persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.
32
Keempat syarat tersebut di atas, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Syarat subjektif
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif karena merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh subjek perjanjian. Apabila syarat
subjektif tidak dipenuhi, maka akibat hukumnya adalah dapat dibatalkannya perjanjian vernietigbaar
2. Syarat objektif
Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat objektif karena merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh objek perjanjian. Apabila syarat objektif
tidak dapat dipenuhi, maka akibat hukumnya adalah bahwa perjanjian itu batal demi hukum van rechtswege nietig
C. Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian
Menurut hukum, perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan atau tertulis yang penting memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata seperti telah
diuraikan di depan. Namun dari sudut pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah
sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dalam dunia modern yang
32
SieInfokum - Ditama Binbangkum, Perjanjian, diakses dari http:www.jdih.bpk.go.id Informasi HukumPerjanjian.pdf, diakses tanggal 2 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
komplek ini perjanjian lisan tentu sudah tidak dapat disarankan untuk digunakan meskipun secara teori diperbolehkan karena lisan sulit dijadikan sebagai alat
pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari. Untuk itu setiap transaksi apapun harus dibuat tertulis yang digunakan sebagai alat bukti. Menyimpan
tabungan atau deposito di Bank maka akan memperoleh buku tabungan atau bilyet deposito sebagai alat bukti. Untuk pemberian kredit perlu dibuat perjanjian
sebagai alat bukti.
33
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, yang dimaksud persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam adalah bentuk perjanjian kredit,
sehingga nama perjanjian tersebut adalah perjanjian kredit. Meskipun pada umumnya perjanjian tidak perlu dibuat secara tertulis asalkan kedua belah pihak
sepihak, cakap hukum, tentang suatu sebab tertentu, dan suatu sebab yang halal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang membolehkan
kesepakatan pada perjanjian dapat dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan namun kiranya kesepakatan pada perjanjian perbankan harus dibuat dalam sebuah
perjanjian tertulis. Ketentuan ini terdapat pada penjelasan Pasal 8 UU Perbankan yang
mewajibkan kepada Bank pemberi kredit untuk membuat perjanjian secara tertulis. Keharusan perjanjian perbankan harus berbentuk tulisan telah ditetapkan
dalam pokok-pokok ketentuan perkreditan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 angka 2 UU Perbankan.
33
Sutarno, Aspek –Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Jakarta: Alfabeta, 2003, hal.
99.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum lain yang mengharuskan perjanjian kredit harus tertulis adalah instruksi Presidium Kabinet No. 15EKIN101996 tanggal 10 Oktober
1966. Dalam instruksi tersebut ditegaskan “Dilarang melakukan pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank dengan Debitur atau antara
Bank Sentral dan Bank-Bank lainnya. Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada segenap Bank Devisa No. 031093UPKKPD tanggal 29 Desember 1970,
khususnya angka 4 yang berbunyi untuk pemberian kredit harus dibuat surat perjanjian kredit.
34
Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan cukup kesepakatan para pihak. Ada tiga jenis
perjanjian tertulis: Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak. Perjanjian ynag dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hdapan dan di muka pejabat yang berwenang untuk itu.
35
Pasal 8 angka 2 huruf a UU Perbankan menjelaskan bahwa pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan dalam bentuk tertulis. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa bank dalam memberikan kredit wajib mempergunakan perjanjian kredit dalam bentuk tertulis.
34
Ibid. hal 99
35
http:brainly.co.idtugas167972?source=500 diakses tanggal 20 Maret 2015
Universitas Sumatera Utara
Bentuk perjanjian kredit secara tertulis tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak bank maupun nasabah dalam pelaksanaan kredit, karena
dalam isi perjanjian dapat diketahui secara jelas mengenai subjek, objek, maupun hal-hal lain yang diperjanjikan. Bentuk perjanjian ini juga dianggap lebih aman
bagi para pihak apabila dibandingkan dengan bentuk lisan, karena dengan bentuk tertulis tersebut para pihak tidak dapat mengingkari apa yang telah diperjanjikan,
dan ini merupakan bukti yang kuat dan jelas apabila terjadi sesuatu terhadap kredit yang telah disalurkan atau juga dalam hal terjadi ingkar janji oleh para
pihak. Perjanjian yang dibuat secara tertulis dalam praktek perbankan dibedakan
lagi menjadi dua bentuk perjanjian yaitu :
36
1. Akta di bawah tangan; dan 2. Akta autentik
Fungsi perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yurudis dan fungsi ekonomis. Fungsi yurudis perjanjian adalah dapat memberikan
kepastian hukum para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan hak milik sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai
yang lebih tinggi. Biaya dalam Pembuatan Perjanjian Biaya penelitian, meliputi biaya penentuan hak milik yang mana yang diinginkan dan biaya penentuan
bernegosiasi, Biaya negosiasi, meliputi biaya persiapan, biaya penulisan kontrak, dan biaya tawar-menawar dalam uraian yang rinci, Biaya monitoring, yaitu biaya
36
Badriyah Harun , Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
penyelidikan tentang objek, biaya pelaksanaan, meliputi biaya persidnagan dan arbitrase, Biaya kekliruan hukum, yang merupakan biaya sosial.
37
D. Berakhirnya Perjanjian