BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan dengan tujuan menciptakan rahmatan lil ‘alamin
yang  fungsinya  sebagai  agama  adalah  sebuah  pedoman  dalam  menjalankan roda kehidupan. Islam mengatur sisi kehidupan bahkan lebih sempurna dari sistem yang
telah ada bukan hanya perkara muamalah dan ibadah dan tetapi juga mengatur masalah kehidupan pendidikan, ekonomi, politik, sosial, budaya, ataupun tentang pertahanan dan
keamanan tetapi juga masalah hukum terutama pidana, dikatakan lebih sempurna di sini adalah karena bersumber dari sang pencipta Allah SWT.
Hukum  yang  berlaku  haruslah  selaras  dengan  kondisi  sosial  masyarakat melalui beberapa pertimbangan, artinya hukum tidak boleh bersifat kaku meskipun dari
satu  sisi  harus  tegas.  Kebutuhan  manusia  terhadap  suatu  peraturan  atau  hukum  itu adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan
mana pula yang harus dihindari. Allah SWT dalam mensyariatkan agama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta ini dengan kemaslahatan umum.
Melalui  ketentuan  yang  dikaruniai  yang  berarti  ketentuan  hukum  yang  dapat memelihara kemaslahatan umum. Ketentuan dharuriyat ini secara umum bermuara pada
upaya  memelihara  lima  pokok  kebutuhan  yang  bersifat  esensial  bagi  kehidupan manusia,  lima  pokok  kebutuhan  tersebut  adalah  memelihara  agama
,  kedua memelihara  akal
,  ketiga,  memelihara  jiwa ,  keempat,  memelihara
keturunan , dan kelima, memelihara harta benda
.
1
1
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 126.
Memelihara  jiwa  mendapat  kedudukan  kedua  dalam  peringkat  yang  wajib dipelihara,  hal-hal  tersebut  adalah  gambaran  utuh  tentang  teori  Maqashid al-Syari’ah
2
atau tujuan dari syariah agama yang artinya juga menjaga jiwa dan segala macam yang berhubungan  dengan  kehidupan  manusia,  di  sini  jelas  terbaca  bahwa  agama    Islam
adalah  agama  yang  benar-benar  menjaga  jiwa  dan  juga  kehidupan  manusianya  secara menyeluruh yang tergambarkan jelas di atas.
Guna  terciptanya  tatanan  kehidupan  masyarakat  yang  utuh  tentram  serta nyaman dan  jauh dari  ketidakteraturnya  kehidupan maka diciptakanlah peraturan  yang
mana  isinya  adalah  mengatur  tata  cara  berkehidupan  yang  baik  agar  cita-cita  untuk mewujudkan  tatanan  hidup  masyarakat  tentram  dan  damai  akan  terealisasi,
permasalahan  yang  timbul  di  tengah-tengah  masyarakat  beraneka  ragam  baik  yang menyangkut  masalah  sosial,  pendidikan,  kultur,  ekonomi,  kriminal  juga  merupakan
salah  satu  problem  yang  harus  diperhatikan  karena  akhir-akhir  ini  kriminalitas meningkat  terutama  di  Indonesia,  maka  dari  itu  peraturan  memiliki  peran  penting
terutama dalam berbagai masalah apalagi untuk masalah kriminal. Peraturan  dibuat  untuk  dipatuhi  dan  jika  ada  peraturan  pastilah  ada  sanksi,
sanksi  adalah  kata  lain  dari  hukuman,  jika  seorang  melanggar  sebuah  peraturan  maka wajib baginya untuk dikenakan sanksi atau hukuman,  yang mana hukuman atau sanksi
tersebut  adalah  bertujuan  untuk  membuat  jera  dan  agar  pelaku  tidak  mengulangi  lagi perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa  secara  tidak  langsung  hukuman  juga  dibutuhkan  untuk  menjaga  stabilitas keamanan bagi kehidupan, dan secara tidak langsung juga merupakan cara efektif untuk
mencegah kejahatan.
2
Ibid.,
Setiap  negara  atau  daerah  tentu  memiliki  sistem  hukum  yang  berbeda-beda, salah  satu  bidang  hukum  itu  adalah  hukum  pidana.  Salah  satu  contoh  di  Indonesia
sendiri terlihat adanya beberapa perbedaan sistem hukum. Misalnya di Indonesia saat ini ada  hukum  yang  berlaku  secara  formal  serta  ada  hukum  adat  dan  hukum  Islam.
Mayoritas  agama  penduduk  Indonesia  sendiri  adalah  Islam.  Islam  bukan  saja merupakan agama resmi bahkan hukum yang berlaku di daerah tersebut adalah hukum
Islam  sehingga  dari  sini  dapat  dilihat  bahwa  ada  keinginan  dari  kalangan  umat  Islam yang  secara  riil  mayoritas  untuk  dapat  hidup  sesuai  dengan  agamanya  dan  salah  satu
dari  ketentuan  hukum  Islam  adalah  hukum  pidana  Islam  yang  sayangnya  selama  ini banyak  kalangan  yang  menganggap  bahwa  Hukum  Pidana  Islam  adalah  hukum  yang
kejam, tidak manusiawi dan tidak menghormati hak-hak asasi manusia, mungkin hal ini terjadi  karena  mereka  hanya  mempelajari  Hukum  Pidana  Islam  secara  parsial  belum
menyeluruh. Sikap pembelajaran yang demikian sudah saatnya ditinjau kembali dengan menempatkan  semua  sistem  hukum  yang  ada  sebagai  sistem  hukum  yang  sejajar  dan
sebanding untuk kemudian dipelajari dan ditelaah sepenuhnya sampai diperoleh norma hukum yang sejalan dengan nilai kebenaran dan keadilan yang akan dapat memberikan
sumbangan positif bagi pembinaan hukum pidana nasional yang akan datang. Dalam hukum positif di negara kita ini peraturan bermacam-macam mulai dari
UUD  1945,  KUHP,  Kompilasi  Hukum  Islam,  Peraturan  Daerah,  Qanun  di  Nanggore Aceh Darussalam, Peraturan Lalu Lintas, serta peraturan-peraturan yang lainnya, maka
sanksi  bagi  pelanggaran  peraturan-peraturan  tersebut  juga  bermacam-macam  di antaranya sanksi denda, penjara, pengasingan bahkan mati dan hukuman-hukuman yang
lainnya.
Sedangkan  dalam  Hukum  Pidana  Islam  Jina’  al-Islam  peraturan- peraturannya bersumber langsung dari al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’, Qiyas, dan beberapa
ijtihad  ulama  lainnya,  dalam  Islam  pelanggaran  hukuman  dikelompokkan  pada  dua istilah yaitu jinayah dan hudud. Jinayah yaitu pelanggaran yang dilakukan mengancam
jiwa  keselamatan  jiwa  manusia,  seperti  pemukulan,  pembunuhan,  perampokkan,  dan sejenisnya,  H.M  Arsjad  Thalib  Lubis  memasukan  juga  di  dalamnya  mengenai  yang
berkaitan  dengan  kenegaraan,  misalnya  hukum  pengangkatan  kepala  negara,  hukum kehakiman,  hukum perang dan sejenisnya.
3
Pelanggaran  yang dilakukan oleh  seorang dapat diberikan hukuman had dera atau cambuk, ta’zir penjara, atau hukuman kisas
balas. Hukuman itu tergantung tingkat pelanggaran yang dilakukan, sedangkan hudud adalah pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang dilarang oleh syara’ seperti zina,
qadzaf menuduh  orang  berzina  tanpa  empat  orang  saksi,  judi,  minuman  keras,
menyamun,  murtad,  dan  sejenisnya.  Dalam  hal  ini  kisas  merupakan  salah  satu  dari sekian  sanksi  uqubah  yang  dijatuhkan  kepada  pelanggaran  peraturan  kriminalitas
jarimah dari tindak pidana atau jarimah yang dilakukan seseorang. Jarimah atau juga jinayat
diidentifikasikan  sebagai  balasan  berbentuk  ancaman  yang  jenisnya  ditetapkan oleh syara’ untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan-peraturan demi
terwujudnya  kemaslahatan,
4
macam-macam  hukuman  jarimah  kisas  serta  uqubah- uqubah
kisas sebagian besar telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan Hadits. Berlakunya hukuman adalah untuk membenahi kehidupan agar manusia lebih
teratur,  kemaslahatan  terjaga,  hidup  lebih  terjamin,  dan  stabilitas  umat  manusia  dapat terwujud dengan baik. Kisas merupakan salah satu bentuk hukuman yang membuktikan
bahwa agama Islam dengan syariatnya menjaga hak-hak manusia.
3
httpwww.artikelparamadina.ac.id
4
Ibid.,
Dapat diyakini bahwa semakin tinggi peradaban umat manusia, setan semakin memainkan  perannya,  orang  menjadi  aniaya  zhalim  dan  bodoh  jahl,
5
bukannya mengikuti petunjuk  yang dianugerahi Allah sang pencipta melalui Rasul dan Nabi-Nya
sepanjang  masa,  tidak  ada  masalah  betapapun  murni  dan  barunya  suatu  masyarakat, tindak  pidana  tetap  dilakukan  karena  itu  pemutusan  hukuman-hukuman  yang  sesuai
perlu  dilakukan  guna  mencegah  meningkatnya  rata-rata  jarimah  atau  kriminalitas  di masa  yang akan datang. Di manapun masyarakat perlu disahkan juga struktur lembaga
kemasyarakatan, pemimpin serta anggota masyarakat  yang membantu dan merangsang timbulnya  tindak  pidana  tertentu.  Ibnu  Hasan  ketika  membahas  tentang  seorang  laki-
laki  tak  berdaya  karena  lapar  lalu  makan  bangkai  atau  daging  babi  yang  diharamkan dalam Islam, beliau berkata:
“Haram hukumnya bagi  seorang    muslim  makan  makanan  yang diharamkan sekalipun dalam keadaan tak berdaya, tetangganya yang muslim atau dzalimi
atau  anggota  masyarakat  yang  memiliki  lebih  makanan  dan  minuman diwajibkan  memberi  makan orang  yang  lapar  tadi.  Dalam  keadaan demikian
dia  mempunyai  hak  untuk  memperoleh  makanan  dari  tetangga-tetangganya yang  kaya.  Bila  dia  harus  berjuang  untuk  memperoleh  makan  kemudian
terbunuh, pembunuhnya akan mendapatkan kisas
”.
6
Maka  dari  itu  hukuman  kisas  secara  tidak  langsung  juga  memegang  peranan penting  dalam  upaya  menekan  jumlah  kriminal,  karena  kriminal  tidak  akan  mungkin
lenyap dari muka bumi dan  hukuman kisas mungkin akan dianggap efektif dan benar- benar urgen, contohnya saja masyarakat  yang bersalah dihukum secara tidak  langsung
masyarakat akan takut untuk melakukan kesalahan. Dalam  hukum  pidana  Islam  sanksi  kisas  dan  kaitannya  dengan  upaya
pencegahan  kejahatan  perlu  dibahas  guna  mendapat  kejelasan  lagi.  Maka  dari  itu
5
A. Rahman  I  Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah, Jakarta, Raja  Grafindo Persada, 2002, h. 285.
6
Ibid.,
penulis  merasa  perlu  untuk  mengangkat  masalah  upaya  pencegahan  kejahatan  dengan kisas sebagai salah satu hukuman  yang mungkin  bermanfaat dan seberapa penting dan
urgen perannya dalam hal pencegahan kejahatan. Melihat permasalahan di atas penulis
memberi  judul  skripsi  ini:  “PERAN  PIDANA  KISAS  DALAM  UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah