xl
3. Rukun Gadai Syariah
Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun gadai tersebut antara lain:
36
a. Ar-Rahin yang menggadaikan
Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang digadaikan.
b. Al-Murtahin yang menerima gadai
Orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan baranggadai.
c. Al-Marhun rahn barang yang digadaikan Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan utang. d. Al-Marhun bih utang
Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
e. Siqhat, Ijab dan Qabul
Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.
36
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 160.
xli
4. Syarat Gadai Syariah
Ulama fiqh sepakat bahwa syarat-syarat rahn sesuai dengan rukun rahn itu sendiri, seperti : pihak yang berakal harus cakap hukum yaitu baligh dan berakal.
Isi akad tidak mengandung syarat fasidbathil, seperti Murtahin Pemilik Modal mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
Syarat lain adalah Marhum bih utang, yaitu jumlah utang tidak melebihi dari nilai jaminanagunan. Apabila melebihi nilai jaminan dikhawatirkan akan terjadi
sesuatu yang tidak benar. Syarat marhun barangharta yang dijaminkan harus bisa dijual dan nilainya seimbang dengan hutang dan bermanfaat. Ukuran dan
sifat marhun pun harus jelas. Marhun yang digunakan adalah milik sah dan penuh nasabah dan tidak terkait dengan hak orang lain.
37
Asy Syafi’i mengatakan bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan dan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki mensyaratkan bahwa
gadai wajib dengan akad dan setelah akad, orang yang menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima gadai.
38
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:
39
a. Bisa diperjualbelikan. b. Harus berupa harta yang bernilai.
c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.
37
Muamalah institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi Jakarta: Muamalat Institute, 1999, h. 129.
38
Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h. 53.
39
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 161.
xlii d. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah untuk
digadaikan harus berupa barang yang diterima secara langsung. e. Harus dimiliki oleh rahin peminjam atau pegadai setidaknya harus seizin
pemiliknya.
5. Mekanisme Operasional Gadai Syariah