bagi pendidik untuk mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, tetapi teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang
memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Untuk itu tidak ada cara lain bagi para pendidik selain harus bersikap kasih sayang dan menerapkannya dalam
setiap aktivitas kehidupan sehari-hari dan dalam menjalankan kewajiban dakwah dan mendidik, agar anak tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang baik, dan
terdidik dalam kemuliaan.
32
5 Metode belajar sambil bermain
Dalam dunia anak usia dini, bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Karena alat mainan bagi anak-anak adalah penting dalam pertumbuhan anak itu
sendiri, baik perkembangan pikirannya maupun jasmaninya dan yang utama adalah pembentukan tabiatnya. Tabiat yang terbentuk dalam jiwa anak, tidaklah
terjadi dengan mendadak, tetapi karena mengulang-ulangi suatu perbuatan maka jadilah kebiasaan dan kemudian kebiasaan itu apabila terus dilakukan maka akan
terbentukalah tabiat. Pada umumnya pembentukan tabiat terjadi pada masa kanak-kanak. Anak-
anak mempunyai kegemaran masing-masing untuk memilih alat mainan apa yang akan digunakannya, dan jenis permainan apa yang disukainya. Akan tetapi anak-
anak sebelum sekolah, biasanya mempunyai kecenderungan ingin tahu dan ingin meniru cara anak lain atau gerak-gerik orang dewasa. Pikiran mereka memerlukan
tuntunan dan tidak boleh dibiarkan menurut kehendak sendiri.
33
Untuk itu pendidik dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam memberikan mainan kepada anak-anaknya. Karena pada anak usia dini cenderung
tertarik pada objek yang dapat ia manipulasi seperti mainan yang dimainkannya. Dengan cara demikian, anak belajar mengenai sifat objek yang dimainkannya.
34
Dalam hal ini terdapat beberapa mainan yang dapat diberikan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan jiwanya.
32
Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit.Juz 2, h. 33.
33
M. H. Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah. Bandung: Indonesia Publishing House. 1982, cet. 6. h.84.
34
Shoba Dewey Chugani, Anak yang cerdas, Anak yang bermain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009, h.19.
a. Umur 3 bulan. Benda-benda yang berwarna terang seperti gelang-gelangan
dari plastik, dapat diberikan dengan cara menggantungkannya di atas tempat tidurnya, sejauh kemampuan anak untuk meraih.
b. Umur 4-5 bulan. Benda-benda yang berwarna dan berbunyi seperti
“rammelear” kerincing dapat diberikan dengan menggantungkan pula di atas tempat tidurnya.
c. Umur 6-7 bulan. Benda-benda dari karet yang berwarna, berbunyi dan
diberikan sedemikian rupa agar bisa diraih. d.
Umur 8-11 bulan. Umumnya anak-anak senang diberi kotak atau genderengan yang dapat dipukul, bola untuk dilemparkan, dan binatang-
binatangan yang dari plastik atau kain yang dapat dipermainkan. e.
Umur 1 tahun. Anak-anak umumnya senang dengan balok-balokan kayu yang berwarna atau kotak-kotak kecil yang dapat dikeluar masukkan seperti korek
api. f.
Umur 1 setengah tahun. Anak mulai senang memanjat-manjat, menggeser kursi atau meja, boneka, beruang-beruangan, bola serta kotak dari plastik.
Ember kecil berisikan air atau pasir, balok-balokan kayu yang disusun secara vertikal.
g. Umur 2 tahun. Anak mulai meniru apa yang dilihatnya, misalnya memberi
makan bonekanya, disamping ia suka bermain pasir, air dan mobil-mobilan. Balok-balokan kayu sudah mulai diajarkan seperti kereta api. Dengan diberi
pensil dan kertas, maka anak mulai senang membuat coret-coretan. h.
Umur 2 setengah tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih tetap disenanginya, ia juga senang membuat kue-kuean dari pasir atau tanah,
bermain dengan air, dengan busa sabun membuat balon-balon, dan ditiupnya. Pada masa ini mulai menggambar dengan coret-coretan, balok-balokan mulai
disusunnya menjadi bangunan yang vertilan dan horizantal. i.
Umur 3 tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih berharga baginya. Pada masa ini mereka mulai sepeda roda tiga, main rumah-rumahan, toko-
tokoan, dan berbicara sendiri, selain itu suka membuat terowongan dengan pasir dan suka mengangkut pasir dengan mobil-mobilannya.
j. Umur 4 tahun. Anak masih senang dengan sepeda roda tiga. Mulai senang
bermain dengan teman sebayanya untuk bermain rumah-rumahan, kereta api- kereta apian, loncat-loncatan. Disini anak mulai membuat gambar-gambar
dengan pensil warna. k.
Umur 5 tahun. Anak senang main rumah-rumahan dengan meja atau kursi, dan boneka dianggapnya sebagai anaknya, dimandikannya dan diberi makan,
selain itu ia senang dengan alat masak-masakan, berlari-lari, loncat-loncat, naik-naik, menari-menari dan menyanyi sering tampak pada anak-anak masa
ini. Anak mulai belajar sepeda roda dua, dan dalam menggambar anak mulai sering mencontoh huruf ataupun angka yang sederhana.
l. Umur 6 tahun. Pada masa ini anak senang bermain loncat-loncat dengan tali,
main kucing-kucingan dengan teman-temannya, berlomba naik sepeda roda tiga atau berlari, lempar-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan.
35
35
Suahartin Citrobroto, Serba-Serbi Pendidikan. Jakarta: Bhratara Karya. 1983, h.64- 65.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pendidikan yang dikonsepkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maûdud Bi Ahkamil
Maulud . Adapun waktu penelitian, dimulai bulan Januari sampai Maret 2013.
B. Metode Penulisan
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kontent analysis yaitu metode dengan menganalisis isi dari objek yang diteliti melalui sumber-sumber yang
terkait dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu berupa karya dari Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah yang berjudul Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud
. b.
Data Sekunder Sumber data sekunder berupa data-data tertulis baik itu buku-buku
maupun sumber lain yang mengulas tentang karya Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah yang mengulas tentang pendidikan anak usia dini.
Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Pustaka library research dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu penelitian yang
menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
1
Jadi penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau suatu keadaan.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada konsep pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maudud Bi
Ahkamil Maulud . Pada rentang usia anak 0-2 tahun masa menyusui dan 3-6
tahun masa batuta dengan memberikan pendidikan Iman, Akhlak, Fisik, Sosial dan Intelektual.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa prosedur diantaranya yaitu:
1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun sekunder yang membahas tentang pendidikan anak usia dini, data-
data dikumpulkan kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang lebih khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang
berhubungan dengan tema pokok yang dibahas. 2.
Pengolahan Data Untuk mendapat data penelitian yang valid. Maka data dari literatur-
literatur baik primer maupun sekunder dikelolah secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi penting
tentang pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut dengan
cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan.
1
Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, Penelitian Kulitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan
Malang: Kalimasahada, 1996, h.13
3. Bentuk Pelaporan Data
Bentuk laporan penelitian yang disampaikan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-data yang sudah
diperoleh dan dianalisis, sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan
dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan
pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain”.
2
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang
diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang
mudah difahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.
2
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. XVIII, h. 13-14.
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
a. Riwayat Hidup Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Orang yang terkenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sebenarnya bernama Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Saad bin Huraiz az-
Zar’i ad- Dimasyqi Abu Abdullah Syamsuddin. Ayahnya pendiri kampung al-Jauziyah dan
kepala madrasah al-Jauziyyah serta guru di sekolah ash-Shadariyah. Beliau dilahirkan di Damaskus tahun 691 Hijriyah1292 Masehi dan berasal dari sebuah
keluarga terhormat yang berilmu dan berharta. Ayahnya seorang guru yang juga mengajar Ibnu Qayyim dan mempengaruhinya.
Ibnu Qayyim adalah seorang tokoh reformis Islam yang bermazhab Hambaliyah. Para ulama mengakuinya sebagai orang yang kaya dan berilmu.
Beliau berminat pada bidang hadis dan seluruh ilmu hadis, fikih, syariat, ilmu kalam, tasawuf, bahasa Arab, dan nahwu. Ibnu Qayyim merupakan murid Ibnu
Taimiyah yang sangat menyayangi dan selalu bersama sang guru, mendukung pendapat-pendapatnya, meski kadang-kadang mendebat beberapa pendapatnya.
Dialah juga orang yang mengajarkan buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan menyebarkan ilmunya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah pernah mengalami musibah seperti yang dialami Ibnu Taimiyah. Mereka sama-sama dipenjara di benteng Damaskus setelah ditarik
dengan seekor unta yang dipukul dengan tongkat. Ia memanfaatkan masa-masa di
penjara dengan beribadah, membaca al- qur’an, merenung dan berpikir. Tragisnya,
ia tidak pernah dikeluarkan dari penjara, kecuali setelah Ibnu Taimiyah meninggal dunia.
Ibnu Qayyim adalah seorang yang berakhlak baik dan disayang oleh banyak orang. Kepribadiannya sangat berbeda dengan Ibnu Taimiyah. Sang guru
seorang yang emosional dan keras kepala, sementara Ibnu Qayyim seorang yang tenang, berjiwa stabil dan cenderung untuk berdialog dan memberikan pemuasan
rasional kepada orang lain. Tujuan terpenting Ibnu Qayyim al-Jauziyah adalah seruan untuk kembali
ke Mazhab Salaf yang mencerminkan Islam sebagai agama yang bebas dari berbagai pendapat yang menyimpang. Meski begitu, ia sangat memperhatikan
prinsip kebebasan berpikir, menentang taklid buta, mengajak semua orang agar memahami syariat Islam dan mengamalkan agama berdasarkan syariat dan
menyerukan ijtihad. Ibnu Qayyim al-Jauziyah meninggal dunia pada tahun 751 Hijriah atau
1350 Masehi dalam usia hampir 60 tahun.
1
b. Masa Studi
Ibnu Qayyim mempunyai potensi sebagai penggerak dan akal yang luas, dan pikiran yang subur, serta daya hafal yang sangat menakjubkan, sejak kecil ia
mempunyai obsesi yang jujur dalam menuntut ilmu, ia sangat ulet dalam meneliti, dan menganalisa serta memiliki kebebasan dalam menimba ilmu dari guru, ulama
dan masyayikh-nya, baik dari madzhab Hambali maupun yang lainnya. Dengan semangat orang yang haus dan jiwa yang selalu terpaut akan ilmu, ia selalu
menimba ilmu dari para pakar ilmu dibidangnya diantaranya yaitu; Asy-Syihab Al-Abir dan Abu Al-Fath Al-
Ba’labakki, adalah gurunya dalam bidang ilmu nahwu, atau lebih khusus pengajar Alfiyah Ibnu Malik. Sehingga ia menguasai dan
pandai berbahasa arab sebelum umurnya menginjak 9 tahun.
1
Muhammad Utsman Najati, Buku Jiwa Dalam Pandangan Para Filosof Muslim,Terj Ad- Dirasat an-
Nafsaniyyah ‘inda al-‘Ulama al-Muslimin, oleh Gazi Saloom Bandung: Pustaka Hidayah, 2002 cet. I. h. 357-359