Latar Belakang Masalah Analisi pengaruh moral hazard terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia

5 mengalami kebangkrutan sejak tahun 1997, tidak kurang sekitar 30 bank ditutup atau dilikuidasi dan selanjutnya ada 55 bank masuk dalam kategori pengawasan oleh BPPN. Untuk membantu bank bank tersebut pemerintah terpaksa membantu dengan mengucurkan bantuan kredit yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI yang sampai sekarang belum dapat dapat di lunasi oleh kreditornya. Kondisi ini sangat berbeda dengan perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip Syari’ah, hal ini disebabkan karena bank syari`ah tidak dibebani membayar bunga simpanan nasabah. Bank syari`ah hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal dan tingkat keuntungan yang di peroleh bank syari`ah. Dengan sistem bagi hasil tersebut, maka jelas bank-bank syari`ah selamat dari negative spread. Justru krisis moneter menjadi langkah awal bank syariah untuk menunjukan eksistensinya, kalau bank syariah mampu bertahan dalam keadaan krisis. Bank syariah bukannya ikut ambruk sebagaimana halnya perbankan konvensional pada umumnya, malahan krisis ekonomi dan moneter justru telah membawa dampak yang positif bagi perkembangan bank Syari’ah. Sampai dengan tahun 2010 jumlah bank umum syariah adalah 10 buah, unit usaha syariah sebanyak 23 buah dan BPRS sebanyak 105 buah. Sejumlah kalangan ekonom dan praktisi perbankan mengakui dan menyatakan bahwa Bank Syari’ah merupakan bank yang tahan banting resistent terhadap badai krisis ekonomi dan moneter. Oleh karena itu lembaga perbankan yang semacam ini perlu dikembangkan pada masa yang akan datang, salah satunya mantan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin yang menyatakan bahwa : 6 “Pengalaman selama krisis ekonomi ini memberikan suatu pelajaran yang berharga bagi kita bahwa prinsip risk sharing berbagi risiko, atau profit and loss sharing bagi hasil, merupakan prinsip yang dapat berperan meningkatkan ketahanan satuan-satuan ekonomi, penyaluran dana melalui prinsip Syari’ah dengan menggunakan prinsip bagi hasil atau berbagi risiko antara pemilik dana dengan pengguna dana sudah diperjanjikan secara jelas sejak awal, sehingga jika terjadi kesulitan usaha karena krisis ekonomi misalnya, maka risiko kesulitan usaha tersebut otomatis ditanggung bersama oleh pemilik dana dan pengguna dana” Syahril Sabirin dalam Sjahdeini : 1999: vi.. Di balik perkembangan bank syariah yang secara kuantitas semakin berkembang, tetapi dalam pelaksanaanya, prinsip dasar dalam kegiatan perbankan syariah yaitu sistem bagi hasil kurang diminati dalam kegiatan pembiayaan perbankan syariah. Pembiayaan mudharabah dan musyarakah secara nasional pada tahun 2008 hanya sebesar 16,25 dan 19,40 bila dibandingkan dengan pembiayaan murabahah jual beli yang sebesar 58,87, dari total pembiayaan sebesar 2,16 trilyun. Meskipun pertumbuhan pembiayaan sangat cepat, tak berarti perbankan syariah tidak lagi menerapkan prinsip kehati-hatian. Perbankan syariah terkesan lebih ekspansif menyalurkan dana ke sektor riil karena menerapkan sistem bagi hasil, risiko ditanggung bank dan nasabah. Sementara perbankan konvensional masih trauma akibat krisis ekonomi. 7 Tabel 1,1 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah dalam juta rupiah Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Namun ada sejumlah tindakan perbankan syariah yang bisa mengakibatkan pembengkakan kredit macet. Salah satunya, mulai mengucurkan pembiayaan ke sektor yang dinilai rawan kredit macet. Contohnya, sektor properti seperti apartemen. Sekarang, bisnis properti dianggap sudah jenuh sehingga potensi macetnya sangat besar. Di samping itu, sektor ini juga mulai ditinggalkan perbankan konvensional Adiwarman, 2004. Banyaknya pembiayaan properti yang macet menjadi penyebab utama terus meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah non performing financing NPF perbankan syariah. Karena itu, perbankan syariah diminta menghentikan pembiayaan 8 properti tersebut sementara waktu. “Meningkatnya NPF, kesalahannya di properti. Karena itu, pembiayaan properti bank syariah tolong direm dulu Wibowo, 2007. Peranan perbankan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi Indonesia dewasa ini memerlukan pengkajian yang seksama atas konsep-konsep perbankan yang selama ini dioperasionalkan, baik secara konseptual maupun dalam aplikasinya, sehingga tercipta suatu sistem perbankan yang tangguh di era-globalisasi pada masa yang akan datang. Keberadaan bank Syari’ah di Indonesia belum sepenuhnya diterima, masih ada sebagian masyarakat yang menyamakan dengan bank konvensional. Berdasar latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang membahas tentang “Analisis Pengaruh Moral Hazard terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang indikasi moral hazard yang dinyatakan dalam rasio NPF dan PDB terhadap pembiayaan Bank Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1 Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang indikasi moral hazard yang dinyatakan dalam rasio NPF dan PDB terhadap pembiayaan di Bank-bank Syariah di Indonesia. 9 D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini di harapkan akan memperoleh manfaat antara lain : a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia, khususnya Direktorat Perbankan Syariah dalam mensosialisasikan perbankan syariah. b. Bagi perkembangan Ekonomi Islam khususnya perbankan syariah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat. c. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media dan wahana untuk belajar dan mengembangkan ilmu memecah masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan penerapannya di lapangan. . 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah yaitu bank yang menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Al- Hadits. Siamat, 2004 : 183. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana, memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islami atau prinsip syariah, yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadits atau dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasian disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Mufraini, 2008 : 17. Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah Rodoni, 2008 : 14. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi yang disesuaikan dengan prinsip syariah Sudarsono, 2003: 27. 11 UU No.10 Tahun 1998 menyebutkan tentang pengertian prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang disesuaikan dengan syariah, antara lain pembiayaan dengan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musyarakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah, atau dengan adanya pilihan memindahkan kepemilikan barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

B. Tujuan Perbankan Syariah

Sistem perbankan Islam, seperti halnya aspek-aspek lain dari pandangan hidup Islam, merupakan sarana pendukung untuk mewujudkan tujuan dari sistem sosial dan ekonomi Islam. Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam Capra, 2000:2 adalah: 1 Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja yang penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum economic well-being with full employment and optimum rate of economic growth. 2 Keadilan sosial-ekonomi, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata socio- economic justice and equitable distribution of income and wealth. 3 Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil stability in the value of money. 4 Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan cara-cara 12 tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil mobilisation of savings. 5 Pelayanan efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan effective other services. Mungkin ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa tujuan dan fungsi dari sistem keuangan dan perbankan Islam seperti yang diungkapkan di atas adalah sama dengan yang ada dalam kapitalisme. Walaupun nampak ada kesamaan, dalam kenyataannya terdapat perbedaan yang penting dalam hal penekanan, yang muncul dari perbedaan dua sistem tersebut dalam komitmennya terhadap nilai-nilai spiritual, keadilan sosial-ekonomi serta dalam persaudaraan sesama manusia Capra, 2000: 3. Tujuan-tujuan dalam Islam adalah suatu bagian tak terpisahkan dari ideologi dan kepercayaan Islam. Hal tersebut merupakan suatu input penting sebagai bagian dari suatu output tertentu. Tujuan-tujuan tersebut membawa kesucian dan dalam hal yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tujuan tujuan tersebut bukanlah semata-mata sebagai alat tawar politik dan kebijaksanaan. Akan tetapi, strategi yang sangat penting bagi terwujudnya suatu tujuan yang merupakan suatu keunikan yang dapat disumbangkan oleh Islam. Sistem perbankan Islam ditegakkan atas kemutlakan larangan dari pembayaran atau penerimaan setiap yang ditentukan predetermined atas pinjaman atau kredit. Dengan demikian konsep bunga interest atas hutang secara tegas dilarang. Sistem perbankan Islam lebih condong pada upaya untuk mendorong penerapan sharing risiko, mempromosikan kewirausahaan entrepreneurship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian akad.