21
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia dari simplisia nabati atau hewani dengan pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut Ditjen POM, 2000. Tujuannya ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat yang memiliki khasiat pengobatan dari zat yang tidak
berfaedah agar lebih mudah dipergunakan dan disimpan Syamsuni, 2006. Hasil ekstraksi diperoleh ekstrak. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995. Penyarian senyawa aktif sebagai berikut:
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai pada temperatur ruangan dan terlindung dari cahaya yang
disertai pengocokan atau pengadukan Ditjen POM, 2000; Syamsuni, 2006. 2.
Perkolasi Perkolasi adalah penyarian dengan pelarut baru sampai sempurna yang
dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, perendaman dan perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan
ekstrak Ditjen POM, 2000. 3.
Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang dipanaskan hingga
mendidih sehingga uap membasahi serbuk simplisia karena adanya pendingin
22
balik dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan Ditjen POM, 2000.
4. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah pada temperatur 40-50
o
C Ditjen POM, 1986. 5.
Infus Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
dengan air pada suhu 90
o
C selama 15 menit Ditjen POM, 1995. 6.
Dekok Dekok adalah penyarian dengan menggunakan air pada suhu 90
o
C selama 30 menit Goeswin, 2007.
2.3 Uraian Mikroba
Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroba
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu organisme prokariot dan organisme eukariot. Bakteri termasuk ke dalam organisme prokariot dan jamur termasuk
organisme eukaroit Pratiei, 2008.
2.3.1 Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersel satu, sel prokariotik, berkembangbiak dengan pembelahan diri yaitu aseksual Dwidjoseputro, 1994.
Berdasarkan pewarnaan gram bakteri dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Dinding sel bakteri gram positif mengandung lapisan
peptidoglikan yang tebal dan asam teikoat. Dinding sel bakteri gram negatif
23
mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis, membran luar yang terdiri dari protein, lipoprotein, fosfolipid dan lipopolisakarida, daerah periplasma dan
membran dalam. Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
a. Staphylococcus aureus
Sistematika Staphylococcus aureus menurut Bergey edisi ke-7 Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut:
Divisi :
Protophyta Kelas
: Schizomycetes
Bangsa :
Eubacteriales Suku
: Micrococcaceae
Marga :
Staphylococcus Jenis
: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif, berbentuk kokus bila diamati di bawah mikroskop, berbentuk koloni yang berwarna keemasan
muda. Bakteri ini merupakan bakteri patogen berupa anaerob fakultatif Jawetz, 2001. Bakteri ini menyebabkan infeksi pada luka yang mungkin menyebar ke
lapisan subkutan kulit yang menyebabkan terjadinya abses permukaan yang terlokalisasi atau bisul. Bakteri ini juga menyebabkan infeksi luka seperti luka
bakar. Staphylococcus aureus selalu dapat menyesuaikan diri dalam sehingga resisten terhadap pengobatan Volk, 1989.
24
b. Pseudomonas aeruginosa
Sistematika Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey edisi ke-7 Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut:
Divisi :
Protophyta Kelas
: Schizomycetes
Bangsa :
Pseudomonales Suku
: Pseudomonaceae
Marga :
Pseudomonas Jenis
: Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang terlihat sebagai rantai pendek dan menghasilkan piosianin dan fluoresein
memberikan biakan berwarna biru hijau Jawetz, 2001. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar Volk, 1989.
2.3.2 Jamur
Jamur adalah organisme heterotrofik. Jamur dapat berupa khamir yang tumbuh sebagai uniseluler atau berupa kapang yang tumbuh berupa filamen-
filamen. Komponen penyusun dinding sel berupa kitin, selulosa atau glukan Pelczar, 2006.
Sistematika Candida albicans menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut:
Divisi :
Ascomycota Kelas
: Saccharomycetes
Bangsa :
Saccharomycetales Suku
: Saccharomycetaceae
25
Marga :
Candida Jenis
: Candida albicans
Candida albicans merupakan khamir lonjong yang berkembangbiak dengan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun
dalam jaringan dan eksudat Jawetz, 2001. Khamir ini merupakan flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, mulut, saluran pencernaan dan genitalia
wanita. Candida albicans merupakan fungi oportunis yang dapat menginfeksi mulut, vagina atau kulit Volk, 1989.
Bila koloni mikroorganisme ditanam pada media yang sesuai dalam waktu tertentu, maka dapat dilihat suatu grafik pertumbuhan yang dapat dibagi dalam 4
fase menurut Pratiwi, 2008 yaitu: 1.
Fase penyesuaian diri lag phase Fase pertama ini mikroorganisme mengalami penyesuaian pada
lingkungan baru setelah pemindahan. Fase ini tidak terjadi perkembangbiakan sel, yang ada hanya peningkatan ukuran sel dan aktivitas metabolisme.
2. Fase pembelahan log phase
Fase kedua ini mikroorganisme berkembang dengan cepat yang jumlahnya meningkat secara eksponensial. Fase ini berlangsung selama 18-24 jam.
3. Fase stasioner stasionary phase
Fase ketiga terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Hal ini terjadi karena akumulasi hasil
metabolisme yang toksis.
26
4. Fase kematian
Fase dimana jumlah sel yang mati meningkat dikarenakan keadaan lingkungan seperti ketidaksediaan nutrisi dan akumulasi hasil metabolisme
yang toksik. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat
dibedakan menjadi faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik dan cahaya. Faktor kimia meliputi karbon,
oksigen, trace element dan faktor pertumbuhan organik termasuk nutrisi yang terdapat dalam media pertumbuhan Pratiwi, 2008.
1. Temperatur
Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh temperatur. Setiap mikroorganisme mempunyai temperatur optimum yaitu temperatur di mana
terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi
protein sedangkan temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan terhenti. Berdasarkan batas temperatur dibagi atas tiga golongan:
a. psikrofil, tumbuh pada temperatur -5 sampai 30
o
C dengan optimum 10 sampai 20
o
C. b.
mesofil, tumbuh pada temperatur 10 sampai 45
o
C dengan optimum 20 sampai 40
o
C. c.
termofil, tumbuh pada termperatur 25 sampai 80
o
C dengan optimum 50 sampai 60
o
C Pratiwi, 2008.
27
2. pH
pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan penurunan
konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein
yang menggangu pertumbuhan sel Pratiwi, 2008. 3.
Tekanan osmosis Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel
karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel, sedangkan dalam larutan hipertonik air
akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel Pratiwi, 2008.
4. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen dikenal mikroorganisme dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
a. Anaerob obligat, hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan ini.
b. Anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya oksigen.
c. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa
oksigen. d.
Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar. e.
Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik dalam tekanan oksigen yang rendah Pratiwi, 2008.
28
5. Nutrisi
Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi
dua yaitu makroelemen elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak dan mikroelemen trace element yaitu elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah
sedikit Pratiwi, 2008.
2.4 Pengujian Aktivitas Antimikroba
Penetapan aktivitas antimikroba menurut Wattimena, 1991 yaitu: 1.
Cara difusi agar Cara ini dapat menggunakan cakram kertas, silinder atau cekungan.
Hasilnya diperoleh dengan mengamati dan mengukur daerah bening di sekeliling cakarm, silinder atau cekungan yang menunjukkan hambatan
pertumbuhan mikroba. 2.
Cara Turbidimetri Pengukuran dengan cara ini cepat dan dapat memperkirakan jumlah sel.
Jika suspensi sel terlihat keruh maka cahaya tidak dapat diteruskan. Hal ini berarti makin keruh suspensi makin banyak sel yang ada dalamnya.
Pengukuran dapat menggunakan spektrofotometer.
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Tahap penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia
dan pembuatan ekstrak. Selanjutnya pengujian aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar menggunakan silinder logam. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Formulasi Sediaan Steril, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.1 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf Fisons, blender Philips, bola karet, desikator, freeze dryer Modulio,
inkubator Fiber Scientific, jangka sorong, jarum ose, kompor Sharp, krus porselin, Laminar Air Flow Cabinet Astec HLF 1200L, lemari pendingin
Toshiba, lumpang dan alu, mikroskop, neraca kasar Sun, neraca listrik Vibra AJ, oven Memmert, penangas air Yenaco, pinset, pipet mikro Eppendorf,
rotary evaporator Haake D, seperangkat alat penetapan kadar air, silinder logam, spektrofotometer visibel Dynamic dan tanur.
3.2 Bahan-bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun kemenyan, getah kemenyan, nutrient agar, potato dextrose agar, Staphylococcus
aureus ATCC No 6538, Pseudomonas aeruginosa ATCC No 9027, Candida albicans ATCC No 10231, air suling, bahan kimia yang digunakan berkualitas