BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada waktu dilahirkan bayi masih tetap berhubungan dengan ibunya melalui tali pusat. Bayi dipisahkan dari plasenta dengan melakukan pengikatan dan
pemotongan tali pusat. Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan pada kala tiga persalinan, kemudian tali pusat diklem dengan memakai cunam dan dipotong
dengan jarak 5 sampai 10 cm dari umbilikus.
1
Tali pusat merupakan bagian dari plasenta yang memiliki panjang rata-rata 55 cm dengan diameter 0.8 sampai 2 cm. Biasanya berisi dua pembuluh darah arteri
dan satu pembuluh darah vena dimana diameter arteri umbilikal lebih kecil dari vena umbilikal.
2-4
Pengikatan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar yang selalu dilakukan saat bayi dilahirkan. Namun sampai saat ini waktu yang paling tepat
untuk pengikatan tali pusat masih kontroversial. Tidak ada panduan yang pasti tentang hal tersebut. Para klinisi di negara barat melakukan pengikatan dan
pemotongan tali pusat segera setelah lahir, namun diberbagai negara diseluruh dunia masih sangat bervariasi.
5-8
Di Indonesia Departemen Kesehatan sejak tahun 2007 sudah merekomendasikan untuk melakukan penundaan pengikatan tali pusat
hingga 2 menit untuk bayi normal.
9
1
Universitas Sumatera Utara
Suatu meta-analisis mengenai pengikatan tali pusat dini dan tertunda pada neonatus cukup bulan menyimpulkan bahwa penundaan pengikatan tali pusat pada
neonatus cukup bulan minimal 2 menit setelah lahir ternyata bermanfaat bagi bayi baru lahir.
5
Kolaborasi Cochrane
melakukan ulasan terhadap uji klinis mengenai
pengikatan tali pusat, mereka mendapatkan bahwa definisi pengikatan tali pusat dini relatif konsisten pada banyak penelitian yaitu dalam waktu kurang 1 menit
umumnya 15 detik setelah lahir, sedangkan waktu pengikatan tali pusat tertunda sangat bervariasi.
6
Pengikatan tali pusat tertunda memberi efek positif bagi bayi karena dapat meningkatkan cadangan besi dan menurunkan insidens anemia pada
bayi. Namun sampai saat ini rekomendasi tersebut belum banyak dilakukan khususnya di rumah sakit umum pemerintah di kota Medan, dengan alasan
adanya efek yang merugikan bagi bayi seperti polisitemia, distres pernafasan dan
neonatal jaundice .
5,6,10-12
1.2. Rumusan Masalah