Penulisan Hamzah Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebab, disamping pendidikan merupakan salah satu usaha tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut mencapai taraf kedewasaan menuju manusia yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental yang kuat. Ia juga merupakan aspek dalam menunjang pengetahuan bangsa dimasa depan. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju dan berkembang. Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju akil baligh kedewasaan, baik secara fisik, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diembannya sebagai seorang hamba dihadapan tuhannya dan sebagai pemelihara khalifah pada alam semesta. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik dengan kemampuan dan keahlian skill yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tangah masyarakat lingkungan, sebagai tujuan akhir pendidikan. Tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah pencapaian tujuan yang diisyaratkan oleh Al- Qur’an, yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam membantu membina anak didik menjalankan fungsinya di muka bumi, baik pembinaan pada aspek materil maupun spiritual. Dengan pencapaian tujuan tersebut, diharapkan anak didik akan mampu menjadi makhluk dwi dimensi yang integral dan utuh. 1 Dengan perkembangan dua dimensi tersebut diharapkan anak didik dapat bermanfaat bagi agamanya dan bagi orang-orang disekitarnya. Bila hal tersebut tercapai, akan berimplikasi pada kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Agar tujuan akhir pendidikan tersebut dapat terwujud, maka orang tua harus extra aktif dan kerja keras dalam membina dan mendidik anak. Kerena permulaan pendidikan seorang anak itu bermula dari lingkungan keluarga. Maka keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya maupun anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih dini, karena pada usia tersebut anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya orang tua dan anggota keluarga lainnya. Rasulullah bersabda: َىلَع ُدَلْوُ ي دْوُلْوَم لُك ِهِناَرّصَُ ي ْوَا ِهِناَدّوَهُ يْوَا ِهِناَسّجََُ ُاَوَ بَا اَََِاَو ِةَرْطِفْلا ملسم اور “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka sesungguhnya kedua orangtuanya lah yang menjadikan ia Majusi, Yahudi, atau Nasrani”. H.R. Muslim. Berdasarkan hadits tersebut, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa didikan yang baik akan tumbuh subur pada diri anak, sehingga ia akan berkembang dengan baik dan sesuai ajaran Islam, dan pada akhirnya akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jika anak sejak dini dibiasakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan akan memperoleh kebahagiaan serta terhindar dari kesengsaraansiksa baik dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah: 1 Samsul Nizar, “Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam”, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, cet.I, h.107 ةَكِئآَم اَهْ يَلَع ُةَراَجِْْاَو ُساَلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوَُماَء َنيِذَلا اَه يَأاَي داَدِش ظَاِغ وُصْعَ يَا َنوُرَمْؤُ ياَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأآَم َها َن Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. At Tahrim [66]: 6 Terhadap ayat ini Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa ayat ini menganjurkan kepada setiap individu muslim bertakwa kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. Ibnu Kasir menjelaskan bahwa Qatada mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya, dan hendaklah engkau tegakkan terhadap mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya. Jika engkau melihat di kalangan keluargamu suatu perbuatan maksiat kepada Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang mereka melakukannya. Hal yang sama juga dikemukakan Ad-Dahlak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya, baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya, hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi. 2 Ayat diatas menggambarkan bahwa disinilah tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan diminta pertanggung-jawaban atas pendidikannya. 2 Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur’an al-‘Ażīm, terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr juz 28, Bandung: Sinar Baru Algesindo,2003, h. 751 Dalam hal mendidik anak Rasulpun pernah bersabda: نليزلا اور َةَياَمّرلاَو َةَحاَبّسلا ُمُكَدَاْوَا اْوُمّلَع “Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah. H.R. Zaelani Dari ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa kewajiaban orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan pendidikan umum termasuk di dalamnya pendidikan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar kelak anak-anak itu dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3 Untuk itu Islam telah menjelaskan hukum yang berkenaan dengan anak yang dilahirkan dan dasar-dasar pegadogis yang berkaitan dengannya. Dengan demikian orang tua dapat melaksanakan kewajiban terhadap anaknya yang dilahirkan secara benar. Alangkah patutnya bagi setiap orang yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan untuk melaksanakan kewajibannya secara sempurna sesuai dengan dasar-dasar yang telah diletakkan oleh Islam dan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. 4 Diantara tanggung jawab yang diperlihatkan oleh Islam adalah tanggung jawab para pendidik terhadap individu-individu yang berhak menerima pengarahan, pengajaran dan pendidikan dari mereka. Ketika anak diajarkan tentang pendidikan agama seperti tauhid, akhlak, dan sebagainya yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan otak serta kejiwaannya, maka seharusnya sudah tumbuh di dalam diri seorang anak dasar-dasar agama yang pada akhirnya nanti akan menjadi acuan baginya untuk beribadah kepada tuhannya, dan bertingkah laku yang sopan dan santun terhadap orang tua, guru, teman maupun masyarakat disekelilingnya. Akan tetapi, apabila diamati keadaan anak di usia dini sekarang ini cukup memperihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa realitas, seperti perilaku anak usia dini yang sudah lupa akan asma’-asma’ Allah, nama- nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan dikenal kini sudah jarang sekali anak yang mengetahuinya dan jarang sekali orang tua yang mengajarkannya, 3 Zuhairini, “Filsafat Pendidikan Islam” Jakarta: Bumi Aksara. 2008 cet. 4, h. 177. 4 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Tuntunan Rasulullah dalam mengasuh anak”, Terj. Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud oleh Nabhani Idris Jakarta: studia press. 2009 cet. I, h. 3. belum lagi rukun Iman, dan rukun Islam yang yang seharusnya sudah diajarkan kini tidak banyak anak yang mengetahuinya, dan anak pun begitu cepat untuk melupakannya, berbeda dengan apa yang ia lihat di TV, ia lebih mengenal artis dibandingkan nabinya, dan ia lebih senang menyanyikan lagu-lagu yang kurang mendidik yang ia sering lihat dan dengar di TV maupun yang lainnya. Yang semua itu disebabkan oleh kuarangnya perhatian orang tua dalam mendidik anak serta perilaku orang tua yang kurang mendidik yang dicontoh dan ditiru oleh anak. Selain itu juga anak suka berbicara memakai bahasa yang kasar, kotor, yang ia dapati dari perkataan orang tua, teman serta orang-orang yang berada dilingkungannya sehari-hari. Setiap saat anak mencontoh sesuatu yang kurang baik dari orang tua maupun orang-orang yang berada di lingkungannya. Padahal orang tua harus menjadi figur dan suri tauladan yang baik bagi anak karena orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anaknya sejak sedini mungkin. ini adalah tanggung jawab yang besar dan sangat penting. Sebab tanggung jawab itu dimulai dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak mencapai masa analisa, puberitas dan sampai anak menjadi dewasa yang wajib memikul segala kewajiban. Untuk itu orang tua sebagai pendidik harus melaksanakan tanggung jawab secara sempurna dengan penuh amanat dan kemauan sesuai dengan tuntunan Islam. Sehingga anak dapat tumbuh besar dengan landasan Al- Qur’an dan Sunnah serta adab sosial yang tinggi. Sebagaimana Rasulullah bersabda: ْمُهْوُ بّدَأ َو َرْ يَْْا ُمُكْيِلْهَأ َو ْمُكَدَاْوَأ اْوُمّلَع “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka . H.R Abdurrazaq dan Said bin Manshur. ُجَرلا ِعَر ْنَع ةَلُؤْسَمَو اَهِجْوَز ِتْيَ ب ِِْ ةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ,ِهِ ت َ يِعَر ْنَع لُؤْسَم َو ِهِلْهَأ ِِْ عاَر ُل اَهِ ت َ ي Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya itu, dan seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. H.R. Bukhari dan Muslim 5 5 Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan Anak Dalam Islam”. Tarbiyatul Awlad fii Al-Islam Terj, Jamaludin Miri Jakarta: Pustaka Amani. 1994, Juz I, h. 145. Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa amanah yang diberikan Allah kepada orang tua yang berupa anak, adalah amanah yang sangat besar tanggung jawabnya. Karena sekali orang tua salah mendidik, maka anaknya pun kelak setelah dewasa juga akan menjadi orang tua yang salah mendidik anak- anaknya dan generasi berikutnya. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah adalah ulama sunni yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini, sejak ia lahir sampai ia meranjak dewasa. Beliau menjelaskan bahwa Abdullah bin Umar RA pernah memberikan taushiyahnya yang berbunyi, “Didiklah anak-mu, karena engkau bertanggung-jawab atasnya. Engkau akan ditanya, apa yang engkau ajarkan kepadanya, ia akan dita nya tentang baktinya kepadamu”. 6 Imam Ibnu Qayyim menegaskan tanggung jawab ini dalam ucapannya, “Pada hari kiamat, Allah Swt. Bertanya kepada orang tua perihal anaknya sebelum sang anak bertanya perihal orang tuanya. Karena, selain orang tua mempunyai hak yang harus ditunaikan anaknya, anak juga mempunyai hak yang harus ditunaikan orang tua. Barangsiapa tidak mengajari anaknya dengan sesuatu yang bermanfaat, atau bahkan membiarkannya tanpa pendidikan, berarti ia telah benar-benar merusak anaknya. Kebanyakan anak rusak karena ulah orang tua yang mengabaikan pendidikannya dan tidak mengajarkan kepadanya masalah-masalah fardu dan sunnah. Orang tua menyia-nyiakan anaknya di masa kecil mereka, sehingga mereka tidak mendapatkan manfaat apa-apa darinya. Akibatnya, ketika anak-anak telah dewasa, mereka tidak memberikan manfaat apa-apa kepada orang tuanya. Sebagian anak memberikan alasan mengapa mereka durhaka kepada orang tua mereka, “ayah, engkau telah durhaka kepada aku tatkala aku kecil, kini setelah aku dewasa, aku pun durhaka kepada mu. Engkau telah menyia- yiakan ku pada saat aku masih anak-anak. Kini aku pun menyia-yiakan mu pada saat engkau menjadi tua- renta.” 7 Dari pernyataan Ibnu Qayyim di atas dapat disimpulkan bahwa ketika orang tua acuh terhadap pendidikan anaknya khususnya yang berkenaan dengan masalah-masalah yang fardu maupun yang sunnah, maka anak pun ketika ia dewasa nanti akan acuh terhadap orang tuanya, dan anak juga akan mewarisi sifat acuhnya kepada anak-anaknya kelak. 6 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Op.cit. h. 162. 7 Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak 2, Terj, Fan Tarbiyah Al-Aulad fii Al-Islam , Oleh Muhammad Muchson Anasy, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006 ed. Khusus, h.5 Kesibukan orang tua dalam bekerja yang mengakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya menjadikan anak cenderung nakal dan susah untuk diatur. Belum lagi lingkungan yang merusak dan pergaulan yang tidak baik akan menodai kefitrahan anak dan dapat mengakibatkan berbagai penyimpangan dan pada gilirannya akan menghambat perkembangan akal pikirannya. Sehingga tujuan akhir dari pendidikan anak prasekolah tidak dapat terwujud dengan baik. Padahal semestinya tujuan akhir dari pendidikan anak prasekolah adalah memberikan landasan iman dan mental yang kokoh serta kuat pada anak, sehingga ia akan hidup bahagia bukan saja pada saat ia dewasa dalam menjalankan kehidupannya di dunia akan tetapi juga bahagia di akhirat, dan bahkan diharapkan dapat mengikutsertakan kebahagiaan itu untuk orang tuanya, guru dan orang- orang yang berada disekelilingnya. 8 Dari pernyataan dan keterangan diatas Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan anak sehingga berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah skripsi dengan judul “KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT IBNU QAYYIM AL- JAUZIYYAH ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Pendidikan yang diberikan orang tua untuk anak usia dini hanya sebatas tradisi dan kurang maksimal. 2. Tidak banyak orang tua yang mengetahui konsep pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. 3. Kurangnya pengetahuan dan perhatian orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan anak usia dini. 8 Al-Jauziyah, Muhammad Abu Bakar, Hanya Untuk mu Anakmu : Panduan Lengkap Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Hingga Dewasa, Terj. Hariyanto, Lc. Pustaka Imam Asy- Syafi’i , 2010 cet. 1, h. 1 4. Kurangnya dasar pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anak usia dini . 5. Kurangnya suritauladan yang baik, yang dapat dicontoh dan ditiru oleh anak baik dari orang tua maupun lingkungannya.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas maka penelitian ini dibatasi pada Pendidikan Anak Usia Dini yang dikonsepkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dengan rentang usia 0-2 tahun masa menyusui dan 3-6 tahun masa masa batuta.

D. Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah? 2. Apa aspek-aspek yang mempengaruhi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah? 3. Bagaimana relevansi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah dengan pendidikan Islam?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. 2. Untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. 3. Untuk mengetahui relevansi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dengan pendidikan Islam.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Sebagai Ilmu pengetahuan yang sangat berharga yang menjadi acuan penulis dalam mendidik anak. 2. Bagi anak Anak akan merasa terbimbing dan terdidik dengan rasa kasih sayang dan penuh perhatian. 3. Bagi orang tua Sebagai ilmu dan masukan dalam mendidik anak agar tidak salah dalam mendidik. Juga sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan suri tauladan yang baik. 4. Bagi peneliti Sebagai salah satu bentuk karya ilmiah yang dapat dijadikan bahan referensi oleh para akademisi dalam mengerjakan tugas karya ilmiahnya. 10

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Kata pendidikan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan education yang berarti bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan al- tarbiyyah yang berarti pendidikan. Kata tarbiyah sering digunakan ahli pendidikan Islam untuk menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia. Dalam Al- Qur’an pengertian kata al-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, kata raba- yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat pada surat al- Rum ayat 39; ِها َد ِع اوُبْرَ ي َاَف ِساَلا ِلاَوْمَأ ِِ اوُبْرَ يِل اًبّر نّم مُتْيَ تاَءآَمَو . . . Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah... Q.S ar-Rum [30:39] Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari kata rabba- yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Dalam arti lain tarbiyah diartikan sebagai pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan yang tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahat. 1 Sedangkan kata ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal lebih luas dibandingkan dengan 1 Najib Khalid Al ‘Amir, Tarbiyah Rasulullah. Terj, Min Asaalibir-Rasul Saw oleh Ibnu Muhammad dan Fakhrudin Syam Jakarta: Gema Insani Press. 1994 h. 22. kata al-tarbiyyah, menurutnya ta’lim tidak berhenti pada pengetahuan lahiriyah semata, namun mencakup pula aspek-aspek pengetahuan lainnya serta keterampilan yang dibutuhkan dan pedoman berperilaku. adapun kata al- ta’dib. Mengacu kepada pengertian ilmu, pengajaran, dan pengasuhan yang baik. 2 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidika n Nasional Bab I Pasal I Ayat I dijelaskan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 3 Selanjutnya definisi anak usia dini. Menurut John Lucke “anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Sedangkan Haditono berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang, dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Adapun Kasiram berpendapat bahwa anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang semua itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat dan struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya. 4 Pada pasal 28 Undang-Undang Simtem Pendidikan Nasional No. 202003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan koordinasi motorik halus dan kasar, intelegensi 2 Abdul Aziz Dahlan, Kajian Islam Ilmu-ilmu Keislaman, diterbitkan oleh Tim Pengembangan Jurnal Ilmiah IAIN Imam Bonjol Padang, Padang: Kajian Islam. 2001, Vol. XI. h. 17. 3 Ibid., h. 4. 4 Diah Ayu Ningsih Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati. 2000 h. 11-12. daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual, sosial emosional sikap dan prilaku serta agama, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Sementara itu menurut kajian rumpunan ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan pada usia 0-8 tahun. 5 Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu: a masa bayi lahir sampai 12 bulan, b masa balita usia 1-3 tahun, c masa prasekolah usia 3-6 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh. 6 Dengan demikian dari dafinisi pendidikan dan anak usia dini diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan informal. 7 Hakekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak, sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi dan menyenangkan. Pendidikan anak usia dini merupakan dasar dari pendidikan anak selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai permasalahan yang 5 Maimunah Hasan, PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: DIVA Press. 2011 cet. V, h. 17. 6 Diah Ayu Ningsih , Op.cit. h. 100-102. 7 Maimunah Hasan, Op.cit.h. 15. dihadapi anak. Dengan demikian, maka pendidikan anak usia dini adalah jendela pembuka dunia bagi anak. 8

B. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

Ruang lingkup pendidikan Anak Usia dini adalah sebagai berikut: 1. Masa usia 0-2 tahun masa menyusui dengan memberikan pendidikan: a. Mengadzan dan mengiqomahkan ketika lahir b. Mentahnik c. Memberi nama yang baik d. Meyusui hingga dua tahun e. Mengakikahkannya f. Mengkhitannya 2. Masa usia 3-6 tahun masa batuta dengan memberikan pendidikan: a. Pendidikan keimanan b. Pendidikan akhlak c. Pendidikan fisik d. Pendidikan sosial

e. Pendidikan intelektual

C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

1. Infant masa bayi usia 0-1 tahun Dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: a. Mempelajari keterampilan motorik melalui dari berguling, merangkak duduk, berdiri dan berjalan. b. Mempelajari keterampilan menggunakan panca indra seperti melihat, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukan setiap benda ke mulut. c. Mempelajari komunikasi sosial. 8 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Gaung Persada Press. 2010, cet. 1. h. 3. 2. Toddler anak kecil yang baru belajar berjalan usia 2-3 tahun Dengan beberapa karakteristik antara lain yaitu: a. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. c. Anak mulai mengembangkan emosi. 3. Preschool anak yang belum masuk sekolah usia 4-6 tahun Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain: a. Berkaiatan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. b. Perkembangan berbahasa semakin membaik. c. Perkembangan kognitif daya pikir sangat pesat, ditunjukan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu bukan permainan sosial. 9 Adapun satuan pendidikan penyelanggara antara lain ialah: a Keluarga b Lingkungan c Taman Kanak-kanak TK d Raudatul Athfal RA e Bustanul Athfal BA f Kelompok Bermain KB g Bina Keluarga Balita 10

D. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini

1. Landasan Yuridis a. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor: 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional: 9 Diah Ayu Ningsih, Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati. 2000 h. 94-95. 10 Maimunah Hasan, Op.cit.h. 17-18. 1 Bab I, Pasal 1, butir 14, menetapkan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 2 Pasal 28 butir 2 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pasal 28 butir 3 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jaur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak TK, raudatul athfal RA, atau bentuk lain yang sederajat. 2. Landasan Filosofis Pendidikan anak usia dini pada dasarnya berdasarkan kepada nilai-nilai filosofis yang dianut oleh lingkungan yang berada disekitar anak. Dasar-dasar pendidikan sosial yang diletakan dalam mendidik anak adalah membiasakan anak berperilaku yang sesuai dengan etika dan tatanan yang ada dalam masyarakat. Dalam meletakan dasar pondasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat anak memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang tentu berbeda antara yang satu dan yang lainnya. 11 Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa filosofis atau dasar pemikiran penyelenggaraan anak usia dini yaitu: a. Setiap anak memiliki multi kemampuan yang bisa berkembang. b. Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangannya. c. Setiap anak belajar melalui gerak move, bermain play, melakukan do untuk memperoleh pengalaman hands on learning. 11 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit.h.19-22. d. Setting lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak akan menumbuhkembangkan semua potensi yang dimilikinya. 12 3. Landasan Religius a. Al-Qur’an Al- Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jiblil kepada Nabi Muhammad SAW. di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad, yang ajaran berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah. 13 Nabi muhammad sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al- Qur’an sebagai sumber pokok dan landasan pendidikan Islam. Kedudukan Al- Qur’an sebagai sumber pokok dan landasan pendidikan Islam dapat difahami dari surat Al- ‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi: َقَلَخ يِذَلا َكّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا قَلَع ْنِم َناَسنِإا َقَلَخ ُمَرْكَلْا َك بَرَو ْأَرْ قا َمَلَع يِذَلا ِمَلَقْلاِبا ْمَلْعَ ي َْلاَم َناَسنِإْا َمَلَع Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang paling Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. QS. Al- ‘Alaq: 1-5 14 Al- Qur’an juga menjelaskan bahwa diantara masalah-masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam adalah anak itu diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, iman kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah: 12 Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana. 2011, cet. 1. h.65. 13 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 1996, cet. III, h. 21. 14 Abdurrahman An Nahlawi, Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat . Terj, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalabiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’ oleh Syihabuddin Jakarta: Gema Insani Press. 1995 h. 31. ِقْلَِْ َليِدْبَ تَا اَهْ يَلَع َساَلا َرَطَف ِتَلا ِها َتَرْطِف ِساَلا َرَ ثْكَأ َنِكَلَو ُمّيَقْلا ُنيّدلا َكِلَذ ِها َنوُمَلْعَ يَا “...fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. QS. Ar-Ruum ayat : 30. Yang dimaksud fitrah Allah adalah manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid, maka hal itu tidak wajar. Mereka tidak beragama tauhid karena pengaruh lingkungannya baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan disekitarnya. Lingkungan yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan anak dalam kebaikan dan ketaqwaan, dengan membuntuknya atas dasar iman, aqidah dan akhlak yang mulia. 15 Lingkungan yang pertama kali dijumpai oleh anak adalah lingkungan keluarga. Untuk itu keluarga orang tua harus mampu mendidik anak- anaknya dengan baik, agar mereka terhindar dari kerugian, keburukan, dan api neraka yang senantiasa menantikan manusia-manusia yang jauh dari Allah. Sebagaimana Allah berfirman: ُكِسُفْ نَاآْوُ ق اْوُ َمآ َنْيِذ َلااَه يَاآي اًراَن ْمُكْيِلْهَأ َو ْم “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” Q.S. At-Tahrim [66:6]. 16 Itulah beberapa dalil Al- Qur’an yang merupakan landasan untuk mendidik anak sejak sedini mungkin. b. Hadits Dalam hal mendidik anak terdapat juga beberapa hadist yang bisa dijadikan landasan dalam mendidik. Diantaranya yaitu: 15 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam. Terj, Jamaludin Miri Jakarta: Pustaka Amani. 1994, Juz 2, h. 43. 16 Abdurrahman An Nahlawi, Op.cit. h. 141. َسّجََُ ُاَوَ بَا اَََِاَو ِةَرْطِفْلا َىلَع ُدَلْوُ ي دْوُلْوَم لُك ِهِناَرّصَُ ي ْوَا ِهِناَدّوَهُ يْوَا ِهِنا اور يراب “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Majusi, Yahudi, atau Nasrani”. H.R. Bukhari. َْا ُمُكْيِلْهَأَو ْمُكَدَاْوَأ اْوُمّلَع ْمُهْوُ بّدَأ َو َرْ ي “Ajarilah Anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka”. H.R. Abdur Razaq dan Sa’id bin Manshur ْنََا عاَصِب َقَدَصَتَ ي ْنَأ ْنِم رْ يَخ َُدَل َو ُلُجَرلا َبّدَؤُ ي “Seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada ia bersedekah satu sha”. H.R. Tirmidzi ْنِم َلَضْفَأ اًدَلَو دِلاَو َلَََ اَم نَسَح بَدَأ “Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya dari pada akhlak yang baik”. H.R. Tirmidzi ْمُكَدَاْوَأ اْوُ بّدَأ ِنآْرُقْلا ِةَوَاِتَو ِهِتْيَ ب ِلآ ّبُح َو ْمُكّيِبَن ّبُح : لاَصِخ ِثَاَث ىَلَع “Didiklah anak-anakmu kepada tiga hal: cinta kepada Nabi mu, dan cinta kepada keluarganya, dan gemar membaca Al- Qur’an”. H.R. Tabrani. 17

E. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah agar kelak anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut nantinya, yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Selain itu juga membantu anak agar berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal dalam memasuki pendidikan dasar dan mengarungi kehidupan di masa dewasa, serta membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah. 18

F. Materi Pendidikan Anak Usia Dini

Materi pendidikan anak usia dini sangat banyak jumlahnya, tetapi kalau diklasifikasikan ada beberapa materi yang sangat penting untuk diberikan kepada anak usia dini yaitu: 1. Pendidikan Iman 17 Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit. h. 44. 18 Maimunah Hasan, Op.cit.h. 17 Yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah menanamkan kepada anak dasar-dasar keimanan, rukun Islam dan dasar-dasar syariat sejak sedini mungkin. Ketika anak baru dilahirkan hendaknya menyerukan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kirinya, agar kalimat yang pertama ia dengar adalah kalimat tauhid yang nantinya akan mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar aqidah di dalam jiwanya. Selain itu anak juga harus diajarkan dan diperkenalkan kepada perkara yang halal dan haram, agar ketika ia memasuki masa baligh ia sudah memahami tentang hukum-hukum halal dan haram. Serta mengajarkan kepada anak akan hakekat tuhan yang selalu mengawasinya disetiap saat. 2. Pendidikan Akhlak Dalam hal ini anak harus diajarkan pada dasar-dasar akhlak yang baik agar menjadi tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak kecil. Ada beberapa hal yang dapat dianggap positif untuk dibiasakan terhadap anak usia dini, di antaranya adalah: a. Anak harus dibiasakan menjaga kebersihan, sebab Islam sangat mementingkan kebersihan, sebagaimana Allah firman: َنيِرّهَطُمْلا بُِي ُهاَو … “… Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. Q.S. At-Taubah [9:108] Ayat di atas menjelaskan tentang kecintaan Allah terhadap orang yang bersih, yaitu orang menyucikan dirinya dari segala macam najis dan kotoran sekaligus membersihan jiwanya dari segala macam dosa. 19 Dalam rangka membiasakan hidup bersih dan hidup sehat, pada anak usia dini, hendaklah anak dibiasakan untuk berdo’a sebelum tidur dan ketika bangun, mandi secara teratur, menggosok gigi setiap bangun dan menjelang tidur, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta membuang sampah pada tempatnya. 19 Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir A l Qur’an al-‘Ażīm, terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr Juz 11, Bandung: Sinar Baru Algesindo,2003, h. 661-662. b. Anak dilatih dan dibiasakan hidup teratur, misalnya dengan membiasakan anak makan secara teratur dan tidak berlebihan, sebagaimana firman Allah: َيِفِرْسُمْلا بُِيَا ُهَنِإ اوُفِرْسُتَاَو اوُبَرْشاَو اوُلُكَو دِجْسَم ّلُك َد ِع ْمُكَتَيِز اوُذُخ َمَداَء ََِباَي “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan”.Q.S. Al-A’raaf [7: 31] Makna yang terdapat pada ayat ini adalah makanlah sesukamu dan berpakaianlah sesukamu selagi engkau hindari dua pekerti, yaitu berlebih- lebihan dan sombong. Allah menghalalkan makan dan minum selagi dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak untuk kesombongan 20 . Untuk itu anak harus dilatih untuk tidak berlebihan dan sombong dalam segala hal. Dalam hadis lain Rasulullah bersabda tentang aturan makan dan minum, seperti: َمِشِب ُلُكْأَي َناَطْيَشلا َنِإَف ِهِيِمَيِب ْبَرْشَيْلَ ف َبِرَش اَذِإَو ِهِيِمَيِب ْلُكْأَيْلَ ف ْمُكُدَحَأ َلَكَأ اَذِإ ِهِلا ِب ُبَرْشَيَو ِهِلاَمِش . “Jika makan salah seorang diantara kamu, maka makanlah dengan tangan kanan, dan jika minum, maka minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya syaitan makan dan minum dengan tangan kiri ” HR. at- Tirmiżi 21 c. Biasakan anak untuk tidak berbohong Kebiasaan suka berbohong merupakan kebiasaan yang sangat buruk dalam Islam. Oleh karena itu, para pendidik baik orang tua maupun guru harus mencurahkan perhatiannya dalam membiasakan anak untuk selalu berkata jujur. Dalam hal ini Rasul telah memperingatkan kepada pendidik orang tua maupun guru agar tidak berbuat kebohongan dihadapan anak-anaknya, meskipun hanya bujukan ataupun permainan. Karena anak akan meniru sehinga akan terbiasa dalam kehidupannya. 20 Ibid, . Juz 8, h. 353. 21 Najib Khalid Al ‘Amir, Op.cit. h. 208. Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: ةَبْذَك َيِهَف ْهِطْعُ ي َْل َُُ ،َكاَه ِبَصِل َلاَق ْنَم “Barang siapa berkata kepada seorang anak kecil, “kemarilah dan ambillah sesuatu”, lalu ia tidak memberinya, maka perbuatan itu adalah suatu kedustaan”. d. Ajarilah anak untuk tidak mencela dan mencemooh orang lain. Kebiasaan mencela dan mencemooh merupakan gejala terburuk yang tersebar luas ditengah-tengah anak-anak dan lingkungan masyarakat yang jauh dari petunjuk Al- Qur’an dan pendidikan Islam. Ada dua faktor utama yang menimbulkan kebiasaan mencela dan mencemooh, yaitu: Pertama , karena teladan yang buruk. Apabila anak selalu mendengar kalimat-kalimat buruk, celaan, dan kata-kata yang mungkar, maka sudah barang tentu anak akan meniru kalimat-kalimat tersebut dan membiasakan diri dengan kata-kata kotor dan senantiasa mengeluarkan kata-kata keji dan mungkar. Kedua , karena pergaulan yang tidak baik. Apabila anak dibiarkan bermain di jalanan dan bergaul dengan teman-teman yang buruk akhlaknya, maka secara alami anak akan mempelajari bahasa kutukan, celaan dan penghinaan dari teman-temannya. Ia akan mengambil perkataan, kebiasaan, dan akhlak yang buruk, serta tumbuh dewasa pada dasar pendidikan dan moralitas yang sangat buruk. Karena Rasulullah pernah bersabda: ِءْيِذَبْلا َاَو ِشِحاَفْلاَاَو َناَعَللا َاَو ِناَعَطلاِب ُنِمْؤُمْلا َسْيَل “Orang mu’min itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat, dan bukan pula orang yang berkata keji, dan bukan pula orang yang suka berkata kotor”. H.R. Tirmidzi 22 22 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam. Terj, Jamaludin Miri Jakarta: Pustaka Amani. 1994, Juz 1, h. 188. 3. Pendidikan Fisik Untuk membimbing anak agar terikat dan tertarik dengan ajaran-ajaran kesehatan dan sasaran pencegahan penyakit, maka dalam rangka memelihara kesehatan anak dan menumbuhkan kekuatan jasmaninya, di samping mereka pun harus berkonsultasi dengan para spesialis mengenai hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga jasmani dari berbagai penyakit, orang tua maupun guru juga harus membimbing dan mengajari anak untuk selalu menjaga kesehatannya. Jika memakan buah-buahan mentah itu dapat menimbulkan penyakit, hendaklah para pendidik membimbing anak-anak supaya membiasakan diri memakan buah-buahan yang sudah matang, dan jika memakan sayur-sayuran atau buah-buahan yang belum dicuci itu bisa menimbulkan berbagai penyakit, hendaklah para pendidik membimbing anak-anak supaya membiasakan diri memakan sayuran dan buah-buahan itu setelah dicuci. Jika mencampurkan satu makanan dengan makanan lainnya dalam satu waktu dapat menyebabkan penyakit di dalam perut, alat pernafasan dan alat pencernaan, maka para pendidik hendaknya membimbing anak-anak agar membiasakan diri mengatur waktu makan. Begitu juga jika mengambil makanan dengan tangan yang kotor itu dapat menimbulkan penyakit, maka para pendidik hendaknya membimbing anak-anak untuk menerapkan petunjuk Islam dalam mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya. Selain itu juga pendidik harus membimbing anak agar selalu membiasakan diri untuk berolah raga karena akal yang sehat terdapat dalam jiwa sehat. 23 4. Pendidikan Sosial Dalam menumbuhkan jiwa sosial anak, maka terlebih dahulu anak harus ditanamkan jiwa Ukhuwah Islamiyah yaitu ikatan kejiwaan yang mewarisi perasaan mendalam tentang kasih sayang, kecintaan dan penghormatan serta pengorbanan kepada setiap orang yang diikat oleh perjanjian aqidah Islamiyah, 23 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Buku Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,Terj. Ruh Al- Islam, Muthaba’ah Lajnah Al-Bayan Al-‘Arabi oleh Syamsudin Asyrofi, Achmad Warid khan, dan Nizar Ali, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996 Cet, 1. h. 119. yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan menanamkan jiwa ukhuwah Islamiyah kepada anak, akan membentuk sikap-sikap positif baginya. Seperti saling tolong menolong, mengutamakan orang lain, saling berkasih sayang dan selalu memberikan maaf serta dapat menjauhi sikap-sikap negatif, seperti menjauhi setiap hal yang dapat membahayakan manusia di dalam diri, harta dan kehormatan mereka. 24 Dengan demikian ia akan menjadi orang yang selalu kasih mengasihi, saling mengutamakan kepentingan orang lain, saling tolong menolong dan saling berkorban untuk saudaranya yang lebih membutuhkan. 5. Pendidikan Intelektual Pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, tentang ilmu pengetahuan agama maupun umum, tentang hukum, peradaban ilmiah dan modernisme, serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan demikian rasio dan peradaban anak benar-benar terbina. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsangan untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, dan lain-lain. Adapun untuk melatih kecerdasan logika matematik dengan mengelompokan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, puzzle, monopoli dan yang lainnya. 25

G. Metode Pendidikan Anak Usia Dini

Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi secara istilah dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 26 24 Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit., Juz 1, h. 395. 25 Diah Ayu Ningsih, Op.cit.h. 89. 26 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Insani, 1999, cet. II, h. 99. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam jenis metode dalam mengajar dan mendidik, disebabkan karena metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: a. Tujuan dan fungsinya yang berbagai jenis. b. Kemampuan anak didik yang berbagai macam. c. Situasi yang beragam keadaannya. d. Fasilitas yang beragam jenisnya. e. Peribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda. 27 Dalam hal ini ada beberapa metode untuk mendidik anak usia dini seperti: 1 Metode Mutual Education Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi Saw. seperti dicontohkan nabi sendiri dalam mengajarkan sholat dengan mendemonstrasikan cara-cara sholat yang baik dan benar. Sebagaimana sabdanya: ِْنْوُمُتْ يَأَر اَمَك اْو لَص يراخبلا اور ىّلَصُأ “Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku sholat” 2 Metode bercerita Yaitu metode dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut keta’atannya atau kemungkarannya kepada perintah Allah yang dibawa oleh Rasulullah Saw kepada mereka. seperti beberapa ayat Al- Qur’an yang mengandung nilai pedagogis dalam sejarah digambarkan Allah sebagai berikut: ُهُظِعَي َوُهَو ِهِْبا ُناَمْقُل َلاَقْذِإَو ِهاِب ْكِرْشُتَا َََُ باَي ميِظَع مْلُظَل َكْرّشلا َنِإ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. QS. 31:13 28 27 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995, cet. 5, h. 38 28 Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit., Juz 2, h. 73. Dalam mengisahkan para Nabi hendaknya pendidik memperbandingkan antara orang-orang Mukmin yang mengikuti Rasul dengan orang-orang kafir yang selalu membangkang kepada Rasul dan bagaimana akibat kedua golongan tersebut, sehingga merasa dan meresap dalam hati anak, bahwa orang-orang mukmin itu mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat, sedangkan orang-orang kafir merugi dan celaka. Dengan hal seperti itu akan mengajak anak untuk selalu patuh dan mengikuti Rasul serta mengamalkan apa yang diperintahkannya. 29 3 Metode Bimbingan dan Penyuluhan Bimbingan adalah suatu proses memberi bantuan, dalam mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik, membantu dan menyalurkan dorongan atau motivasi-motivasinya yang positif, membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan membantu dalam mencapai cita- citanya. 30 Dalam Al- Qur’an terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode bimbingan dan penyuluhan, karena Al- Qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia agar memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanakan metode ini adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun atau membimbing kearah kebenaran. Hal ini didasarkan atas firman Allah sebagai berikut: ِْل ِها َنّم ةَْحَر اَمِبَف ُْك ْوَلَو ْمََُ َت ْيِلَغ اًظَف َت ْ نَا ِبْلَقْلا َظ َكِلْوَح ْنِم او ضَف ... “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. . . QS. Al-Maidah[5: 159]. 29 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Padang: Hidakarya Agung. 1983, h. 73. 30 Paimun, Bimbingan Konseling. Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah. 2008, h. 2. Dalam hal ini anak harus dididik dengan perhatian dan penuh kasih sayang, lemah lembut tanpa adanya ancaman dan cercaan yang dapat mengakibatkan jiwa anak menjadi terganggu. 4 Metode Pemberian Contoh dan Teladan Metode yang sangat besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah medote pemberian contoh dan teladan. Karena sifat anak pada usia dini adalah suka meniru dan mengikuti apa yang ia lihat dan dengar. Untuk itu pendidik dalam hal ini adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh anak. Sebagai pendidik harus bisa mencontohkan yang terbaik untuk anak. Dalam hal ini Allah telah menunjukan bahwa contoh keteladanan yang terbaik adalah dari kehidupan Nabi Muhammad. Ia merupakan teladan bagi umat muslim sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi dan purnama yang memberi petunjuk. Semuanya itu mengandung nilai pedagogis bagi kehidupan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya. ِثَك َها َرَكَذَو َرِخَلْا َمْوَ يْلاَو َها اوُجْرَ ي َناَك نَمّل ةََسَح ةَوْسُأ ِها ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل اًي “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. QS. Al-Ahzab [33:21]. 31 Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik- buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri perbuatan-perbutan yang dilarang agama. Maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik berbohong, khianat, kikir, penakut dan hina. Maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina. karena bagaimanapun besarnya usaha anak dalam mempersiapkan kebaikannya, dan bagaimanapun kesucian fitrahnya, tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok utama pendidikan, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Padahal sangat mudah 31 Nur Uhbiyati, Op.cit. h. 111-117. bagi pendidik untuk mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, tetapi teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Untuk itu tidak ada cara lain bagi para pendidik selain harus bersikap kasih sayang dan menerapkannya dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari dan dalam menjalankan kewajiban dakwah dan mendidik, agar anak tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang baik, dan terdidik dalam kemuliaan. 32 5 Metode belajar sambil bermain Dalam dunia anak usia dini, bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Karena alat mainan bagi anak-anak adalah penting dalam pertumbuhan anak itu sendiri, baik perkembangan pikirannya maupun jasmaninya dan yang utama adalah pembentukan tabiatnya. Tabiat yang terbentuk dalam jiwa anak, tidaklah terjadi dengan mendadak, tetapi karena mengulang-ulangi suatu perbuatan maka jadilah kebiasaan dan kemudian kebiasaan itu apabila terus dilakukan maka akan terbentukalah tabiat. Pada umumnya pembentukan tabiat terjadi pada masa kanak-kanak. Anak- anak mempunyai kegemaran masing-masing untuk memilih alat mainan apa yang akan digunakannya, dan jenis permainan apa yang disukainya. Akan tetapi anak- anak sebelum sekolah, biasanya mempunyai kecenderungan ingin tahu dan ingin meniru cara anak lain atau gerak-gerik orang dewasa. Pikiran mereka memerlukan tuntunan dan tidak boleh dibiarkan menurut kehendak sendiri. 33 Untuk itu pendidik dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam memberikan mainan kepada anak-anaknya. Karena pada anak usia dini cenderung tertarik pada objek yang dapat ia manipulasi seperti mainan yang dimainkannya. Dengan cara demikian, anak belajar mengenai sifat objek yang dimainkannya. 34 Dalam hal ini terdapat beberapa mainan yang dapat diberikan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan jiwanya. 32 Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit.Juz 2, h. 33. 33 M. H. Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah. Bandung: Indonesia Publishing House. 1982, cet. 6. h.84. 34 Shoba Dewey Chugani, Anak yang cerdas, Anak yang bermain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009, h.19. a. Umur 3 bulan. Benda-benda yang berwarna terang seperti gelang-gelangan dari plastik, dapat diberikan dengan cara menggantungkannya di atas tempat tidurnya, sejauh kemampuan anak untuk meraih. b. Umur 4-5 bulan. Benda-benda yang berwarna dan berbunyi seperti “rammelear” kerincing dapat diberikan dengan menggantungkan pula di atas tempat tidurnya. c. Umur 6-7 bulan. Benda-benda dari karet yang berwarna, berbunyi dan diberikan sedemikian rupa agar bisa diraih. d. Umur 8-11 bulan. Umumnya anak-anak senang diberi kotak atau genderengan yang dapat dipukul, bola untuk dilemparkan, dan binatang- binatangan yang dari plastik atau kain yang dapat dipermainkan. e. Umur 1 tahun. Anak-anak umumnya senang dengan balok-balokan kayu yang berwarna atau kotak-kotak kecil yang dapat dikeluar masukkan seperti korek api. f. Umur 1 setengah tahun. Anak mulai senang memanjat-manjat, menggeser kursi atau meja, boneka, beruang-beruangan, bola serta kotak dari plastik. Ember kecil berisikan air atau pasir, balok-balokan kayu yang disusun secara vertikal. g. Umur 2 tahun. Anak mulai meniru apa yang dilihatnya, misalnya memberi makan bonekanya, disamping ia suka bermain pasir, air dan mobil-mobilan. Balok-balokan kayu sudah mulai diajarkan seperti kereta api. Dengan diberi pensil dan kertas, maka anak mulai senang membuat coret-coretan. h. Umur 2 setengah tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih tetap disenanginya, ia juga senang membuat kue-kuean dari pasir atau tanah, bermain dengan air, dengan busa sabun membuat balon-balon, dan ditiupnya. Pada masa ini mulai menggambar dengan coret-coretan, balok-balokan mulai disusunnya menjadi bangunan yang vertilan dan horizantal. i. Umur 3 tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih berharga baginya. Pada masa ini mereka mulai sepeda roda tiga, main rumah-rumahan, toko- tokoan, dan berbicara sendiri, selain itu suka membuat terowongan dengan pasir dan suka mengangkut pasir dengan mobil-mobilannya. j. Umur 4 tahun. Anak masih senang dengan sepeda roda tiga. Mulai senang bermain dengan teman sebayanya untuk bermain rumah-rumahan, kereta api- kereta apian, loncat-loncatan. Disini anak mulai membuat gambar-gambar dengan pensil warna. k. Umur 5 tahun. Anak senang main rumah-rumahan dengan meja atau kursi, dan boneka dianggapnya sebagai anaknya, dimandikannya dan diberi makan, selain itu ia senang dengan alat masak-masakan, berlari-lari, loncat-loncat, naik-naik, menari-menari dan menyanyi sering tampak pada anak-anak masa ini. Anak mulai belajar sepeda roda dua, dan dalam menggambar anak mulai sering mencontoh huruf ataupun angka yang sederhana. l. Umur 6 tahun. Pada masa ini anak senang bermain loncat-loncat dengan tali, main kucing-kucingan dengan teman-temannya, berlomba naik sepeda roda tiga atau berlari, lempar-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan. 35 35 Suahartin Citrobroto, Serba-Serbi Pendidikan. Jakarta: Bhratara Karya. 1983, h.64- 65. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pendidikan yang dikonsepkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maûdud Bi Ahkamil Maulud . Adapun waktu penelitian, dimulai bulan Januari sampai Maret 2013.

B. Metode Penulisan

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kontent analysis yaitu metode dengan menganalisis isi dari objek yang diteliti melalui sumber-sumber yang terkait dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu berupa karya dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang berjudul Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud . b. Data Sekunder Sumber data sekunder berupa data-data tertulis baik itu buku-buku maupun sumber lain yang mengulas tentang karya Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah yang mengulas tentang pendidikan anak usia dini. Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Pustaka library research dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. 1 Jadi penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau suatu keadaan.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada konsep pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud . Pada rentang usia anak 0-2 tahun masa menyusui dan 3-6 tahun masa batuta dengan memberikan pendidikan Iman, Akhlak, Fisik, Sosial dan Intelektual.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa prosedur diantaranya yaitu: 1. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun sekunder yang membahas tentang pendidikan anak usia dini, data- data dikumpulkan kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang lebih khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang berhubungan dengan tema pokok yang dibahas. 2. Pengolahan Data Untuk mendapat data penelitian yang valid. Maka data dari literatur- literatur baik primer maupun sekunder dikelolah secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi penting tentang pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan. 1 Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, Penelitian Kulitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan Malang: Kalimasahada, 1996, h.13 3. Bentuk Pelaporan Data Bentuk laporan penelitian yang disampaikan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-data yang sudah diperoleh dan dianalisis, sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain”. 2 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang mudah difahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas. 2 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. XVIII, h. 13-14. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

a. Riwayat Hidup Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Orang yang terkenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sebenarnya bernama Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Saad bin Huraiz az- Zar’i ad- Dimasyqi Abu Abdullah Syamsuddin. Ayahnya pendiri kampung al-Jauziyah dan kepala madrasah al-Jauziyyah serta guru di sekolah ash-Shadariyah. Beliau dilahirkan di Damaskus tahun 691 Hijriyah1292 Masehi dan berasal dari sebuah keluarga terhormat yang berilmu dan berharta. Ayahnya seorang guru yang juga mengajar Ibnu Qayyim dan mempengaruhinya. Ibnu Qayyim adalah seorang tokoh reformis Islam yang bermazhab Hambaliyah. Para ulama mengakuinya sebagai orang yang kaya dan berilmu. Beliau berminat pada bidang hadis dan seluruh ilmu hadis, fikih, syariat, ilmu kalam, tasawuf, bahasa Arab, dan nahwu. Ibnu Qayyim merupakan murid Ibnu Taimiyah yang sangat menyayangi dan selalu bersama sang guru, mendukung pendapat-pendapatnya, meski kadang-kadang mendebat beberapa pendapatnya. Dialah juga orang yang mengajarkan buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan menyebarkan ilmunya. Ibnu Qayyim al-Jauziyah pernah mengalami musibah seperti yang dialami Ibnu Taimiyah. Mereka sama-sama dipenjara di benteng Damaskus setelah ditarik dengan seekor unta yang dipukul dengan tongkat. Ia memanfaatkan masa-masa di penjara dengan beribadah, membaca al- qur’an, merenung dan berpikir. Tragisnya, ia tidak pernah dikeluarkan dari penjara, kecuali setelah Ibnu Taimiyah meninggal dunia. Ibnu Qayyim adalah seorang yang berakhlak baik dan disayang oleh banyak orang. Kepribadiannya sangat berbeda dengan Ibnu Taimiyah. Sang guru seorang yang emosional dan keras kepala, sementara Ibnu Qayyim seorang yang tenang, berjiwa stabil dan cenderung untuk berdialog dan memberikan pemuasan rasional kepada orang lain. Tujuan terpenting Ibnu Qayyim al-Jauziyah adalah seruan untuk kembali ke Mazhab Salaf yang mencerminkan Islam sebagai agama yang bebas dari berbagai pendapat yang menyimpang. Meski begitu, ia sangat memperhatikan prinsip kebebasan berpikir, menentang taklid buta, mengajak semua orang agar memahami syariat Islam dan mengamalkan agama berdasarkan syariat dan menyerukan ijtihad. Ibnu Qayyim al-Jauziyah meninggal dunia pada tahun 751 Hijriah atau 1350 Masehi dalam usia hampir 60 tahun. 1

b. Masa Studi

Ibnu Qayyim mempunyai potensi sebagai penggerak dan akal yang luas, dan pikiran yang subur, serta daya hafal yang sangat menakjubkan, sejak kecil ia mempunyai obsesi yang jujur dalam menuntut ilmu, ia sangat ulet dalam meneliti, dan menganalisa serta memiliki kebebasan dalam menimba ilmu dari guru, ulama dan masyayikh-nya, baik dari madzhab Hambali maupun yang lainnya. Dengan semangat orang yang haus dan jiwa yang selalu terpaut akan ilmu, ia selalu menimba ilmu dari para pakar ilmu dibidangnya diantaranya yaitu; Asy-Syihab Al-Abir dan Abu Al-Fath Al- Ba’labakki, adalah gurunya dalam bidang ilmu nahwu, atau lebih khusus pengajar Alfiyah Ibnu Malik. Sehingga ia menguasai dan pandai berbahasa arab sebelum umurnya menginjak 9 tahun. 1 Muhammad Utsman Najati, Buku Jiwa Dalam Pandangan Para Filosof Muslim,Terj Ad- Dirasat an- Nafsaniyyah ‘inda al-‘Ulama al-Muslimin, oleh Gazi Saloom Bandung: Pustaka Hidayah, 2002 cet. I. h. 357-359 Selain itu juga Ibnu Qayyim suka menelaah buku-buku ilmu jiwa dan mempelajari seluruh cabang ilmu syari’ah seperti; ilmu kalam, tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, faraidh, dan yang lainnya. Salah satu guru yang sangat ia sayangi adalah Ibnu Taimiyah. Kecintaan Ibnu Qayyim kepada gurunya ini sungguh telah meresap dalam sanubarinya, sehingga ia mengambil mayoritas ijtihadnya, membelanya serta mengembangkan keontetikan dalil-dalilnya, menyerang argumentasi para penentangnya. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk melakukan penyederhanaan dan penyuntingan terhadap buku-bukunya serta penyebarluasan ilmu dan ide-idenya. kebersamaannya bersama Ibnu Taimiyah selama 16 tahun memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pola pikirnya, pengisian dan pengembangan potensinya serta penguatan terhadap basis pengetahuannya terutama yang berkenaan dengan Al- Qur’an dan As-Sunnah. Hal penting yang diambil oleh Ibnu Qayyim dari gurunya Ibnu Taimiyah adalah metode dakwah ajakan untuk berpegang teguh kepada kitabullah, dan As- Sunnah Rasulullah yang shahih, serta metode pemahaman terhadap keduanya dengan pemahaman salafusshalih, yaitu membuang apa saja yang bertentangan dengan kedua sumber tersebut, memperbaharui ajaran-ajaran agama, serta membersihkannya dari segala macam bid’ah dan khurafat. 2

c. Guru dan Murid-muridnya

Guru-gurunya adalah ayahnya sendiri Abu Bakar bin Ayyub Qayyim Al- Jauzi, Ibnu Abdiddaim, Ibnu Taimiyah, Asy-Syihab Al-Abir, Ibnu Asy-Syirazi, Al-Majd Al-Harrani, Ibnu Maktum, Al-Kuhhali, Al- Baha’ bin Asakir, Al-Hakim Sulaiman Taqiyuddin Abu Fadl bin Hamzah. Syarafuddin bin Taimiyah saudara Ibnu Taimiyah, Al- Mutha’im, Fatimah binti Jauhar, Majduddin At-Tunisi, Al- Badar bin Jama’ah, Abu Al-Fath Al-Ba’labaki, Ash-Shaf Al-Hindi, Az- Zamlakani, Ibnu Muflih dan Al-Mazi yang termasuk penghafal hadist generasi terak hir yang bermazhab syafi’i. 2 M. Hasan Al-Jamal, Buku Biografi 10 Imam Besar, Terj.Hayat al-immah oleh M. Khaled Muslih dan Imam Awaludin Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005 cet. I. h. 232-235 Adapun murid-muridnya adalah Al-Burhan bin Al-Qayyim Al-Jauzi, anaknya bernama Burhanuddin, Ibnu Katsir, Ibnu Rajab, Sayarafuddin bin Al- Qayyim, anaknya bernama Abdullah bin Muhammad, As-Subki, Ali bin Abdulkafi bin Ali bin Tamam As-Subki, Adz-Dzahabi, Ibnu Abdulhadi An- Nablusi, Al-Ghazi dan Al-Fairuz Abadi Al-Muqri. 3

d. Karya-karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Ibnu Qayyim memiliki banyak karangan di bidang fikih, ushul,tasawuf, ilmu kalam, sirah biografi, dan sejarah. Ia seorang yang berwawasan luas dan mencintai semua ilmu yang terkenal pada saat hidupnya. Diantara karangan-karangan beliau adalah: 1. Ar-Ruh. Ditahkikkan dan dikaji oleh Sayyid Jamili, Cetakan II, Beirut:Dar al-Kitab al-Arabi, 14061986. 2. Tuhfat al-Maudud bi Ahkam al-Maulud. Ditahkikkan oleh Abdul Qadir al- Arnauth, Damaskus: Maktabah Dar al-Bayan, 13911971. 3. Miftah Dar as-Sa’adah. Sebanyak dua juz yang disusun dalam satu jilid, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah t.t. 4. Raudhat al-Muhibbin wa Nuzhat al-Musytaqim, Kairo: Dar al-Fikr al- ‘Arabi, t.t. 5. Thariq al-Hijratain wa Bab as-Sa’adatain,Beirut: Dar Maktabah al-Hayat, 1980. 6. Risalah fi Amradh al-Qulub. Ditahkikkan oleh Muhammad Hamid al-Faqi, Riyadh: Dar Thayyibah, 1403 H. 4 7. Zâdul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad. Yaitu sebuah ensklopedi besar yang memuat berbagai disiplin ilmu, seperti; Sirah, fikih, tauhid, ilmu kalam, selekta dalam tafsir dan hadits, nahwu dan yang lainnya. 8. I’lamu Al-Muwaqqi’n an Rabbi Al-Alamin. Yaitu kitab yang menjelaskan tentang hukum perbuatan hamba dalam agama dan permasalahannya. 9. Jila’ul Afham fi Shalati wa Salam’ala Khairil Anam. Yaitu kitab yang menjelaskan beberapa hadis yang menjelaskan shalawat dan salam kepada Rasul serta rahasia do’a dan hikmah yang terkandung di dalamnya. 10. Ighatsatul Lahfan min Mashayid Asy-Syaitan. Kitab ini banyak ulama yang meresume dan memilih beberapa bab untuk dicetak secara terpisah. 11. Hadil Arwah ila biladil Afrah kitab ini terkenal dikalangan ulama dengan nama lain Shifatil Jannah. 12. Ad-daa’ wa Ad-Dawaa’ atau Al-Jawaul Kafi Liman Saala’an Dawaa’ Asy- Syafi’i. Kitab ini memuat jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyan 3 Ahmad Farid, Buku 60 Biografi Ulama Salaf, Terj. Min A’lam As-Salam oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2006 cet. I. h. 830 4 Muhammad Utsman Najati, loc.cit. h. 359 yang diajukan kepadanya, dan memuat manfaat ilmu serta muhasabah dan pengendalian jiwa. 13. Syarah Al-Asma’ Al-Husna. Kitab ini menjelaskan nama-nama Allah yang baik. 14. Al-Kalim At-Tayyibu wa Al-Amal Ash-Shalih atau Al-Wabil Ash-Shayyibu min Al-Kalim Ath-Thayyibah. Kitab ini menjelaskan faedah dzikrullah. 15. Miftah Dar Ash-Sa’adah. Kitab ini memuat tentang ilmu dan keutamaannya, dan berbagai macam hikmah. 16. Madariju Salikin Baina Manazila Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in. Kitab ini memuat tentang bagaimana membina jiwa dan akhlak agar berperilaku seperti orang-orang bertakwa yang jujur, yang bersih jiwanya dengan takwa, dan bersinar hatinya dengan hidayah Allajh Ta’ala. 5 17. Safar Al-Hijratain wa Bab As-Sadatain Perjalanan Dua Hijrah dan Pintu Dua Kebahagiaan. 18. Madarij As-Salakin Tahapan-tahapan Ahli Suluk. 19. Syarh Asma’ Al-Kitab Al-Aziz Ulasan-ulasan tentang nama-nama al- kitab. 20. Zad Al-Mad fi Hadyi ‘Ibad Bekal untuk tujuan akhir seorang hamba 21. I’lam Al-Muaqqim ‘an Rabbi Al-Alamin Pemberitahuan tentang Tuhan semesta alam. 6

B. Pembahasan

1. Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Tentang Pendidikan Anak Usia

Dini Dalam konteks pendidikan anak usia dini, tanggung jawab orang tua mendidik anak dengan sabar dan seksama, serta mengetahui kondisi kebutuhan penyiapan pendidik yang mampu mengasuh dan membimbing anak usia sejak lahir sampai 6 tahun merupakan suatu keharusan. Hal ini dikatakan oleh Ali RA dalam kitabnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah يِلَع َلاَق - َيِضَر ُمُهْوُمّلَعَو ِها َةَعاَط ْمُهْو رُم :ُنَسَْْا َلاَقَو ,ْمُهْوُ بّدَأ َو ْمُهْوُمّلَع : ُهَْع ُها َرْ يَْْا . Imam Ali R.A berkata: Ajari dan didiklah anak-anakmu,sedangkan Hasan berkata: ajaklah mereka untuk taat pada Allah dan ajarilah mereka tentang kebaikan. 7 5 M. Hasan Op.cit., h.240-242 6 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009 cet. I. h.34 7 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tuntunan Rasulullah dalam Mengasuh Anak, Terj. Tuhfatul Maulud bi Ahkâmil Maulûd . oleh Nabhani Idris Jakarta: studia press, 2009 cet. I. h.161 رْمَع ِثْيِدَح ْنِم َدُواَد َِِْأ ِنَُسَو ِدَْسُمْلا ِِ َو و ُلْوُسَر َلاَق ,ِّدَج ْنَع ِهْيِبَأ ْنَع بْيَعُش ِنْب ىَلَص ِها ُها اَْ بَأ اْو رُم : َمَلَسَو ِهْيَلَع ِِ ْمُهَ ْ يَ ب اْوُ قّرَ فَو , رْشَعِل اَهْ يَلَع ْمُهْوُ بِرْضاَو , عْبَسِل ِةَاَصلِاب ْمُك َء ِِ ْمُهَ ْ يَ ب ُقْيِرْفَ تلاَو اَهْ يَلَع ْمُهُ بْرَضَو اَِِ ْمُهُرْمَأ باَدآ ُةَثَاَث ِثْيِدَْْا اَذَه ْيِفَف ِعِجاَضَمْلا ِع ِجاَضَمْلا Di dalam Musnad sunan Abu Dawud tentang hadits Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya. Rasulullah bersabda: perintahlah anak-anakmu untuk melaksanakan sholat pada usia 10 tahun dan pisahlah tempat tidur mereka. Di dalam hadits ini terdapat 3 adab tatakrama dalam memerintah anak: 1. Memerintah mereka untuk sholat, 2. Memukul mereka bila membangkang, dan 3. Memisah tempat tidur mereka. 8 Penjelasan diatas menjelaskan bahwa pentingnya mendidik anak sejak dini terutama dalam mendidik adab akhlak bagi anak karena dengan adab akhlak yang baiklah akan terjalin suatu hubungan antara orang tua dengan anak dapat terjalin dengan baik dan kondusif, yang pada gilirannya dapat menciptakan kelancaran komunikasi dan interaksi yang harmonis bagi keduanya. Selain itu juga pendidikan anak saat usia dini akan membekas dalam memori anak sampai ia usia tua nanti. Dalam hal ini Marwan bin Salim meriwayatkan dari Isma’il bin Abi Darda’ bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang yang belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, dan belajar di usia dewasa bagaikan mengukir di atas air”. Ali bin Abi Tholib RA berkata: “Hati anak kecil seperti tanah kosong, apa saja yang dilemparkan kepadanya akan diterimanya. Ini terjadi karena hati anak kecil lebih kosong, lebih sedikit pekerjaannya, lebih banyak kesempatannya, dan lebih banyak tawadlu”. Jika belajar sudah usia dewasa apalagi telah berkeluarga, maka akan terganggu dengan banyaknya pikiran hingga sulit untuk fokus dalam pelajaran, sulitnya waktu untuk belajar karena habis tersita untuk pekerjaan, dan malu mulai belajar dari awal. 9 Dalam hal ini pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini, bagi Ibnu Qayyim sangatlah penting dan harus diaplikasikankan oleh setiap orang tua untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi pada diri anak sejak sedini mungkin. 8 Ibid ., 161 9 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, ttp: Dâr al-Fikr, 1992, h.23 Sebab Ibnu Qayyim berkata: “Jika orang tua mengabaikan pendidikan anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat berarti orang tua telah memperlakukan anaknya dengan perlakuan yang buruk. Kebanyakan anak berperilaku buruk disebabkan karena orang tua yang mengabaikan pendidikan anaknya khususnya tentang pendidikan agama dan akhlaknya. Sehingga menjadikan anak tersebut tidak berguna bagi dirinya dan orang tuanya”. 10 Dari pendapat Ibnu Qayyim di atas jelas bahwa, beliau sangat memperhatikan pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya ketika ia berusia dini, karena usia dini merupakan masa dimana anak sangat cepat menerima informasi yang ia lihat dan dengar dari lingkungannya khususnya dari orang tuanya. Untuk itu orang tua harus mengasuh dan membimbingnya dengan memberikan pendidikan yang bermanfaat khususnya pendidikan agama dan akhlak yang kelak dewasa nanti anak akan tumbuh dengan cerdas dan berakhlakul karimah, sehingga pada akhirnya anak dapat dibanggakan dan berguna bagi orang-orang disekitarnya terlebih khusus kepada orang tuanya.

2. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah terhadap tahapan yang harus

dilakukan orang tua dalam mendidik anak usia 0-2 tahun Pada masa ini adalah masa awal perkembangan bagi seorang anak pada masa menyusui. Seorang anak pertama kali lahir kedunia dipengaruhi oleh lingkungan disekelilingnya, serta dari siapa saja yang menyentuh, bekerja, dan bergerak disekitarnya. Untuk itu anak harus benar-benar dijaga dari hal-hal yang negatif, suara yang keras serta hal-hal yang dipandangnya menakjubkan dan gerakan-gerakan yang mengganggunya. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: َ يَو ْ َب ِغ ْي َأ ْن ُ ي ْو ِق َي ّطلا ْف ُل ُك َل َأ ْم ر ي ُ ْف ِز ُع ُه ِم َن َْلا ْص َ و ِتا َشلا ِد ْي َد ِة َشلا ِ ْ ي َع ِة َو ْلا َم َ ِظا ِر ْلا َف ِظ ْ ي َع ِة َو ْلا َح َر َك ِتا ْلا ُم ْز ِع َج ِة َف ِإ َن َذا ِل َك ُر َب َ َدأ ا ِإ ى َل َف َس ِدا ُق َو ِت ِه ْلا َع ِقا َل ِة ِل َض ْع ِف َه َف ا َا ي َ ْ َت ِف ُع َِِ َ ب ا ْع َد ِك َِب ِ Dan seharusnya anak itu dihindarkan dari suara keras dan jelek serta dari pandangan buruk dan gerakan yang mengagetkan. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi daya pemahamannya ketika besar. 11 10 Ibnu Qayyim, Op.cit. h.165 11 Ibid ., h. 168 Bayi yang masih lemah, harus selalu dilindungi dan dijauhkan dari setiap yang mengagetkan, seperti suara-suara yang terlalu keras dan pemandangan- pemandangan yang menakutkan ataupun gerakan-gerakan yang mengejutkan. Kerena demikian itu akan mengganggu perkembangan akal anak yang kemudian dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi akal pada masa dewasanya. Karena kondisi anak masih sangat lemah, maka jika sang bayi menemui hal yang demikian hendaklah sang ibu segera menghiburnya dengan mengalihkan perhatiannya kepada suatu yang lain agar tidak tertuju kepada hal-hal yang negatif dan dapat melupakannya, seperti segera menyusui dengan begitu akan hilang ketakutannya atau dengan menimangnya agar segera tidur dan melupakan kejadian yang mengagetkan dan menakutkan itu. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak usia 0-2 tahun menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yaitu:

a. Adzan di Telinga Kanan dan Iqamah di Telinga Kiri

Dalam pembahasan ini, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah memaparkan beberapa hadits, yaitu: َع ْن َأ ِِْ َر ِفا ع َق َلا ، َر َأ ْي ُت َر ُس ْو َل ِها َص َل ِها ى َع َل ْي ِه َو َس َل َم َأ َذ َن ِِْ ُأ ُذ ِن ْلا ح َ َس ِن ْب ِن َع ِل ي ِح َْي َو َل َد ْت ُه َف ِطا َم ُة حيحص ثيدح ,ااقو يذيمرلاو دواد وبأ اور Dari Abi Rafi R.A. berkata: “saya melihat Rasulullah mengadzani telinga Hasan bin Ali saat dilahirkan oleh Fatimah R.A. H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi. Mereka berkata: Hadits Shahih 12 Dalam hadis lain dijelaskan pula; َم َر ا َو ُا ْلا َ ب ْ ي َه ِق ي ِِ ْلا ش َع ِب ِم ْن َح ِد ْي ِث َْا َس ِن ْب ِن َع ِل ي َع ِن َلا ِّب َص َل ُها ى َع َل ْي ِه َو َس َل َم َق َلا َم : ْن َو َل َد َل ُه َم ْ و ُل ْو د َف َأ َذ َن ِِْ ُأ ُذ ِن ِه ْلا ُي ْم َن َو َأ َق َما ِِْ ُأ ُذ ِن ِه ْلا ُي ْس َر ُر ,ى ِف َع ْت َع ْ ُه ُأ م ّصلا ْ ب َي ِنا Baihaqi meriwayatkan dalam Asy- Syu’ab dari Hasan bin Ali R.A. dari Nabi saw, beliau bersabda: “barang siapa yang lahir baginya seorang anak, lalu ia mengadzani telinga kanannya dan mengiqamati telinga kirinya, maka ia akan terhindar dari Umi Sibyan Setan.” 13 12 Ibid ., h. 26 13 Ibid .,. h. 26 Menurut riway at dari Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i, bahwa ketika Husain lahir, Rasulullah Saw memperdengarkan adzan ditelinganya seperti adzan yang diperdengarkan untuk sholat. Menurut Ad-Dahlawi hikmah dan rahasia adzan yang diperdengarkan untuk bayi yang baru lahir adalah sebagai berikut: 1 Adzan adalah termasuk syiar Islam 2 Pengumandangan agama yang dibawa oleh Nabi saw. 3 Pengumandangan adzan langsung di telinga anak. 4 Adzan adalah pengusir setan, sedang setan langsung menggoda anak manusia sejak dilahirkan. 5 Supaya ucapan pertama yang membuka pendengaran anak manusia yang baru dilahirkan adalah kalimat tentang keagungan Allah dan kalimat syahadat sebagai kunci memasuki kehidupan dunia, sebagaimana kalimat tersebut digunakan sebagai kunci seseorang yang hendak masuk Islam. 6 Diharapkan dapat meninggalkan kesan dan pengaruh positif dalam jiwanya. 7 Agar ajakan dan seruan ke jalan Allah dalam dirinya dapat mendahului seruan setan ke jalan kesesatan. 14 Adzan dan iqamah telah diajarkan sejak zaman Rasulullah, adapun penyebaran konsep pendidikan tauhid secara dini dikemukan salah satunya oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Hal ini cukup beralasan, karena Ibnu Qayyim al- Jauziyah menganggap ketauhidan yang diberikan secara dini kepada anak sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.

b. Mentahnik Bayi

Tahnik yaitu menggosok dengan lembut langit-langit mulut bayi yang baru dilahirkan dengan buah kurma yang telah dilumat. Menurut Ibnu Qayim bayi yang baru lahir disunahkan untuk ditahnik dengan buah kurma dan menggosok- gosokkan langit-langit mulutnya dengan jari telunjuk, lalu perlahan-lahan telunjuk 14 Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak, Terj. Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli . oleh Hamim Thobari Jakarta: Al- I’stihom Cahaya Umat-, 2004 cet. I. h. 37-38.