Hidayat membuat RPD dan para penulis lainnya dipercaya untuk mengerjakan sebuah esai yang kemudian akan dijadikan sebuah buku.
B. Pergulatan Radhar Panca Dahana dalam Dunia Akademik
RPD kecil tidak pernah bersentuhan dengan pendidikan agama secara formal seperti di pesantren atau di madrasah. Ini adalah keinginan orang tuanya
yang tidak mau pada suatu saat nanti RPD menjadikan agama hanya menjadi suatu kajian ilmiah atau retorika belaka, tetapi tidak imanen di dalam diri. Namun
seperti dikemukan di atas, sebagai seorang Muslim, orang tua RPD tetap memberitahu tentang tradisi-tradisi ibadah keislaman dan menjelaskan kepada
RPD bahwa makna, fungsi dan peran di balik ibadah itu adalah untuk kemanusiaan dan bukan untuk Tuhan atau ibadah itu sendiri. Esensi ibadah dapat
diraih ketika seseorang telah berbuat jujur, bermoral dan beretika baik dalam pergaulan masyarakat, kata orang tuanya kepada RPD seperti dituturkan RPD
sendiri kepada penulis. Bangku sekolah dasar SD RPD jalani di SDN 4 Blok D Gandaria 1971-
1977. Setelah itu ia melanjutkan ke SMPN 68 Cilandak 1977-1979. Masa SMA RPD dihabiskan di tiga sekolah yang berlainan, yakni SMA II Jakarta 1980-
1982, SMA 46 Jakarta 1982-1983 dan SMA Gita Kirtti Giki-SMA Kristes di Bogor 1983-1986. Di tempat terakhir inilah ia menamatkan sekolah menengah
tingkat atas.
133
133
Playboy, edisi Juli 2006, h.144.
Aktivitas RPD ketika masa SMA lebih banyak dicurahkan ke dalam dunia seni teater dan penulisan, apalagi ketika itu ia telah diangkat oleh harian Kompas
menjadi wartawan freelance dan redaktur di majalah Jakarta Jakarta dengan penghasilan yang cukup lumayan.
134
Kesibukannya sebagai penulis dan wartawan menyebabkan sekolahnya pun menjadi kacau balau.
Tamat dari SMA RPD melanjutkan pendidikannya ke Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik FISIP jurusan Sosiologi. Ia
dinyatakan lulus pada tahun 1994. Di jurusan ini pula ia sempat bersentuhan dengan agama dengan mengkaji agama dan aspek-aspek di dalamnya, seperti
dogma, doktrin, ritus, nabi-nabi dalam agama dan lain sebagainya dalam diskusi- diskusi kelas, tentu kajiannnya itu dalam sudut pandang sosiologis.
Berkat pergaulan yang luas dan tulisan-tulisan yang sering dimuat di berbagai media cetak, membuat namanya semakin dikenal di masyarakat luas,
terutama para seniman dan budayawan, baik di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Berkat itu pula RPD secara tiba-tiba ditawarkan oleh kedutaan Prancis
untuk meneruskan kuliahnya di negeri berikon fashion itu secara gratis. Di sana ia sempat mendalami bahasa Prancis di Centre Linguistique Apliquee 1997-1998.
Setelah dirasa cukup menguasai bahasa Prancis RPD melamar sebagai mahasiswa strata 2 S-2 di Ecole des hautes ettueds en Sciences atau disingkat EHESS. Dan
ia berhasil menembus benteng EHESS yang menurut kalangan mahasiswa Prancis terkenal sebagai institut yang paling sulit dalam memberikan ujian masuk
terhadap calon-calon mahasiswanya. Di sana RPD bertemu dengan ilmuwan- ilmuwan sosiologi terkenal seperti Jaqques Derrida dan Bourdouex. RPD
134
Playboy, edisi Juli 2006, h.142.
mengaku ketika di EHESS, selain pernah diajar langsung oleh Derrida, RPD juga kerap menemuinya untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk tentang agama
beserta persoalan di dalamnya. Ketika RPD mendapatkan kesempatan dari kedutaan Prancis untuk
melanjutkan studinya ke jenjang S-3 di tempat yang sama, RPD sempat meminta Derrida untuk menjadi pembimbing disertasinya, tetapi karena kesibukannya,
Derrida dengan berat hati menolak permohonan RPD. Karena alasan penolakan Derrida tersebut lalu RPD memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
C. Aktivitas Radhar Panca Dahana