat menerima jika bagian tubuh mengalami patah tulang terjadi perubahan fungsi

Ideal Diri Ya Tidak

6 Saya akan berusaha melaksanakan saran dokter agar cepat sebuh

7 Saya berharap dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa ada gangguan

8 Saya tidak ingin menyusahkan keluarga walaupun saya penderita patah tulang

9 Saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk memperoleh keinginan saya untuk mengejar cita-cita

10 Saya tidak akan menyesali diri saya dengan keadaan kondisi mengalami patah tulang

Harga Diri Ya Tidak

11 Saya tidak mau dikasihani orang lain walaupun saya mengalami patah tulang

12 Saya menerima keadaan saya yang mengalami patah tulang

13 Saya menerima keadaan saya yang mengalami patah tulang

14 Saya tidak mau dibantu orang lain melakukan aktivitas jika saya mampu melakukannya

15 Saya akan memaaafkan teman walaupun mereka pernah menghina saya


(59)

Peran Ya Tidak 16 Saya merasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan baik setelah menderita patah tulang

17 Saya akan selalu berusaha membantu orangtua sehari-harinya setelah mengalami patah tulang 18 Walaupun saya menderita patah tulang, saya akan

memotivasi diri agar selalu reda dalam menjalani kehidupan ini

19 Saya akan tetap bergaul dengan teman-teman saya seperti biasa

20 Saya akan berusaha lebih giat lagi menjalankan kewajiban saya sebagai anggota keluarga setelah saya sembuh

Identitas Diri Ya Tidak

21 Saya dijauhi teman-teman setelah mengalami patah tulang

22 Saya dikenal teman-teman sebagai sosok yang percaya diri walaupun mengalami patah tulang 23 Informasi patah tulang saya dapat dari dokter, orang

tua, dan buku membuat saya dapat menerima perubahaan yang terjadi pada diri

24 Saya bangga dengan diri saya walaupun mengalami patah tulang

25 Saya merasa canggung bergaul dengan teman-teman setelah mengalami patah tulang


(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mimi Asmita Hidayatun Tempat/Tanggal. Lahir : Sei Mati, 28 Agustus 1986 Jenis Kelamin : Perempuan.

Agama : Islam

Alamat : Jl. Besar Sei Mati No. 208 Dusun IV Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kab. Asahan

Riwayat Pendidikan : Tk. Tiara Prapat Janji

SD Negeri No 014673 Prapat Janji SLTP Swasta Diponegoro Kisaran MAN Kisaran

Akademi Keperawatan Yayasan Gita Matura Abadi Kisaran


(61)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.907 25

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 .60 .516 10

p2 .50 .527 10

p3 .70 .483 10

p4 .30 .483 10

p5 .70 .483 10

p6 .80 .422 10

p7 .40 .516 10

p8 .60 .516 10

p9 .70 .483 10

p10 .50 .527 10

p11 .50 .527 10

p12 .30 .483 10

p13 .30 .483 10

p14 .60 .516 10

p15 .40 .516 10

p16 .60 .516 10

p17 .50 .527 10

p18 .50 .527 10

p19 .40 .516 10

p20 .40 .516 10

p21 .50 .527 10

p22 .70 .483 10

p23 .20 .422 10

p24 .60 .516 10


(62)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 11.90 44.767 .470 .904

p2 12.00 45.556 .344 .907

p3 11.80 44.622 .530 .903

p4 12.20 43.289 .748 .899

p5 11.80 45.733 .354 .907

p6 11.70 45.789 .405 .905

p7 12.10 42.322 .847 .896

p8 11.90 44.544 .503 .904

p9 11.80 45.733 .354 .907

p10 12.00 44.222 .539 .903

p11 12.00 45.111 .408 .906

p12 12.20 45.733 .354 .907

p13 12.20 45.511 .389 .906

p14 11.90 45.656 .338 .907

p15 12.10 44.544 .503 .904

p16 11.90 44.544 .503 .904

p17 12.00 44.000 .572 .902

p18 12.00 45.556 .344 .907

p19 12.10 45.211 .403 .906

p20 12.10 44.989 .436 .905

p21 12.00 43.111 .706 .899

p22 11.80 43.956 .638 .901

p23 12.30 43.789 .773 .899

p24 11.90 44.544 .503 .904


(63)

Frequency Table

g1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

g2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 40.6 40.6 40.6

ya 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

g3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 14 43.8 43.8 43.8

ya 18 56.2 56.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

g4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

g5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 23 71.9 71.9 71.9

ya 9 28.1 28.1 100.0


(64)

I1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 40.6 40.6 40.6

ya 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

I2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

I3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

I4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

I5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 20 62.5 62.5 62.5

ya 12 37.5 37.5 100.0


(1)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 40.6 40.6 40.6

ya 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 18 56.2 56.2 56.2

ya 14 43.8 43.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 20 62.5 62.5 62.5

ya 12 37.5 37.5 100.0


(2)

Id1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 20 62.5 62.5 62.5

ya 12 37.5 37.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Id2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 40.6 40.6 40.6

ya 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Id3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 40.6 40.6 40.6

ya 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Id4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 50.0 50.0 50.0

ya 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Id5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 21 65.6 65.6 65.6

ya 11 34.4 34.4 100.0


(3)

Frequencies

Statistics

Gambaran Diri Ideal diri Harga diri Peran Identitas diri Remaja fraktur

N Valid 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Gambaran Diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 20 62.5 62.5 62.5

Positif 12 37.5 37.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Ideal diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak realistis 19 59.4 59.4 59.4

Realistis 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Harga diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 15 46.9 46.9 46.9

Tinggi 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Peran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Identitas diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 18 56.2 56.2 56.2

Kuat 14 43.8 43.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Remaja fraktur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Derajat I (Ringan) 11 34.4 34.4 34.4

Derajat II (Sedang) 12 37.5 37.5 71.9

Derajat III (Berat) 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori remaja fraktur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 17 53.1 53.1 53.1

positif 15 46.9 46.9 100.0


(5)

TAKSASI DANA PENELITIAN

A. Penelitian Skripsi

1.

Penelusuran literature dari internet

Rp.

150.000

2.

Print literature dari Internet

Rp.

250.000

3.

Foto kopi literature dari buku

Rp.

250.000

4.

Pengetikan dan print skripsi

Rp.

350.000

5.

Penggandaan dan penjilidan skripsi

Rp.

75.000

B. Administrasi Penelitian

1.

Biaya survey awal

Rp.

45.000

2.

Biaya Transportasi

Rp.

150.000

3.

Biaya pengambilan data

Rp.

114.000

C. Pengumpulan dan Analisa data

1. Biaya penggandaan kuesioner dan

lembar persetujuan responden

Rp.

30.000

Jumlah

Rp.

1.414.000

Biaya tak terduga 10%

Rp.

141.400


(6)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No.

Kegiatan

Tahun 2009

Tahun 2010

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

Maret

April

Mei

Juni

Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pengajuan judul proposal

2

Penyusunan proposal

3

Sidang proposal

4

Revisi proposal

5

Penelitian

6

Pembuatan laporan

7

Sidang skripsi