14
BAB II BISEKSUAL DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Biseksual
1. Pengertian Biseksual
Di ambil dari kata “bi” yang berarti dua dan “seksual” yang berarti
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
11
Jadi Biseksual adalah orang yang tertarik kepada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
12
2. PengertianSeksualitas
Seksualitas berasal dari kata seks, yang berarti nafsu syahwat atau libido seksual. Seksual merupakan dorongan kuat bagi laki-laki dan perempuan untuk saling
mendekati dan bercengkrama, baik untuk berhubungan biasa berteman maupun berhubungan kelamin.
13
Menurut, Johnson, dan Kolodny, seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.
Berikut ini penjelasannya: a.
Dimensi biologis, berdasarkan perspektif biologi fisik, seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia,
serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia.
14
11
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Pers, 2002. Ed. Ketiga, h. 1355
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, cet. Ke-1, ed. Ke IV, h. 199.
13
Jurnal Hukum Islam “Al-„Adalah 1 Juni 2012, h. 28.
14
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika, 2011, cet. Ke-2, h. 27.
15
b. Dimensi psikologis, berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat
dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologi kognisi, emosi,
motivasi, prilaku terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologi dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
c. Dimensi sosial, melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi
antarmanusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyusuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, erta bagaimana sosialisasi peran
dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia. d.
Dimensi Kultural dan Moral, dimensi ini menunjukan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda
dengan negara barat. Seksualitas di negara-negara barat pada umumnya menjadi salah satu aspek kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi
manusia. Beda halnya dengan moralitas agama, misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga penggunaan dan
pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksualitas menusia secara lengkap.
15
3. Seksualitas Abnormal
Di dalam kehidupan seks manusia selalu melakukan praktek-praktek seksual yang normal, ternyata terdapat juga peraktek-peraktek seksual yang abnormal. Yang
15
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika, 2011, cet. Ke-2, h. 27.
16
normal adalah hubungan kelamin antara dua jenis kelamin yang berlawanan, yaitu antara pria dan wanita. Sedang yang abnormal adalah pemuasan nafsu seks dengan
memakai obyek yang berjenis-jenis serta menyalahi dari adat kebiasaan yang berlaku. Seorang lelaki yang bersenggama dengan istrinya maka kehidupan seksualnya adalah
normal. Tetapi kalau ia mengambil pasangan orang lelaki lain untuk memuaskan nafsu seksnya, terang kehidupan seksualnya tidak normal.
16
Kehidupan seksual yang abnormal sudah berlangsung sejak zaman dahulu jauh sebelum agama Islam datang. Tetapi setelah kedatangan agama Islam
keabnormalan dalam seks itu mendapat perhatian khusus, sehingga kita dapat ayat- ayat Al-Quran atau hadits Rasulullah SAW. Mengenai hal itu, menurut Islam
seseorang dikatakan normal kehidupan seksualnya jika ia dapat menjaga kemaluanya dari hubungan kelamin kecuali dengan istrinya atau budak yang dimilikinya. Firman
Allah pada surat Al-Mukminin yang berbunyi:
.
.
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang- orang yang melampui batas”. QS. Al-Mukminun: 5-7.
Menurut keterangan dalam “Al-Quran dan Terjemahanya” terbitan Departemen Agama, yang dimaksud “Barangsiapa mencari yang di balik itu” adalah
16
M. Bukhori, Islam dan Adab Seksual, h. 104
17
zina, homoseksual dan lain sebagainya. Orang yang berbuat demikian termasuk golongan orang yang melampaui batas di mana dia telah menyeleweng dari
kewajaran hidup berkelamin dan diancam oleh hukuman yang berat.
17
Di bawah ini adalah katagori-katagori penyimpangan seks yang dikembangkan oleh James C. Coleman:
a. “Normal” sexual deviations. Included here are such patterns as maturbation
and premarital sex. Such behaviors are generally condemned in our society, but are enggaged in so widely and so privately that relativaly few persens are
subjected to social anctions for engaging in them, and many paople-including most mental helath personnel-think they should not be. Mastrubation, for
example, may actually represent a healthy sexual practice. Penyimpangan seks “Normal. Yang termasuk di sini adalah masturbasi dan seks sebelum
menikah. Prilaku-prilaku tersebut pada umumnya termasuk prilaku yang tidak baik dalam masyarakat kita, namun dilakukan secara luas dilakukan oleh
orang banyak dan pribadi tertutup di mana hanya sedikit orang yang dianggap melakukannya dan banyak orang termasuk mayoritas dari para ahli
kesehatan jiwa berpikir bahwa mereka sebaiknya tidak melakukan prilaku tersebut masturbasi sebagai contoh, sebenarnya menunjukan perbuatan seks
yang sehat.
18
17
M. Bukhori, Islam dan Adab seksual, h. 105.
18
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika, 2011, cet. Ke-2, h. 27
18
b. “Abnormal” sexual deviations. Sexual behaviors placed in this catagory are
those viewed by most people, including mental helath personel, as clearly harmful to the induvidual andor other persons. Included here are such
patterns as incest, pedophilia, and rape. The incidence of such sexual behavior is low relative to the general population, and legal and social sanctions
agaainst offenders are usually strong. penyimpangan seks “Tidak Normal”
prilaku seksual yang termasuk dalam katagori ini dianggap bagi mayoritas orang termasuk para ahli kesehatan jiwa, jelas-jelas berbahaya terhadap
prilaku sendiri maupun orang lain, yang termasuk dalam katagori ini diantaranya berzinah dengan saudara sendiri, pedofilia menyukai orang
yang masih kecil dan pemerkosaan. Timbulnya prilaku seksual ini pada umumnya tergolong rendah dan sanksi sosial bagi para pelanggat biasanya
tegas. c.
“Socially organized and related” sexual deviations. This category includes patterns commonly associated with a supportive group structure-for axample,
homosexual and prostitution. penyimpangan seks “Terorganisir dan Terkait”
yang termasuk di dalam katagori ini pada umumnya berhubungan dengan struktur kelompok yang mendukung contohnya homoseksual dan prositusi.
19
19
James C. Clomen, Abnormal Psychology and Modern Life, Fourth Edition, Page 453
19
Berikut ini adalah contoh dari tiga katagori penyimpangan seks. 1.
“normal” sexual deviations penyimpangan seks normal a.
Premarital Coitus hubungan badan dengan saudara sendiri Definition: Sexual intercourse prior to marriage yaitu hubungan badan
sebelum menikah. b.
Masturbation masturbasi Definition: Self-stimulation of the genitals for sexual gratification
perangsang kemaluan diri sendiri untuk kepuasan seks. c.
Extramarital Coitus hubungan seks di luar perkawinan Definition: Sexual intercourse with partner other than spouse hubungan seks
dengan pasangan yang bukan suamiistrinya. d.
Promiscuty promiscuty Definition: Nonselective Sexual relations with variety of partners; referred to
as sexual delinguency in girl under 18 hubungan seks dengan sembarang orang; merujuk pada pelanggaran seks dengan perempuan di bawah umur
18 tahun.
20
2. “Abnormal sexual deviations” penyimpangan seks abnormal
a. Impotence and frigidity lemah syahwat dan tidak memiliki hasrat untuk
melakukan hubungan seksual Definition: Impairment in desire for or inability to achieve sexual
gratification buruknya hasrat atau ketikmampuan untuk mendapatkan kepuasan seks.
20
James C. Clomen, Abnormal Psychology and Modern Life, Fourth Edition, Page 455
20
b. Exhibitionism eksibionisme
Definition: Public exposure of genitals for sexual gratification memamrkan kelamin untuk kepuasan seksual.
c. Voyeurism voyeurisme
Definition: Clandestine observation of others engaging in sexual activities or in the nude mengintip aktifitas seks orang lain yang sedang telanjang untuk
kepuasan seks d.
Fetishism fetisisme Definition: Achievement of sexual gratification through the use of objects,
such as clothing, or through devient activities, such as firesetting pencapaian kepuasaan seksual melalui objek tertentu,seperti dalam
memakai pakaian atau melakukan hal yang menyimpang e.
Pedophilia pedofilia Definition: Use of a child as a sex object by an adult menjadikan anak-anak
sebagai objek seksual oleh orang dewasa f.
Rape Perkosaan Definition: Sexual relations with another person adult obtained through
force or threat memperoleh hubungan seksual dengan orang lain orang dewasa secara paksaan atau ancaman
g. Incest berzinahhubungan seksual dengan hubungan terdekat
Definition: Sexual relations between close relatives melakukan hubungan seksual dengan hubungan terdekat atau keluarga
21
h. Sadisme sadisme
Definition: Achievement of sexual gratification by inflicting pain on others pencapaiankepuasan seksual dengan menyakiti orang lain.
i. Masochism masokisme
Definition: Achievement of sexual gratification by having pain inflicted on self
pencapaian kepuasan
seksual dengan
menyakiti diri
sendirimemberikan rasa sakit kepada diri sendiri.
21
3. “Socially organized and related” penyimpangan seks terorganisir dan terkait.
a. Prostitution pelacuran
Definition: The practice-usually repetitive-of engaging in sexual relations for financial gain perbuatan-biasanya berulang-ulang hubungan seksual untuk
mendapatkan uang b.
Homosexuality homoseksual Definition: Overt sexual active between members of the same sex tindakan
seksual dengan sesama jenis. c.
Transvestism transvestisme Definition: Achievement of sexual excitment by dressing in clothes of the
opposite sexpenyampaian kepuasan seksual dengan berpakaian lawan jenis, contohnya perempuan berpakaian laki-laki atau laki-laki berpakaian
perempuan
21
James C. Clomen, Abnormal Psychology and Modern Life, Fourth Edition, Page 456
22
d. Transexualism transeksualisme
Definition: Inability to accept one‟s physical sex; gender identifiaction with
the opposite sex. tidak mampu menerima jenis kelamin diri sendiri; menanggap dirinya merupakan dari lawan jenisnya, contoh laki-laki
menganggap dirinya merupakan perempuan , begitu juga sebaliknya.
22
Dari katagori-katagori penyimpangan seks di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa biseksual termasuk ke dalam katagori
“Socially Organized and Related” Sexual Deviations penyimpangan seks “Terorganisir dan terkait secara
sosial . Biseksual bisa dikatakan homoseksual, disebut gay apabila yang melakukan
penyimpangan seks itu laki laki dan dikatakan lesbian apabila yang melakukan perempuan, karena biseksual yaitu seseorang yang menyukai dua jenis kelamin.
B. Pengaruh Biseksual Terhadap Perkawinan