Penerapan Kisas Sebagai Hukuman Dalam Hukum Islam

BAB IV TINJAUAN PERAN PIDANA KISAS

DALAM HAL UPAYA MENCEGAH KEJAHATAN

A. Penerapan Kisas Sebagai Hukuman Dalam Hukum Islam

Dalam memahami arti Islam, kadang-kadang timbul kesalahan. Kesalahpahaman tersebut muncul baik dari orang-orang non muslim maupun dari kalangan orang Islam itu sendiri. Penyebab kesalahpahaman tersebut bisa terjadi karena tidak atau kurang memahami substansi Islam dengan benar dan lengkap atau kesalahan metodologis dalam memahami Islam tersebut. Menurut Daud Ali, paling tidak ada tiga hal-hal yang menyebabkan munculnya kesalahpahaman terhadap Islam dan hukum Islam 132 , yaitu: 1 Salah memahami ruang lingkup ajaran Islam 2 Salah menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam 3 Salah menggunakan metode mempelajari Islam. Kesalahan memahami ruang lingkup ajaran Islam itu terjadi, disebabkan karena orang menganggap bahwa semua agama itu sama, maka ruang lingkup ajarannyapun sama 133 . Umpamanya karena dipengaruhi oleh ajaran Nasrani yang ruang lingkupnya hanya menganut hubungan manusia dengan Tuhan, maka kemudian orang menganggap agama Islam pun demikian juga. Padahal kita tahu sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa konsep dien al-Islam yang mencakup pengaturan hubungan manusia dengan 132 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia” , Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, h. 57. 133 Ibid., h. 26 Tuhan dan hubungan antar makhluk Tuhan, berbeda dengan konsep religion yang hanya mengandung norma pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan 134 . Kesalahan memahami Islam dan hukum Islam, karena salah menggambarkan agama Islam, tidak secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Mereka menggambarkan Islam secara parsial, sepotong-sepotong atau sebagian-sebagian saja, tidak utuh. Umpanya dengan membuat gambaran yang memberi kesan seolah-olah agama Islam itu hanyalah berisi akidah, atau hanya berisi ajaran hukum Islam, atau hanya berisi moral saja. 135 Kesalahan memahami Islam dan hukum Islam bisa terjadi karena salah mempergunakan metode mempelajari Islam. Umpama kesalahan yang dilakukan para orientalis sebelum perang dunia kedua. Mereka menjadikan bagian-bagian bahkan seluruh ajaran Islam semata-mata sebagai obyek studi analisa. Dengan mengutip kata- kata Fazlurrahman, selanjutnya Daud menulis: “Laksana dokter bedah mayat, para orientalis itu meletakkan Islam di atas meja operasinya, memotong bagian demi bagian dan menganalisa bagian-bagian itu dengan mempergunakan norma-norma atau ukuran-ukuran mereka sendiri yang unislamic. Artinya mereka mempergunakan metode mempelajari dan menganalisa ajaran Islam dengan metode dan analisa serta ukuran-ukuran yang tidak Islami, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hasilnya tentu saja tidak memuaskan dan pasti menimbulkan salah paham terhadap Islam”. 136 Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran Islam yang benar, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap Islam, maka Islam harus dipelajari, harus dikaji dengan metode yang sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mendapatkan gambaran tentang Islam yang benar, banyak metode yang telah dikemukakan oleh sarjana muslim seperti Ismail R. Faruqi, M. Najib Alatas, S.Hossein Nasr, Fazlurrahman, Ali Syari’ati, Deliar 134 Ibid., 135 Hukum Islam, Azas-azas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2001, h. 26. 136 Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 60 Noer, dan Harun Nasution. Islam bisa dipelajari, dikaji umpanya melalui metode filosofis, metode sejarah dan sosiologis, dan untuk gejala-gejala alam bisa menggunakan metodologi ilmu alam, demikian juga bagi kajian hukum Islam, maka harus dipelajari, melalui metodologi kajian ilmu hukum 137 . Apapun metodologi yang digunakan dalam mengkaji Islam, kajian tersebut harus tetap konsisten bahwa Islam sebagai al-Din, tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan sumber-suber samawi al-wahyu al-ilahy, yaitu sumber ajaran yang datang dari Tuhan 138 . Islam tidak hanya berisi konsep yang bertujuan menciptakan kebahagiaan hidup manusia di dunia, namun Islam juga mengandung ajaran tentang kebahagiaan di akhirat kelak. Berkenaan dengan kesalahan pemahaman tentang Islam, Harun Nasution antar lain menulis : Di kalangan masyarakat Indonesia terdapat kesan bahwa Islam bersifat sempit. Kesan itu timbul dari salah pengertian tentang hakikat Islam. Kekeliruan paham ini terdapat bukan hanya di kalangan Islam tetapi juga di kalangan umat Islam sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian agamawan Islam. Kekeliruan paham ini terjadi karena kurikulum pendidikan agama Islam yang banyak dipakai di Indonesia ditekankan pada pengajaran ibadat, fiqih, tauhid, hadits, dan bahasa Arab. Dan itupun ibadat, fiqih, tauhid biasanya diajarkan hanya menurut satu madzhab dan aliran saja… Dalam Islam sebenarnya terdapat aspek-aspek selain dari yang tersebut di atas seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral, aspek sejarah, aspek politik dan aspek hukum… 139 Kesalahan atau kekeliruan memahami Islam dan hukum Islam, bisa juga muncul karena memandang dan memahami Islam dari perilaku sebagian orang Islam. Seseorang yang pemahamannya sempit tentang Islam ia memandang atau mengidentikkan bahwa ajaran Islam itu adalah sebagaimana dipraktekkan oleh sebagian umat Islam pada masa 137 Ibid., h. 27 138 Ibid., 139 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press, 1985, h.6. atau suatu wilayah tertentu. Tidak jarang ada bangsa Arab adalah identik atau disamakan dengan ajaran Islam, sehingga oleh karenanya wajib diikuti secara mutlak. Padahal sebenarnya tidak semua yang dipraktekkan oleh orang bangsa Arab secara mutlak adalah ajaran Islam, sekalipun nabi Muhammad saw, berasalah dari bangsa Arab dan sumber hukum Islam yang utama berbahasa Arab. 140 Kembali kepada pemahaman hukum Islam, untuk mendapatkan gambaran pemahaman hukum Islam yang benar, menurut Daud Ali 141 dalam mengkaji dan memahami Hukum Islam, maka berarti hukum Islam: 1 Harus dipelajari dalam kerangka dasar ajaran Islam, untuk mendapatkan gambaran pemahaman hukum Islam sebagai salah satu bagian dari agama Islam. 2 Harus dihubungkan dengan iman akidah dan kesusilaan akhlak, etika, atau moral, karena dalam hukum Islam, iman, hukum dan kesusilaan itu tidak dapat dicerai-pisahkan 3 Harus dikaitkan dengan beberapa istilah kunci diantaranya adalah syari’ah dan fiqih yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dicerai-pisahkan. 4 Mengatur seluruh tata hubungan kehidupan manusia, baik dengan Tuhan, atau dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain, dan benda alam masyarakat serta alam sekitarnya. Salah satu kejahatan tertua di kalangan manusia adalah pembunuhan, yakni lakon Qabil-Habil 142 . Selain menghilangkan jiwa pembunuhan sering didahului dengan 140 Para ulama Ushul Fiqh membahas secara khusus tentang perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad saw, menjadi tiga kategori: 1 Perbuatan yang muncul dari Muhammad saw, sebagai manusia biasa, seperti makan, minum, duduk, jalan dan berpakaian. Walaupun tentu tidak dilarang akan mengikuti prilaku tersebut. 2 Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad saw dan alasan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu khusus untuk dirinya, seperti shalat tahajjud tiap malam, puasa wishal, tidak menerima sedekah dari orang lain. Perbuatan ini khusus untuk dirinya dan tidak wajib diikuti oleh ummatnya. 3 Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad saw sebagai Rasulullah yang berkaitan dengan hukum, dan ada alasan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu berlaku juga bagi umatnya. Perbuatn ini menjadi syari’at bagi umat Islam. Lihat Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, Jakarta, Logos, 1996, h. 40. 141 Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 63 kejahatan yang lebih ringan yaitu penganiayaan yang menyebabkan cedera atau cacat pada anggota tubuh. Untuk menyelesaikan problem ini, Allah SWT telah menetapkan hukum yang terdiri 3 tingkatan yaitu: kisas balasan setimpal, diyat denda damai atau permintaan maaf. Meski telah menetapkan kisas sebagai hukuman maksimal atas kejahatan pembunuhan, Islam tidak memandangnya sebagai hukuman yang wajib- mutlak harus dilaksanakan. Bagi wali korban atau ahli warisnya, syari’at Islam memberi pilihan antara menuntut kisas dan memberikan maaf 143 . Kejahatan-kejahatan yang oleh syari’at telah ditetapkan jenis hukumannya, merupakan pelanggaran terhadap hak Allah SWT 144 . Yakni hak-hak yang berkaitan dengan kehormatan agama, keturunan, dan ketentraman umum. Inilah yang disebut hududullah batas-batas hukum Allah 145 . Sedangkan kejahatan yang berkaitan dengan kehormatan jiwa dan anggota tubuh manusia, merupakan pelanggaran terhadapa hak hamba. Inilah yang mengandung konsekuensi hukum kisas. Dalam penerapannya, kedua hukuman tersebut harus dilakukan secara cermat dan sangat hati-hati, sebagaimana pesan Nabi saw : “Hindarkanlah hukuman hudud karena keraguan dan cegahlah pembunuhan qishas terhadap sesama muslim sekuat kalian. “Katanya lagi, “Hindarkanlah hukuman hudud atas seorang muslim sejauh dapat dilakukan”. Jika kalian melihat jalan kebebasan bagi muslim itu, maka bebaskanlah dia. Sesungguhnya seorang imam penguasa lebih baik keliru memberi maaf membebaskan daripada salah menjatuhkan hukuman ”. Sepintas, hukuman kisas nampak kejam. Memang, ia hukuman yang kejam, karena pelakunya kejam dan sangat kejam 146 . Lihatlah karena ambruknya wibawa dan penegakan hukum, nyawa manusia menjadi sangat murah. Bila kejahatan itu terus 142 Abdurrahman Madjrie dan Fauzan al-Anshari, Qishash Pembalasan Yang Hak, Jakarta, Khairul Bayan, 2003, h. III. 143 Ibid., 144 Ibid., h.IV 145 Ibid ., 146 Ibid ., dibiarkan, eksistensi kehidupan manusia akan terancam. Karena itu Allah SWT memeperingatkan kita dalam surat al-Baqarah ayat 179: ? ;-ﺕ B-5 c R?-Y ]f G [ R+ B-5 2 f 6 Lgi 9 “Dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang- orang yang berakal , supaya kamu bertaqwa”. al-Baqarah : 179 Kekejaman memang harus dihentikan dengan hukuman yang setimpal agar bisa menjerakan deternsif. Dengan kisas, maka pelaku sebelum berbuat jahat akan pikir- pikir dulu, karena korban atau ahli warisnya bila korban meninggal berhak membalas dendam dengan perlakuan setimpal 147 . Ada pengalaman menarik yang dialami oleh Abdurrahman Madjrie ketika menunaikan ibadah haji. 148 Kala itu, ia cekcok dengan sopir taksi yang mengangkutnya lantaran si sopir memungut ongkos melebihi tarif semestinya. Sopir itu menahan barangnya sampai is mau membayar sesuai keinginannya. Ia menolak, sopir itu makin marah, matanya melotot dan tangannya bergoyang-goyang. Anehnya, meski berbadan lebih besar, ia tidak sampai memukul atau melukainya 149 . Datanglah seorang polisi melerai mereka. Akhirnya, ia menegur sopir tadi dan ia pun dibebaskan 150 . Ia sempat bertanya pada polisi bagaimana jika sopir tadi memukulnya. “Kalau begitu, dia akan dikenai hukuman kisas balas pukul, didenda, atau dimaafkan. Hukuman itu bergantung pada pilihan anda atau ahli waris anda.” Tutur polisi. 147 Ibid ., 148 Ibid .,h.v. 149 Ibid ., 150 Ibid ., Mendengar uraian tersebut, ia berkomentar, duhai andaikata kisas diterapkan di negerinya, niscaya orang-orang akan berpikir tujuh kali sebelum memukul, melukai, atau membunuh orang lain. Bagi sebagian orang, jenis hukuman kisas dinilai tidak manusiawi, primitif, barbar, atau ketinggalan zaman. Karenanya, orang-orang yang telah menjadi korban penyesatan opini semacam ini, menjadi benci terhadap hukum Islam, lalu memilih hukum lain hukum positif 151 . Padahal, penyakit sosial yang bernama pembunuhan yang hanya dapat dicegah dengan obat yang telah disediakan oleh yang menciptakan nyawa manusia dengan kisas. Penjara bukanlah obat mujarab bagi pembunuh 152 . Pasalnya, seringkali terjadi seorang pembunuh “kelas teri” tiba-tiba berubah menjadi pembunuh “kelas kakap” justru setelah ia keluar dari penjara. Karena, selama di penjara rupanya ia sering berinteraksi dengan pembunuh lainnya yang lebih profesional. Dan dia pun belajar kepada seniornya itu. Di samping itu, biaya yang harus dikeluarkan negara untuk memberi makan para napi jelas memberatkan kas. Seperti diketahui, biaya makan setiap napi per hari adalah Rp. 3.500,00. jadi selama di penjara, misalnya 15 tahun seperti yang dijatuhkan kepada Tommy Soeharto, maka negara harus mengeluarkan dana makan sebesar: 15 x 365 x Rp.3.500,00 = Rp. 19.162.500,00, belum lagi biaya kesehatan, pakaian, dan sebagainya. Padahal, dia telah terbukti melakukan kejahatan. 153 Jadi logiskah orang- orang yang di luar penjara harus memberi makan orang-orang yang jahat yang dipenjara yang mungkin akan mengulangi kejahatannya. 151 Ibid ., 152 Ibid ., 153 Ibid ., h. VI Obat harus diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita berdasarkan hasil diagnosis yang akurat. Karena itu, Allah SWT telah menyediakan obat mujarab untuk menanggulangi bentuk kejahatan manusia ini. Sebaliknya bila manusia mengambil obat selainnya, maka penyakit masyarakat tersebut kian parah. Demi kemaslahatan di dunia dan akhirat, Allah SWT meminta kaum beriman menjalankan Islam secara kaffah utuh, sebagai firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 208: H R+ ;--I: ;-ﻡ \ 4ZY B-5 -EﻥP UG F ;-U-I ;- ﺕ A? e+j. B -- GZﻡ ‚?- 2 f 6 t}h 9 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu ”. al-Baqarah : 208

B. Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegahan Kejahatan