Patofisiologi Klasifikasi Fraktur Fraktur .1 Definisi

2.1.3 Patofisiologi

Fraktur tulang paling sering disebabkan oleh truma, terutama pada anak- anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah dapat terjadi hanya akibat trauma minimal atau tekanan ringan. Sewaktu tulang patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin hematom fraktur dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi. Fraktur pada anak sembuh lebih cepat daripada orang dewasa. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses klasifikasi dan pengerasan Corwin, 2000.

2.1.4 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi: Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.Fraktur terbuka Universitas Sumatera Utara opencompound, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit price, 1995. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat menurut R. Gustilo, yaitu: 1. Derajat I: Luka kurang 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan, kontaminasi minimal. 2. Derajat II: Laserasi 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, flapavulsi, fraktur kominutif sedang, kontaminasi sedang. 3. Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas: jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luasflapavulsi; atau fraktur segmentalsangat komunitif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya luka. Dari jenisnya fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplet yaitu bila fragmen tulangnya benar terpisah sedangkan fraktur incomplet terjadi bila fragmen tulangnya tetap berlekatan, fraktur complicated di mana fragmen tulangnya yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan seperti pada bagian paru atau kandung kemih. Fraktur lain seperti fraktur comminuted di mana fragmennya kecil dan tulangnya terpecah dari batang tulang yang fraktur dan berada di sekitar jaringan, dan yang sering terjadi pada anak adalah bends di mana tulang anak yang fleksibel dapat dibengkokkan sekitar 45 derajat sebelum menjadi patah. Fraktur buckle akibat kompresi tulang yang keropos sehingga dapat menimbulkan fraktur. Green stick yakni fraktur yang terjadi bila tulang Universitas Sumatera Utara terangulasi melebihi batas pembengkokannya di mana sisi yang terkompresi melengkung dan sisi yang menegang mengalami kerusakan Hidayat, 2006. 2.1.5 Gejala Klinis Fraktur Gejala Klinis fraktur yaitu terjadi pembengkakan yang umum terjadi di sekitar area fraktur, nyeri atau nyeri tekan, serta penurunan fungsi bagian yang terkena, memar, rigiditas muskular berat, krepitus gemerutuk pada tempat fraktur. Menurut Mansjoer, dkk 2000 untuk mengetahui gejala yang spesifik dari fraktur terlebih dahulu harus dilakukan Diagnosis fraktur yaitu dengan melakukan: 1. Anamnesis Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, dan posisi pasien atau eksteremitas yang bersangkutan mekanisme trauma. Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistemik dari kepala, muka, leher, dada dan perut. 2. Pemeriksaan umum Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi. 3. Pemeriksaan status lokalis Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang : a. Look, cari apakah terdapat: 1 Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal misalnya pada fraktur kondilus lateralis humerus, angulasi, Universitas Sumatera Utara rotasi dan pemendekan. 2 Functio laesa hilangnya fungsi, misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan. 3 Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan, misalnya pada tungkai bawah meliputi apparent length jarak antara umbilikal dengan maleolus medialis dan true length jarak antara SIAS dengan maleolus medialis. b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan. c. Move, untuk mencari: 1 Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah trauma. 2 Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. 3 Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan, range of motion derajat ruang lingkup gerakan sendi, dan kekuatan.

2.1.6 Komplikasi