Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Karakterisasi simplisia daun kemenyan meliputi pengamatan makroskopik yaitu daun menggulung tidak beraturan, berwarna hijau, mudah diremahkan, tidak berbau dan tidak berasa. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya stomata tipe anomositik, trikoma kelenjar bentuk bintang dan kristal bentuk prisma. Penetapan kadar air 7,32, kadar sari larut dalam air 19,92, kadar sari larut dalam etanol 21,50, kadar abu total 2,24 dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,26. Karakterisasi simplisia getah kemenyan meliputi pemeriksaan makroskopik simplisia getah berupa massa keras, putih dan bau khas. Pemeriksaan mikroskopik getah kemenyan memperlihatkan adanya kristal bentuk jarum dan prisma. Penetapan kadar air 2,65, kadar sari larut dalam air 1,95, kadar sari larut dalam etanol 95,62, kadar abu total 1,33 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,23 . 2. Pada daun kemenyan terdapat senyawa saponin, tanin, flavonoid, glikosida, antrakinon dan triterpenoidsteroid, sedangkan pada getah kemenyan terdapat senyawa triterpenoidsteroid. 3. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol dan fraksi etilasetat daun kemenyan memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan 53 Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dengan konsentrasi hambat minimum yang sama yaitu 10 mgml. Fraksi n-heksan daun kemenyan dan getah memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur. Konsentrasi hambat minimum getah terhadap Candida albicans adalah 50 mgml.

5.2 Saran

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan daun dan getah kemenyan dengan memformulasinya untuk penggunaan topikal. 54 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Kemenyan Tapanuli Utara: Komoditi Andalan yang Kurang Diminati. Majalah Kehutanan Indonesia. Claude, G. 2002. Lobu Tua, Sejarah awal Barus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal. 253. Claus, E.P, et all. 1971. Pharmacognosy. Sixth Edition. Philadelphia: Lea and Febiger. Pages 219-220. Depkes RI. 1986. Sedian Galenik. Jakarta: DitjenPOM. Hal. 12, 26. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Hal. 297, 300-304 ,321 , 325, 333-339. Difco Laboratories. 1977. Difco Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth edition. Detroit Michigan: Difco Laboratories. Pages 32, 64. Ditjen POM. 1972. Farmakope Indonesia. Edisi II. Jakarta: Lembaga Farmasi Nasional. Hal. 90. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Hal. 112. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI. Hal. 855, 896, 898, 1035. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Depkes RI. Hal. 1, 10-11. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Cetakan kedua belas. Jakarta: Djambatan. Hal. 118-119, 126, 134, 154. Elimasni. 2006. Pengembangan teknik subkultur untuk mengatasi kesulitan perbanyakan bibit kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander secara kultur jaringan tumbuhan. Laporan hasil penelitian Fundamental. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam. Hal. 2. Fransworth, N.R. 1996. Biologycal And Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 553. Chicago: Reheis Chemical Company. Pages 257-259, 263. Goeswin, A. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 8. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Hal. 1601-1609. 55 Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 279. Jawetz, E. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah: Mudihardi, E., dkk. Surabaya: Penerbit Salemba Medika. Hal. 318-319, 372. Napitupulu, I. 2008. Tanaman Kemenyan sangat Potensial untuk Dikembangkan . http:www.imrannapitupulu.com. Diakses Maret 2010 Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 199. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Hal. 23, 111-115. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 191 Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopik. Bandung: Penerbit Institut Tehnologi Bandung. Hal. 139-140. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Hal. 249. Trease, G.E. 1978. Pharmacognosy. Eleventh Edition. London: Bailliere Tindall. Pages 308-309. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 316-317. Volk, W. A. 1989. Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 151-152, 155-156, 195. Warastri, A.W. 2007. Kemenyan, Getah Magis yang Dulu Senilai Emas. Harian Kompas. Jumat, 13 April. Hal. 8. Bagian Sumber Daya. Wattimena, J.R, dkk. 1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotika. Yogyakarta: Universitas Gajahmada Press. Hal. 60-61. WHO. 1998. Quality Control Methods For Medicinal Plant Materials. England: WHO. Pages 31-33. Wiryowidagdo, S. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Hal. 1, 138. Youngken, H.W. 1950. Textbook of Pharmacognosy. Sixth Edition. Boston: Massachisetts. Pages 647-649. Zweig, G dan Sherma, J. 1987. CRC Handbook of Chromatography General Data and Principles. Vol II. Baton Rough: CRS Press, Inc. Page 113. 56 Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan 57 Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Kemenyan Styrax benzoin Dryand. 58 Lampiran 3. Gambar Daun Kemenyan Segar Gambar Simplisia Daun Kemenyan 59 Lampiran 4. Gambar Simplisia Getah Kemenyan 60 Lampiran 5. Gambar Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Kemenyan Keterangan: 1 = Stomata tipe anomositik 2 = trikoma bentuk bintang 3 = Kristal bentuk prisma 61 Lampiran 6. Gambar Mikroskopik Serbuk Simplisia Getah Kemenyan Keterangan: 1 = Kristal bentuk jarum 2 = Kristal bentuk prisma 62 Lampiran 7. Bagan Pembuatan Ekstrak dan Fraksinasi Dimaserasi dengan etanol 80 Dipisahkan dan maserasi diulangi Dipekatkan dengan rotary evaporator Dipekatkan dengan freeze dryer Dilarutkan dengan aquadest Difraksinasi dengan n-heksan Dipekatkan Difraksinasi dengan etilasetat Dipekatkan Simplisia daun kemenyan Maserat Ampas Ekstrak etanol Fraksi n-heksan Fraksi air Fraksi n-heksan pekat Fraksi air Fraksi etilasetat Fraksi etilasetat pekat 63 Lampiran 8. Bagan Pengujian Aktivitas Antibakteri Diambil 1 ose Disuspensikan ke dalam 10 ml NaCl 0,9 Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri Ditambahkan 20 ml media nutrient agar ke dalam cawan petri Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat Ditanamkan silinder logam Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai konsentrasi Diinkubasi pada suhu 36-37 o C selama 18-24 jam Diukur diameter daerah hambatan di sekitar silinder logam Stok kultur Inokulum bakteri Media padat Hasil 64 Lampiran 9. Bagan Pengujian Aktivitas Antifungi Diambil 1 ose Disuspensikan ke dalam 10 ml NaCl 0,9 Diinkubasi pada suhu 20-25 o C selama 24 jam Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri Ditambahkan 20 ml media potato dextrose agar ke dalam cawan petri Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat Ditanamkan silinder logam Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai konsentrasi Diinkubasi pada suhu 20-25 o C selama 48 jam Diukur diameter daerah hambatan di sekitar silinder logam Stok kultur Inokulum jamur Media padat Hasil 65 Lampiran 10. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Daun Kemenyan 10.1 Perhitungan Kadar Air Kadar air = Volume air = 0,3 ml Berat Sampel = 5,003 g Kadar air I = = 5,99 Volume air = 0,4 ml Berat Sampel = 5,002 g Kadar air II = = 7,99 Volume air = 0,4 ml Berat Sampel = 5,004 g Kadar air III = = 7,99 Rata-rata kadar air = = = 7,32 66 Lampiran 10. lanjutan

10.2 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air