Misalnya, seorang yang berutang telah menerima uangnya, dan Kreditur menerima jaminannya, maka si berutang harus mengembalikan hutangnya
dan Kreditur memberikan dokumen jaminannya Pasal 1265 KUH Perdata.
E. Perjanjian Kredit Dilihat dari Dasar Haknya
Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUHPerdata merupakan pedoman bagi para pihak dalam membuat suatu perjanjian kredit, yaitu selain harus berpedoman pada
peraturan perundangan yang berlaku, para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian kredit harus tetap berpedoman pada kepatutan, kebiasaan
serta itikad baik sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. Pihak bank dalam perjanjian kredit pada umumnya berada dalam posisi
kuat, selain karena pihak bank selaku pelaku usaha yang menentukan isi perjanjian, pihak bank juga dilindungi oleh perjanjian standart perbankan dalam
klausula baku dari pihak bank yang pada intinya menegaskan bahwa nasabah debiturkonsumen tunduk pada segala petunjuk dan peraturan bank yang telah
ada dan masih akan diterapkan kemudian oleh pihak bank. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kedudukan bank sebagai pemberi kredit dengan calon
nasabah sebagai penerima kredit tidak seimbang. Hal ini tidak sesuai dengan kesetaraan, nasabah harus menerima jika masih ingin tetap melanjutkan perjanjian
tersebut walaupun melemahkan posisinya, terutama mengenai hal-hal yang terjadi diluar kuasanya seperti keadaan memaksa overmacht.
Perjanjian kredit dapat juga ditinjau dari sudut subyek hukumnya, yaitu dari sisi kreditur maupun debitur. Dari sisi kreditur, perjanjian kredit dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan antara dua kreditur dengan satu debitur, yang disebut sebagai kredit sindikasi. Dari sisi debitur, subyek hukumnya dapat berstatus badan hukum
korporasi maupun perorangan. Walaupun badan hukum korporasi dan orang perseorangan dapat melakukan tindakan hukum rechtsbevoegdheid, namun
keduanya tetap memiliki pengecualian atau pembatasan. Pengecualian atau pembatasan ini biasanya diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan.
Selain di dalam KUHPerdata, pada UU Perbankan, juga dikenal adanya beberapa ketentuan yang menjadi pedoman dalam memberikan kredit,
sebagaimana disebutkan bahwa pada Pasal 11 angka 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 tidak boleh melebihi 30 tiga puluh persen dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pihak pemerintah di dalam Undang- Undang Perbankan mengenai ketentuan kredit pada dasarnya bukanlah
untuk membatasi kegiatan Bank, melainkan untuk menerapkan prinsip kehati- hatian dalam mengelola dana masyarakat, memperkecil risiko kerugian yang
mungkin timbul serta untuk melindungi kepentingan masyarakat.
44
44
Fuady Munir, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal 87
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit