Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegahan Kejahatan

Obat harus diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita berdasarkan hasil diagnosis yang akurat. Karena itu, Allah SWT telah menyediakan obat mujarab untuk menanggulangi bentuk kejahatan manusia ini. Sebaliknya bila manusia mengambil obat selainnya, maka penyakit masyarakat tersebut kian parah. Demi kemaslahatan di dunia dan akhirat, Allah SWT meminta kaum beriman menjalankan Islam secara kaffah utuh, sebagai firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 208: H R+ ;--I: ;-ﻡ \ 4ZY B-5 -EﻥP UG F ;-U-I ;- ﺕ A? e+j. B -- GZﻡ ‚?- 2 f 6 t}h 9 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu ”. al-Baqarah : 208

B. Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegahan Kejahatan

Banyak orang beranggapan bahwa hukum kisas ini adalah kejam dan tidak manusiawi. Memang hukum kisas ini kejam, karena pelaku tindak kejahatan juga kejam bahkan sering lebih kejam 154 . Sebelum kisas diberlakukan kebanyakan pelaku kejahatan menganggap murah harga orang lain. Bahkan di negara-negara Barat nyawa manusia lebih murah daripada anjing. Pembunuh sering menggunakan senjata canggih yang mudah didapat di pasar-pasar gelap. Sehingga tindakan kriminalitas lainnya sangat tinggil. Selain penjahat dengan seenaknya menghilangkan nyawa si korban, juga sering melukainya. Bahkan dalam banyak peristiwa kejahatan sering dibarengi dengan tindak kejahatan lainnya, seperti pemerkosaan, perampokan, penyanderaan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, seharusnya kita bertanya: Mengapa kita merasa kasihan kepada para pembunuh itu? Mengapa kita tidak menaruh belas kasihan kepada para korban, ahli 154 Ibid ., h.92 waris, dan calon mangsanya? Selain dengan ancaman kisas, apa ada cara lain yang lebih efektif dan efisien melindungi eksistensi dari bahaya pembunuh dan pencederaan? Dalam kenyataannya, kekejaman hukuman kisas telah menyelamatkan penjahat dari kisas, sebab sebagaimana juga tindakan itu telah menyelamatkan jiwa orang yang dijahati dan memlihara ketentraman untuk semua orang yang dijahati dan memlihara ketentraman untuk semua orang 155 . Hukuman kisas itu selalu dilakukan di depan publik dengan tujuan agar perbuatan membunuh atau melukai itu benar-benar jangan dikerjakan orang lain. Dr. Ma’ruf Ad-Dawalibi, delegasi Arab Saudi yang mengikuti seminar ilmiah tentang “Syari’at Islam dan Hak-hak Asasi Manusia HAM” yang diselenggarakan di Riyadh, 22 Maret 1972, menceritakan kenyataan ketika hukum potong tangan diberlakukan di Arab Saudi: “Saya dapat mengumumkan di sini, bahwa saya telah tinggal di negeri ini selama tujuh tahun. Dalam masa itu, saya belum pernah mendengar atau menyaksikan potong tangan, karena hal itu sangat jarang terjadi. Demikianlah, apa yang tinggal dari hukuman ini adalah kekejamannya, suatu hal yang telah menjadikan manusia semuanya dapat hidup dalam keamanan dan ketentraman. Bahkan orang yang berniat untuk mencuri menjadi selamat tangannya, karena adanya hukuman ini. Karena kekejaman hukuman itu sendirilah yang telah melarangnya melakukan kejahatan” . 156 Pada waktu negeri ini berada di bawah sistem hukum pidana Perancis pada zaman Kerajaan Utsmani, orang-orang haji tidak dapat melakukan perjalanan dengan perasaan aman dan tenteram terhadap jiwa dan harta mereka, terutama dalam perjalanan antara kedua kota suci Madinah al-Munawwarah dan Mekah al- Mukarramah, kalau tidak dilindungi oleh penjagaan tentara yang kuat. Tetapi, tatkala pemerintah di negeri ini berpindah ke tangan negara Saudi Arabia dan dinyatakan bahwa hukum al-Qur’an syari’at Islam berlaku, maka segala tindakan kejahatan itu 155 Ibid ., h.93 156 Ibid., dengan segera berhenti. Orang-orang yang bepergian dari kota Dahran di tepi Teluk Arab Persi sampai ke kota Jeddah di tepi Laut Merah, jangankan perjalanan antara kedua kota suci itu, mungkin melakukan perjalanan sendirian dengan mobil pribadinya pasti dijamin keamanannya. Siapapun dapat menempuh padang pasir, menempuh jarak lebih dari 1500 km tanpa merasa khawatir akan keselamatan jiwa dan hartanya, sekalipun ia membawa uang jutaan dolar dan sekalipun ia orang asing di negeri ini. Kemudian delegasi itu melanjutkan kisahnya: “Demikianlah, harta benda milik negara di sini, dimana dijalankan syari’at Islam, dibawa dari sati kota ke kota yang lain dengan mobil biasa saja, demikian pula antara satu bank ke bank lainnya tanpa dijaga dan dikawal selain dari sopir kendaraan itu saja ”. Cobalah terangkan kepada saya apakah negara-negara Barat mampu memindahkan sejumlah besar uang dari satu bank ke bank lainnya di salah satu ibu kotanya tanpa dikawal oleh sejumlah besar kendaraan berlapis baja? Hanya di negeri tempat hukum syari’at Islam dilaksanakan, kemanan terjamin 157 . Menteri Luar Negeri AS, Mr. Rogers, dalam kunjungannya ke Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1971 bersama rombongannya tidak menggunakan fasilitas anti peluru. Biasanya fasilitas ini selalu ada mengiringi mereka dalam pesawat-pesawat terbang khusus dalam setiap kunjungan mereka ke berbagai negara. Hanya di sinilah, Kerajaan Arab Saudi, kami tidak rela kalau para tamu itu mempergunakan kendaraan anti peluru mereka. Pada bagian akhir dari kunjungan itu, Mr. Rogers tidak lagi menggunakan pengawal kehormatan yang disediakan baginya, sebagaimana yang disediakan bagi tamu-tamu kehormatan yang datang di negara lain. Ia pergi ke pasar sendirian tanpa 157 Ibid ., h. 94 penjagaan 158 . Ia berkata, bahwa hanya di negara ini sajalah orang merasa aman tenteram dan tidak perlu ada penjagaan dan pengawalan. Akhirnya Dr. Dawalabi menyudahi pidatonya: “Setelah mendengarkan semuanya itu, apakah anda semua tidak merasa bersama kami. Setelah menyaksikan hasil yang amat hebat itu, yang berupa keamanan, ketentraman, dan ketenangan hati di negeri ini, baik terhadap jiwa maupun harta. Adalah menjadi kewajiban bagi kami untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum agama kami dalam hal memberikan hukuman kepada tindakan-tindakan kriminal yang hampir mustahil dihentikan di negara Anda dan tidak pernah kedengaran ada di negeri ini . Sedangkan, konon di kota-kota metropolitan lain yang konon keberbudayaan tinggi itu, dimana yang berlaku adalah Undang-Undang bikinan manusia, ternyata manusia tidak dapat memperoleh perasaan ketentraman seperti yang diharapkan itu. “Saya masih tetap ingat apa yang terjadi pada musim panas beberapa tahun kemudian yang lalu, sewaktu saya berada di kota Paris, pada waktu terjadi suatu perampokan bersenjata terhadap sebuah restoran terbesar di kota itu yang berada di dekat jalan Champ Elysees. Di depan mata ratusan pengunjung yang ada pada waktu itu, para penjahat telah berhasil menguras kas restoran itu, sementara para pengunjung cuma dapat memperhatikan tanpa dapat bergerak. Keesokan harinya, berita itu telah disiarkan oleh semua harian di kota paris ”. Pengalaman menarik Dr. Dawalibi tentunya tidak terlalu mengherankan jika kita membaca dan memperhatikan dengan seksama tindakan kriminal yang sering terjadi di kota metropolitan. Jakarta, ibu kota Republik Indonesia, negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam 87,5, sayangnya mereka tidak menjalankan syari’at Islam dalam seluruh aspek kehidupan, terutama dalam mengatur kehidupan, kehidupan berbangsa dan bernegara. Pencurian, perampokan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan hampir pasti menjadi menu berita harian. Seolah-olah hidup ini terasa belum lengkap jika tidak mendengar peristiwa kriminal di setiap harinya 159 . 158 Ibid ., 159 Ibid ., h. 95 Mengapa semua ini terjadi dan seolah tidak mungkin bisa dihentikan oleh kekuatan apapun? Padahal jumlah polisi Indonesia konon sekitar 500 ribu orang. Tapi seolah sudah tidak sanggup lagi menjamin keamanan penduduk dari berbagai ancaman tindak kriminal. Bahkan tak jarang terjadi, justru oknum polisi terlibat aktif dalam opearai kejahatan yang diciptakannya sendiri 160 . Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah dengan menerapkan syari’at Islam, termasuk hukum kisas. Sebagaimana pengalaman yang diutarakan Dr. Dawalibi di muka, bahwa sebelum hukum positif yang berlaku di Arab Saudi berpindah dari hukum warisan kolonial Perancis ke hukum syari’at Islam, maka keamanan para tamu Allah haji tidak bisa dijamin. Mereka harus dikawal dengan pasukan dalam jumlah besar. Dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk menjaga para tamu itu pun besar pula 161 . Namun, setelah diberlakukan syariat Islam termasuk kisas, maka keamanan dan ketentraman, baik untuk warga pribumi maupun orang asing di sana terjamin. Bahkan siapapun dengan leluasa dapat membawa uang banyak di jalan-jalan tanpa rasa takut. Tidak seperti keadaan kita di Jakarta, bila membawa uang atau mengambil sejumlah uang yang cukup besar dari suatu bank, selalu diliputi perasaan was-was dibayang- banyangi oleh ancaman perampokan dan pembunuhan, kendatipun mereka sudah dikawal oleh polisi 162 . Selain itu, tanpa diberlakukan hukuman yang menjerakan terhadap para pelaku pembunuhan, maka jiwa manusia tidak akan lagi dihargai. Harga nyawa manusia bisa merosot sampai tak ada harganya sama sekali, karenanya kita sering menyaksikan seseorang yang dipukuli massa sampai mati gara-gara diteriaki maling padahal belum 160 Ibid ., 161 Ibid ., h.96 162 Ibid ., tentu ia mencuri. Salah satu sebab hal itu terjadi adalah karena pelaku pembunuhan sering dibebaskan oleh aparat, sehingga menimbulkan kekecewaan di dalam hati masyarakat 163 .

C. Upaya Hukum Islam Mencegah Kejahatan