4. Tindakan tidak nyata yang dilakukan terhadap asset intengibel konsumen
seperti asuransi, investasi di bank, dan konsultasi.
b. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Cara PenyajianInteraksi
Sistem penyajian jasa ditentukan oleh dua komponen, yaitu: 1.
Komponen interaksi, perlu tidaknya interaksi fisik antara personel kontak dengan konsumen akan menentukan perlu tidaknya konsumen datang ke
tempat jasa diproses, seperti tukang cukur, teater, jasa perbaikan atau pengecatan gedungrumah, dll. Interaksi fisik ini juga ditentukan oleh dapat
atau tidaknya transaksi jasa dilaksanakan dengan tanpa kontak langsung, misalnya dengan telepon.
2. Komponen geografis, cara atau sistem penyajian jasa ditentukan oleh sebaran
outlet tempat organisasi melayani konsumen, yaitu di satu atau beberapa outletlokasi seperti pelayanan bus atau rantai fast food .
c. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Sifat Permintaan
Permintaan jasa sangat bervariasi, ada permintaan yang bisa diprediksi seperti restoran makanan cepat saji memprediksi jumlah permintaan pada jam-jam
makan siang, ada pula yang random seperti jumlah pengunjung toko eceran dari hari ke hari, jumlah pengunjung restoran makanan cepat saji di luar jam makan siang, dan
sebagainya.
d. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Jenis Hubungan Dengan Konsumen
1. Penyajian jasa yang kontinyu yaitu hubungan keanggotaan seperti asuransi, perbankan, dll, hubungan tidak formal seperti stasiun radio, jalan raya, dll.
Universitas Sumatera Utara
2. Transaksi diskrit yaitu: hubungan keanggotaan seperti tiket perjalanan PP, reparasi dengan garansi, telepon jarak jauh, dll, hubungan tidak formal seperti
jasa pos, jalan tol, bioskop, dll. Yazid, 2003:32
2.2.4. Macam-Macam Jasa Berkaitan dengan macam jasa, Aubrey Wilson dalam buku Pemasaran Jasa
mengutip pendapat dari Green Field, membedakan jasa dalam dua kelompok, yaitu:
1. Jasa untuk konsumen
Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga. Jasa untuk konsumen digambarkan sebagai pengeluaran
oleh orang perorang dan bukan organisasi, yang tidak mengakibatkan adanya kepemilikan barang. Antara lain menyangkut perawatan pribadi, kesejahteraan
asuransi perumahan, hiburan dan transportasi.
2. Jasa Produsen
Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga. Jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:
1. Jasa peralatan yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan
instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi, berkas dan perabotan.
2. Jasa pemberian kemudahan yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan
sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
3. Jasa berupa nasehat dan konsultasi yaitu semua pelayanan jasa yang
menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk penasehat , penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan,
organisasi dan pemasaran. 1982:20
2.3. Asuransi 2.3.1. Sejarah Asuransi
Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great 356-323 BC seorang pembantunya Antimenes memerlukan sangat banyak uang
untuk membiayai pemerintahannya. Oleh karena itu, Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan budak-budaknya dan
membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalannya Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka dia
akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap atau jika tidak dapat ditangkap dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.
Jika diteliti uang yang diterima oleh Antimenes dari pemilik budak semacam premi yang diterima oleh tertanggung. Sedangkan kesanggupan Antimenes untuk
menangkap budak yang melarikan diri, atau membayar ganti kerugian karena budak yang hilang semacam risiko yang dipikul oleh penanggung.
Pada zaman itu banyak juga orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap
Universitas Sumatera Utara
bulan sampai wafatnya dan bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Jadi, perjanjian ini mirip dengan asuransi jiwa.
Perjanjian ini terus berkembang pada zaman Romawi kira-kira tahun ke-10 AC. Pada waktu itu dibentuk semacam perkumpulan collegium dimana setiap
anggota harus membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang meninggal dunia, perkumpulan memberikan bantuan biaya
penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya dan apabila anggota perkumpulan mengadakan upacara tertentu, perkumpulan memberikan bantuan biaya
upacara. Dapat difahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jumlah.
Peristiwa-peristiwa hukum ini terus berkembang sampai abad pertengahan. Di Inggris orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk satu perkumpulan yang
disebut glide dimana jika ada anggota yang mengalami kebakaran rumah maka glide akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana glide yang terkumpul dari
anggota. Jadi, perjanjian ini mirip dengan asuransi kebakaran. Di negara-negara Eropa untuk menjamin kepentingan perjalanan perdagangan laut pemilik kapal
meminjam sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu sedangkan kapal dan muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan apabila kapal dan barang
muatannya rusak atau tenggelam uang dan bunganya tidak usah dibayar kembali akan tetapi bila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang
yang dipinjam dikembalikan dengan bunga. Ini disebut Bodemerij. Jadi mirip dengan asuransi kerugian pada pengangkutan laut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak positif pada perkembangan usaha perasuransian. Kegiatan usaha tidak
hanya bidang asuransi melainkan juga usaha penunjang asuransi. Dimana hal ini mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi
sosial. Abdulkadir Muhammad, 1998:1 Asuransi di Indonesia merupakan sesuatu yang relatif baru yang datang
bersama-sama dengan datangnya orang Belanda dimana asuransi dipergunakan sebagai suatu lembaga yang menjamin kepentingan mereka dalam bidang
perdagangan dan perekonomian. Secara formal masuknya asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia ialah sejak berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Belanda di Indonesia pada tahun 1848. Berlakunya KUH Dagang Belanda di Indonesia adalah atas dasar asas konkordansi yang dimuat dalam Stb 1943 No 23,
yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Sampai saat ini usaha perasuransian terus berkembang dengan makin
berkembangnya ekonomi masyarakat. Sri Rezeki Hartono, 1992:49
2.3.2. Pengertian Asuransi Defenisi dari asuransi itu sendiri menurut Kitab Undang-undang Hukum
Dagang Pasal 246, yaitu:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
Universitas Sumatera Utara
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu
Berdasarkan defenisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu: 1.
Pihak tertanggung insured yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung insurer yang berjanji akan membayar sejumlah uang
santunan kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
3. Suatu peristiwa accident yang tak tertentu tidak diketahui sebelumnya.
4. Kepentingan interest yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu. Soeisno Djojosoedarso,1999:71
Defenisi dari asuransi menurut Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yaitu :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. Abdulkadir Muhammad, 1998:11
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Manfaat Asuransi Y. Sri Susilo, dkk mengatakan bahwa asuransi dapat memberikan manfaat
bagi tertanggung, antara lain:
a. Rasa aman dan perlindungan, polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung
akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian benar-benar terjadi, pihak tertanggung insured
berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dan penanggung. b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, prinsip keadilan
diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan
memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung
sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. c. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
d. Berfungsi sebagai tabungan dan pendapatan, premi yang dibayarkan setiap