Uji Hausman Test Fixed Effect Model FEM

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Metode GLS FEM dan REM Variabel Terikat : Ketimpangan Pembangunan IW Periode 2010 – 2013 Variabel Bebas Random Effects Fixed Effects C LPAD LDP 0.093232 0.004995 -0.008708 0.068873 0.001467 -0.002886 R2 Durbin –Watson 0.018576 1.238486 0.999276 1.376938 Sumber: Data diolah Lampiran 1 2 Berdasarkan estimasil diatas model fixed effects models FEM lebih baik dibandingkan random effects model REM. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil estimasi diatas, fixed effects models FEM menujukan hasil yang lebih baik dibandingkan random effects model REM. Hal ini bisa dilihat dari nilai R- square � 2 dan nilai Durbin –Watson yang lebih baik pada fixed effects models FEM dibandingkan random effects model REM. Setelah berdasarkan estimasi diatas, maka dilakukan pemilihan model terbaik dengan Husman test, 1978 Gujarati,2003. Untuk penelitian ini, Husman test diestimasi dengan program Eviews 7 sehingga diperoleh nilai chi-squarenya. Ketentuan dari Husman test adalah apabila null hypothesis Ho diterima, maka model yang digunakan adalah random effect model REM dan sebaliknya apabila null hypothesis Ho ditolak, maka model yang akan digunakan adalah fixed effect model FEM

1. Uji Hausman Test

Uji ini dilakukan untuk memilih model terbaik antara fixed effect model FEM dan random effect model REM dalam metode Generalized Least Square GLS dan diperoleh hasil estimasi seperti pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.6 Hasil uji Hausman untuk fixed effect dan random effect Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 8.754117 2 0.0126 Sumber: Data diolah Lampiran 3 Berdasarkan hasil estimasi diatas diperoleh nilai Chi-squarenya sebesar 8.754117dengan prob.value sebesar 0.0126. Sedangkan Chi-square table dengan df sebesar 2 pada α = 10, α = 5 masing-masing sebesar 4.60, 5.99. Sehingga nilai Chi-square Chi-square table makanull hypothesis Ho ditolak. Dan dengan nilai prob.value sebesar 0.0126 lebih kecil dari α = 5. Sehingga dilihat dari nilai Chi Square statistik pada Uji Hausman dan nilai prob.valueberarti peneliti dapat menggunakan model Fixed Effect Model FEM.

2. Fixed Effect Model FEM

Sebagaimna hasil estimasi dari Hausman test diperoleh model untuk penelitian ini yaitu Fixed Effect Model FEM.Sehingga untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara menggunakan Fixed Effect Model FEM Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model FEM memperilihatkan bahwa nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.999048yang berarti secara keseluruhan variabel bebas yang ada dalam model persamaan tersebut, yakni pendapatan asli daerah PAD, dana perimbangan DP mampu menjelaskan variasi ketimpangan pembangunan sebesar 99,90 dan sisanya dijelaskan oleh varibel lain diluar model persamaan tersebut Tabel 4.7 Hasil Estimasi Fixed Effect Model FEM IW = 0.068873 + 0.001467PAD - 0.002886DP Std.error = 0.0061360.0006720.001172 t-Statistik 2.182215 -2.461927 R 2 = 0.999276 DW-Stat = 1.376938 Sumber: Data diolah Lampiran 1 Cat : Angka dalam kurung adalah nilai t-Statistik Dari hasil estimasi diatas menujukan bahwa variabel PAD memiliki pengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Dengan nilai koefisien sebesar 0.068873artinya apabila pendapatan asli daerah kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara naik sebesar 1 ceteris paribus maka tingkat ketimpangan pembangunan antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara naik sebesar 0.068873. Namun dari hasil regresi diatas menujukan bahwa pendapatan asli daerah PAD signifikan pada α = 5 dengan t-hitung t-tabel 2.1822151.65675. dan nilai prob.value α = 5. Ini menunjukan bahwa pendapatan asli daerah PAD berpengaruhpositif signifikan nyata terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Amanda 2015 dimana pada periode 1993-2002 Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh positif signifikan terhadap ketimpangan regional antar kabupatenkota di provinsi Aceh. Namun penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Nurhuda 2013 yang menemukan bahwa PAD berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pembangunan pada daerah Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian dengan PAD yang semakin besar dan merata akan mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi namun juga akan meningkat tingkat ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Untuk dana perimbangan DP memberikan pengaruh negatif sebesar - 0.002886artinya apabila dana perimbangan DP naik sebesar 1 ceteris paribus maka tingkat ketimpangan pembangunan antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara naik sebesar - 0.002886 . Dan dari hasil tersebut menujukan bahwa dana perimbangan DP berpengaruh signifikan nyata pada α = 5 dengan t-hitung t-tabel -2.461927 -1.65675 , dan nilai prob.value α = 5. Ini menunjukan bahwa dana perimbangan DP berpengaruh negatif signifikan nyata terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Temuan ini sejalan dengan penelitian Saifunnizar 2013, dimana dana perimbangan berhubungan negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di Aceh. Dengan demikian jika dana transfer yang diberikan pusat berupa dana perimbangan naik maka ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara akan semakin menurun. Sementara itu, dari hasil estimasi diatas bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah PAD dan variabel Dana perimbangan DP terhadap ketimpangan pembangunan secara bersama-sama berpengaruh signifikan. Ini dilihat dari nilai F-hitung sebesar 3936.030dan F-tabel = 3.07 dengan demikian F-hitung F-tabel. Dengan demikian desentralisasi fiskal memberikan pengaruh signifikan nyata terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil empiris tersebut dapat disimpulkan bahwa karena Pendapatan asli daerah yang diterima lebih kecil dari dana transfer yang diberikan pusat berupa dana perimbangan. Maka dapat disimpulkan bawah daerah kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara banyak menerima dana transfer dari pusat. Sehingga desentralisasi fiskal yang dilihat dari dana transfer pusat berpengaruh negatif dan signifikan nyata terhadap ketimpangan pembangunan pada kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Hal ini sejalan dengan penelitian Lessmann 2009 bahwa dengan derajat yang semakin tinggi dari desentralisasi maka semakin berhubungan kuat dengan rendahnya ketimpangan wilayah.Begitupun hasil penelitianEzcurra 2008 yang menemukan bahwa desentralisasi fiskal berhubungan negatif dengan tingkat ketimpangan wilayah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN