38
Jurusita Pengganti V : Hanafie
o. Panitera Pengganti
Panitera Pengganti I :
Nur‟aeni, S.Ag Panitera Pengganti II
: Kumalasari, S.H Panitera Pengganti III
: Tb. Mahdi Fafiuddin, S.H Panitera Pengganti IV
: S ulaimi Amin, S.H Panitera Pengganti V
: Hj. Nurhayati, S.H Panitera Pengganti VI
: Ahmad Muhtadin.
41
C. Proses Penyelesaian Perceraian di Pengadilan Agama
Pemeriksaan sengketa perkawinan dan perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian terbagi dua, yaitu cerai talak dan cerai gugat, yang dimaksud cerai talak adalah perceraian yang terjadi karena talak
suami kepada istrinya, sedangkan yang dimaksud gugat cerai adalah permohonan perceraian yang diajukan oleh pihak istri melalui gugatan. Asas kewajiban hakim
untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara sangat sejalan dengan tuntutan dan ajaran moral Islam. Islam selalu menyuruh menyelesaikan setiap perselisihan dan
persengketaan dengan pendekatan “islah”faaslihu baina akhwaikum. Karena itu layak sekali para hakim Peradilan Agama menyadari dan mengemban fungsi
“mendamaikan”, Sebab bagaimanapun adilnya putusan, namun akan lebih baik dan
41
Arsip Pengadilan Agama Tangerang
39
lebih adil hasil perdamaian. Dalam suatu putusan yang bagaimanapun adilnya, pasti harus ada pi
hak yang “dikalahkan” dan “dimenangkan” tidak mungkin kedua pihak sama-sama dimenangkan atau sama-sama dikalahkan.
42
Di dalam Pasal 55 Undang-undang Peradilan Agama menjelaskan setiap pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama dimulai sesudah diajukannya suatu
permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang berperkaralah dipanggil menurut
ketentuan yang berlaku
Berikut ini adalah proses penyelesaian perkara cerai gugat menurut Undang- undang Peradilan Agama:
1. Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasa hukumnya kepada Pengadilan
Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat istri, kecuali jika penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama
tanpa izin tergugat suami Pasal 73 ayat 1 Undang-undang Peradilan Agama. 2.
Jika penggugat berkediaman diluar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya melputi tempat kediaman tergugat
Pasal 73 ayat 2. 3.
Jika keduanya berkediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka
dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat Pasal 73 ayat 3.
42
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 47.
40
4. Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup oleh Majelis
Hakim selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah berkas atau surat gugatan perceraian didaftarkan dikepaniteraan Pasal 80 ayat 1 dan 2.
43
5. Sidang pertama setelah ketua membuka sidang menyatakan sidang di buka untuk
umum dengan mengetuk palu, hakim mulai dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada para pihak seperti, nama, umur dan tempat tinggal para
pihak. Setelah para pihak dianggap sudah mengerti maka hakim menghimbau agar kedua belah pihak mengadakan perdamaian.
6. Sidang kedua, para pihak dapat berdamai maka ada dua kemungkinan pertama
gugatan dicabut, kedua jika mereka mengadakan perdamaian di luar sidang pengadilan hakim tidak ikut campur.
7. Sidang ketiga, pada sidang ini penggugat menyerahkan replik yaitu tanggapan
penggugat terhadap jawaban tergugat. 8.
Sidang keempat, dalam sidang ini tergugat menyerahkan duplik yaitu tanggapan tergugat terhadap replik penggugat.
9. Sidang kelima, sidang ini disebut sidang pembuktian oleh penggugat, penggugat
mengajukan bukti-bukti yang memperkuat dalil-dalil penggugat sendiri dan melemahkan dalil-dalil tergugat.
43
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
41
10. Sidang keenam, jika sidang kelima merupakan sidang pembuktian penggugat,
maka sidang keenam ini adalah sidang pembuktian dari pihak tergugat, jalannya sidang sama dengan sidang kelima.
11. Sidang ketujuh, sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan, para pihak
membuat kesimpulan dari hasil sidang tentunya dalam kesimpulan ini menggunakan para pihak yang hadir dalam persidangan sebelumnya.
12. Sidang kedelapan, sidang kedelapan adalah sidang keputusan hakim, dalam
sidang ini hakim membaca putusan yang seharusnya dihadiri para pihak, setelah selesai membaca putusan maka hakim mengetuk palu tiga kali dan para pihak
diberikan kesempatan untuk mengajukan banding, apabila tidak puas dengan putusan hakim, pernyataan banding harus dilakukan dalam jangka waktu 14 hari
terhitung mulai sehari sehabis dijatuhkan putusan. 13.
Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera pengadilan agama memberikan akta cerai kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7
tujuh hari setelah putusan tersebut dberitahukan kepada para pihak. Kemungkinan yang terjadi pada sidang pertama dan mempengaruhi putusan
hakim: a.
Penggugat hadir dan tergugat tidak hadir Apabila sudah dilakukan panggilan dengan patut kemudian tergugat tidak
hadir dan tidak mengirim utusannya untuk mewakilinya dalam persidangan, maka hakim dapat menjatuhkan putusan verstek putusan sepihak. Perkara
yang diputus dengan verstek dianggap secara formal dan material sudah
42
diadili selengkapnya. Jadi tergugat yang kalah, tidak boleh lagi mengajukan perkaranya kecuali mengajukan perlawanan yang disebut dengan istilah
verzet. b.
Penggugat tidak hadir, tergugat hadir Apabila sudah dilakukan panggilan dengan patut kemudian penggugat tidak
hadir sekalipun, maka hakim dapat memberikan putusan gugur menggugurkan perkaranya.
c. Kedua belah pihak tidak hadir
Ada anggapan bahwa demi kewibawaan badan peradilan serta jangan sampai ada perkara yang berlarut-larut dan tidak berketentuan, maka dalam hal ini
gugatan perlu dicoret dari daftar dan dianggap tidak pernah ada.
44
44
Wawancara pribadi dengan Drs. Mukhtar, M.H. wakil panitera Pengadilan Agama Tangerang, Tangerang, 14 April 2014
43
BAB IV ANALISIS PUTUSAN