Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

12 tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil mobilisation of savings. 5 Pelayanan efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan effective other services. Mungkin ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa tujuan dan fungsi dari sistem keuangan dan perbankan Islam seperti yang diungkapkan di atas adalah sama dengan yang ada dalam kapitalisme. Walaupun nampak ada kesamaan, dalam kenyataannya terdapat perbedaan yang penting dalam hal penekanan, yang muncul dari perbedaan dua sistem tersebut dalam komitmennya terhadap nilai-nilai spiritual, keadilan sosial-ekonomi serta dalam persaudaraan sesama manusia Capra, 2000: 3. Tujuan-tujuan dalam Islam adalah suatu bagian tak terpisahkan dari ideologi dan kepercayaan Islam. Hal tersebut merupakan suatu input penting sebagai bagian dari suatu output tertentu. Tujuan-tujuan tersebut membawa kesucian dan dalam hal yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tujuan tujuan tersebut bukanlah semata-mata sebagai alat tawar politik dan kebijaksanaan. Akan tetapi, strategi yang sangat penting bagi terwujudnya suatu tujuan yang merupakan suatu keunikan yang dapat disumbangkan oleh Islam. Sistem perbankan Islam ditegakkan atas kemutlakan larangan dari pembayaran atau penerimaan setiap yang ditentukan predetermined atas pinjaman atau kredit. Dengan demikian konsep bunga interest atas hutang secara tegas dilarang. Sistem perbankan Islam lebih condong pada upaya untuk mendorong penerapan sharing risiko, mempromosikan kewirausahaan entrepreneurship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian akad. 13 Saluran permodalan yang mungkin bisa digunakan untuk masyarakat Islam dalam membuka usaha adalah perusahaan perorangan sole proprietorship,perusahaan patungan partnership termasuk mudharabah dan syirkah dan perusahaan perseroaan joint stock company. Koperasi juga dapat memainkan peranan penting dalam perekonomian islam selama tidak menjalankan transaksi-transaksi yang dilarang Capra, 2000: 5.

B. Moral Hazard

Penggunaan istilah moral hazard pada awalnnya digunakan dalam bidang asuransi. Dalam kamus Inggris makna moral hazard diterangkan sebagai the hazard arising from the uncertainty or honesty of the insured. Sebagai contoh : bila seorang pengusaha yang mengambil asuransi resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia terjepit hutang dan menjelang jatuh tempo maka kecenderungannya akan mengambil jalan pintas dan melakukan ketidakjujuran, ia akan membakar sendiri gudangnya untuk mendapatkan dana asuransi sebagai ganti ruginya. Moral hazard muncul karena seorang individu atau lembaga yang tidak konsekuen secara penuh dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, dan karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain.Tri Susanto, 2010. Moral hazard di dunia perbankan sudah sering terjadi bahkan menjadi kebiasaan dari para bankir, seperti korupsi dan penyimpangan baik di bank BUMN 14 maupun bank swasta. Dhani Gunawan, peneliti senior Bank Indonesia, menyatakan bahwa korupsi di lembaga perbankan pada umumnya dapat menjelma dalam tiga bentuk. Pertama, bentuk langsung, Kedua, tidak langsung dan Ketiga, samar-samar Hendi, dalam Safri Haliding, 2010. Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2 tingkatan. Pertama, moral hazard pada tingkat bank dan yang kedua adalah moral hazard di tingkat nasabah. Moral hazard di tingkat bank dapat dibedakan atas beberapa diantaranya : 1 Moral Hazard dalam penyaluran dana pihak ketiga, yaitu risky lending behavior yang menyebabkan timbulnya moral hazard dan adverse selection di tingkat nasabah, yang disebut juga moral hazard tidak langsung mengacu kepada pengertian moral hazard yang dikemukakan oleh Dreher 2004. 2 Moral hazard ketidakhati-hatian bank dalam menyalurkan kredit karena adanya penjaminan dari pemerintah atau keberadaan lembaga penjamin simpanan dalam hal ini termasuk dalam moral hazard langsung mengacu kepada pengertian moral hazard yang dikemukakan oleh Dreher 2004. 3 Moral hazard pada saat penyaluran bank tidak mencerminkan bank sebagai lembaga intermediasi atau tidak meyalurkan dana kepada sektor riil. 4 Moral hazard ketika bank memberikan cost of fund yang rendah dan menerapkan tingkat yang tinggi, juga termasuk dalam kategori moral hazard dan lainnya.