tersebut terjadi penggabungan, penggumpalan dan akhirnya emulsi pecah atau deemulsifikasi.
Perubahan emulsi ow menjadi wo dan sebaliknya disebut dengan istilah inversi. Terjadinya inversi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan jumlah pengemulsi,
perubahan konsentrasi salah satu fase, dan ion-ion yang terdapat dalam emulsi Anief, 1999.
Studi-studi tentang kelembaban relatip menunjukkan adanya hubungan terbalik konsisten dengan endapan lilin. Laporan-laporan menunjukkan bahwa penurunan
kelembaban selama ekspansi daun menyebabkan peningkatan ketebalan cuticle per satuan luas daun. Studi lain menunjukkan bahwa perkembangan cuticle berkorelasi
dengan intensitas sinar, atau penaungan tumbuhan. Sebuah studi menemukan bahwa penaungan mengurangi endapan lilin epicuticular pada daun oat dan barley Ramsey,
1997.
Deemulsifikasi merupakan fenomena pecahnya suatu emulsi yang sesungguhnya. Pada deemulsifikasi ini terjadi penggumpalan fase internal. Kondisi-kondisi perlakuan
yang dapat menyebabkan deemulsifikasi antara lain pembekuan dan pencairan, pemanasan, pengguncangan dan penambahan asam, basa dan garam. Bennet, 1947.
Analisa Sifat Fisik Emulsi
Beberapa sifat fisik yang mempengaruhi emulsi diantaranya adalah stabilitas relatif emulsi, viskositas, dan ukuran globula partikel.
1. Stabilitas Relatif Emulsi
Dasar teori stabilitas emulsi adalah keseimbangan antara gaya tolak dan gaya tarik menarik yang bekerja dalam sistem. Stabilitas emulsi akan mencapai maksimum
apabila gaya tolak antara globula-globula fase tidak kontinyu mencapai maksimum.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya gaya tarik-menarik mencapai minimum. Gaya tolak menolak berasal dari lapisan ganda dan gaya tarik menarik berasal dari gaya Van der Waals Petrowski,
1976.
2. Ukuran Partikel
Ukuran dari partikel ini tergantung dari tipe dan konsentrasi dari pengemulsi, perlakuan mekanik seperti penggunaan koloid mill, homogenizer, cara dan waktu
penyimpanan produk. Kebanyakan emulsi mempunyai ukuran droplet lebih kecil dari 0.25
µm diameternya. Untuk droplet paling besar mempunyai diameter sekitar 50 µm. Beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk memperkirakan droplet adalah dengan
menggunakan light scattering, sedimentasi atau dengan menggunakan lubang khusus untuk mengukur besar partikel Fennema, 1985.
Partikel-partikel bahan isi anorganik memberikan ‘bibit’ di antara molekul- molekul paraffin dan lilin tawon yang diharapkan mempengaruhi struktur lilin cair.
Campuran leburan paraffin dan lilin tawon menjadi bertekstur gel dengan penambahan bahan isi; efek ini sebanding dengan kandungan bahan isi campuran akhir. Konsentrasi
bahan isi lebih dari 10 menghambat peleburan bahan di dalam rentang temperatur yang diinginkan. Sifat ini dianggap potensial berguna dalam aplikasi lilin tertentu, seperti pada
pola pembentukan untuk cetakan. Karena itu, dari sudut pandang praktis, penyatuan bahan isi bisa memberikan keuntungan tertentu bila dibandingkan dengan bahan
tradisional Kotsiomiti and Mc Cabe, 1997. 3. Viskositas
Peningkatan rasio minyakair berarti penurunan fase pendispersi dan meningkatnya fase terdispersi. Penurunan fase pendispersi ini mengakibatkan viskositas
Universitas Sumatera Utara
akan semakin meningkat. Jadi apabila konsentrasi fase terdispersi ditingkatkan maka akan diikuti oleh peningkatan viskositas yang dihasilkan Jost, et al., 1986.
Faktor penyimpanan juga mempengaruhi viskositas dari emulsi. Semakin lama produk disimpan makin rendah viskositasnya. Hal ini disebabkan karena adanya
protonisasi hal ini menyebabkan penurunan pada daya pengikat dari bahan penstabil dan menunjang terbukanya konfigurasi polimer Jost, et al., 1986.
Cara Pembuatan Emulsi Lilin 1. Lilin
Madu disaring atau disentrifus dari sel sarang madu, kemudian sel sarang dipanaskan pada suhu 66-71
o
C 150-160
o
F malam akan melebur dan mengapung diatas sisa madu, dan setelah didinginkan malam mudah diperoleh Sihombing, 1992.
Pengekstrakan lilin sebanyak 0.24 kilogram kemudian dikeringkan dengan kloroform yang menghasilkan 1.5 gm. Dari hasil pengekstrakan, yang mana sebuah
cahaya yang berwarna hijau pada lilin tersebut mencair pada 68° dan akan mengeras pada 60° dan munculnya zat yang tidak berbentuk yang berbentuk yang berwarna
kekuning-kuningan yang akan mencair pada saat 240°, hal itulah yang memberikan
sebuah reaksi positif bagi experimen yang dilakukan oleh Liberman
Markley, et al., 1935. Sarang lebah yang sudah tua direndam di dalam air selama beberapa jam
dibersihkan untuk melarutkan material-material dari dalam sel sarang. Jika tahap ini tidak berjalan dengan baik, lilin akan menyerap kotoran dan juga warna. Setelah sel
sarang dibersihkan, dicairkan pada air panas. Cairan lilin akan mengapung pada bagian permukaan dan material-material asing yang ada dalam sel sarang akan larut dalam air
panas tersebut. Setelah dingin lilin akan terbentuk pada bagian atas air Abrol, 1997.
Universitas Sumatera Utara
2. Emulsi Lilin