biasa dan jumlahnya besar sehingga aset itu dianggap baru, maka pengeluaran itu di debetkan ke perkiraan akumulasi penyusutan.
4. Penambahan addition
Menambah atau memperluas fasilitas yang dimiliki suatu aset disebut addtion. Misalnya bangunan baru, ruang parkir dan lain-lain
maka pengeluaran ini dianggap sebagai capital expenditures dan harus disusutkan selama umur penggunaannya.
5. Perombakan rearrangement
Perombakan mesin dan peralatan kemudian dipasang kembali sehingga lebih ekonomis dan lebih efisien disebut rearrangement.
Pengeluaran ini harus dikapitalisir dan disusutkan selama periode penggunaanya.
b. Depreciation Penyusutan
Disamping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan merupakan masalah yang penting selama masa
penggunaan aset tetap. Menurut Skousen, Smith 2005:491 “Penyusutan adalah
pengalokasian harga perolehan aset secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aset yang bersangkutan.”
Menurut IAI, PSAK 2007:17.2 “Penyusutan adalah alokasi-alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.”
Universitas Sumatera Utara
Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian
dalam ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk pembelian aset tetap yang baru setelah
aset tetap yang lama tidak bisa dipakai lagi. Beberapa faktor yang menentukan beban penyusutan :
1. Harga Pokok
Harga pokok merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya penyusutan. Mengenai berapa harga pokok aset tetap dan hal-hal
apa yang termasuk dalam harga pokok. 2.
Nilai Residu Residual atau salvage value Yang dimaksud dengan nilai residu adalah nilai taksiran
realisasi penjualan melalui kas aset tetap tersebut setelah akhir penggunaanya atau pada saat mana aset tetap itu harus ditarik dari
kegiatan produksi. Nilai residu ini tidak mesti harus ada, bisa saja harga pada saat dibesituakan adalah nihil.
3. Umur Teknis
Yang dimaksud dengan umur teknis adalah taksiran jangka waktu penggunaan aset tetap itu dalam kegiatan produksi.
Umur yang dimaksud disini ada dua yaitu : a.
Umur Fisik b.
Umur Fungsional Umur fisik berapa lama aset tetap itu secara fisik mampu
memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat
Universitas Sumatera Utara
berakhir akibat kerusakan, hancur, terbakar, dan lain-lain. Sedangkan umur fungsional berarti berapa lama aset tetap itu mampu untuk
memproduksi barang-barang yang dapat ditawartkan dan diterima masyarakat. Aset tetap yang secara teknisfisik masih berjalan belum
tentu dianggap memiliki umur fungsional, misalnya apabila produknya dianggap tidak laku atau sudah ketinggalan zaman.
4. Pola Pemakaian
Pola pemakaian aset tetap itu dalam kegiatan produksi harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembebanan
penyusutan terhadap produksi. Dasar penyusutan menurut Warfield, Kieso, Weygandt 2002:59 :
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari 2 faktor, yaitu : biaya awal dan nilai sisa atau pelepasan. Nilai
sisa adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan
jumlah dimana nilai aset harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaat.
Menurut IAI, PSAK 2007:17.3, penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria sebagai
berikut : a.
Berdasarkan waktu i.
Metode garis lurus straight-line method ii.
Metode pembebanan menurun :
Metode jumlah angka tahun sum the year digit method
Metode saldo menurunsaldo menurun ganda
decliningdouble decliniing balance method b.
Berdasarkan penggunaan i.
Metode jam jasa service hours method ii.
Metode jumlah unit produksi productive output method
Universitas Sumatera Utara
c. Berdasarkan kriteria lainnya :
i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok grup and
composite method ii.
Metode anuitas annuity method iii.
Sistem persediaan inventory system
Ad.a. Berdasarkan waktu i.
Metode garis lurus straight line method Beban penyusutan menurut metode ini dihitung sebagai berikut :
D = n
C – S
D = Beban penyusutan
C = Harga pokok aset S = Nilai residu
n = Umur teknis Contoh :
PT. X pada tanggal 1 Januari 2001 membeli aset tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 9.750.000,-. Aset tersebut ditaksir
mempunyai umur kegunaan selama 10 tahun, dengan taksiran residu Rp. 750.000,-.
Penyusutan per tahun = 10
Rp. 9.750.000 – Rp. 750.000
= Rp. 900.000,- Berdasarkan perhitungan diatas, maka penyusutan aset tetap PT. X
dapat dilihat pada tabel 1.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 PT. X
Penyusutan metode garis lurus
Tahun Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
Rp. 9.750.000,- 2001
Rp. 900.000,- Rp. 900.000,-
Rp. 8.850.000,- 2002
Rp. 900.000,- Rp. 1.800.000,-
Rp. 7.950.000,- 2003
Rp. 900.000,- Rp. 2.700.000,-
Rp. 7.050.000,- 2004
Rp. 900.000,- Rp. 3.600.000,-
Rp. 6.150.000,- 2005
Rp. 900.000,- Rp. 4.500.000,-
Rp. 5.250.000,- 2006
Rp. 900.000,- Rp. 5.400.000,-
Rp. 4.350.000,- 2007
Rp. 900.000,- Rp. 6.300.000,-
Rp. 3.450.000,- 2008
Rp. 900.000,- Rp. 7.200.000,-
Rp. 2.550.000,- 2009
Rp. 900.000,- Rp. 8.100.000,-
Rp. 1.650.000,- 2010
Rp. 900.000,- Rp. 9.000.000,-
Rp. 750.000,- Penjumlahan dari penyusutan setiap tahun
Harga perolehan akumulasi penyusutan
ii. Metode Pembebanan Menurun
• Metode jumlah angka tahun sum the year digit method
Metode saldo menurun, yaitu aset tetap dianggap memberikan manfaat yang lebih besar dalam metode periode-
Universitas Sumatera Utara
periode awal penggunaannya. Sehingga jumlah penyusutan aset tetap dalam setiap periode tidak sama. Melainkan semakin
menurun pada periode-periode berikutnya sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh aset tetap yang bersangkutan.
Contoh : PT. X membeli sebuah peralatan cetak dengan harga perolehan
sebesar Rp. 5.000.000,- dengan nilai sisa Rp. 500.000,-. Peralatan tersebut ditaksir dapat dipergunakan selama 5 tahun.
Taksiran nilai dibuat tabel penyusutan terlebih dahulu dihitung perbandingan sisa umur kegunaan aset tetap bersangkutan
dengan jumlah angka tahun sebagai berikut : Umur kegunaan aset tetap adalah 5 tahun maka :
Tahun I sisa umur kegunaannya adalah 5
Tahun II sisa umur kegunaannya adalah 4 Tahun III sisa umur kegunaannya adalah 3
Tahun IV sisa umur kegunaannya adalah 2 Tahun V sisa umur kegunaannya adalah 1
Dalam contoh diatas peralatan cetak PT. X mempunyai taksiran umur kegunaan 5 tahun. Berarti angka-angka tahun
yang dijumlahkan adalah sebagai berikut :1,2,3,4 dan 5 dengan demikian jumlah angka tahun adalah 15.
Penyusutan angka tahun dapat dilihat pada tabel 1.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 PT. X
Penyusutan metode jumlah angka tahun
Tahun Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
Rp. 5.000.000,- 1
515 x Rp. 4.500.000 = Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000,-
Rp. 3.500.000,- 2
415 x Rp. 4.500.000 = Rp. 1.200.000 Rp. 2.700.000,-
Rp. 2.300.000,- 3
315 x Rp. 4.500.000 = Rp. 900.000 Rp. 3.600.000,-
Rp. 1.400.000,- 4
215 x Rp. 4.500.000 = Rp. 600.000 Rp. 4.200.000,-
Rp. 800.000,- 5
115 x Rp. 4.500.000 = Rp. 300.000 Rp. 4.500.000,-
Rp. 500.000,-
Rp.5.000.000 – Rp. 500.000 = Rp. 4.500.000,-
• Metode saldo menurun declining balance method
Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan presentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan
dikalikan dengan nilai buku. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin mengecil.
Presentase dihitung sebagai berikut :
r = 1 –
√� ∶ �
�
Contoh : Suatu mesin dengan harga perolehan Rp. 100.000,-
mempunyai masa manfaat 3 tahun dengan nilai residu Rp.
Universitas Sumatera Utara
10.000,- maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:
r = 1-
√
10.000: 100.000
3
= 0.536 atau 53.6 Untuk menghitung depresiasi tiap tahun, tarif ini 53.6
dikalikan kepada nilai buku mesin. Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan penyusutan adalah sebagai
berikut : Alokasi penyusutan dapat dihitung pada tabel 1.3
Tabel 1.3 PT. X
Penyusutan metode saldo menurun
Tahun Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
Rp. 100.000,- 1
53.6 x Rp. 100.000 = Rp. 53.600 Rp. 53.600,-
Rp. 46.400,- 2
53.6 x Rp. 46.600 = Rp. 24.870 Rp. 78.470,-
Rp. 21.530,- 3
53.6 x Rp. 21.530 = Rp. 11.530 Rp. 90.000,-
Rp. 10.000,-
• Metode Saldo Menurun Ganda double declining balance
method
Metode ini hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaannya hanya dalam menentukan presentase. Metode ini
dihitung dengan cara melipatduakan presentase penyusutan menurut Metode Garis Lurus.
Ad.b. Berdasarkan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
i. Metode jam jasa service-hours method
Metode ini beranggapan bahwa nilai aset tetap adalah merupakan sejumlah jam produksi, sehingga taksiran umur aset
tetap tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakainya. Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai dengan
penggunaan jam kerja aset itu yang dipakai dalam berproduksi. Beban penyusutan per jam dihitung sebagai berikut :
C – S Taksiran jam kerja produktif seluruhnya
Contoh : Dengan menggunakan ilustrasi diatas dan jam kerja aset tetap itu
dimisalkan 50.000 jam maka penyusutan per jam adalah sebagai berikut :
D = 100.000
−5.000 50.000
D = Rp. 1,9 per jam ii.
Metode Jumlah Unit Produksi productive-output method Metode ini hampir sama dengan metode jam jasa. Kalau
dengan metode tersebut jam kerja dijadikan dasar hitungan, disini jam kerja itu digambarkan oleh output atau produksi dalam unit.
Perhitungan tarif penyusutan untuk setiap unit hasil produksi dipergunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
D = n
A - R
Universitas Sumatera Utara
n = dalam hal ini adalah output Contoh :
PT. X menggunakan jumlah unit produksi untuk menghitung penyusutan aset tetap yang dimiliki dengan harga perolehan Rp.
10.000.000,-. Nilai residu aset ditaksir sebesar Rp. 1.250.000,-. Total hasil produksi selama aset tersebut digunakan dalam operasi
perusahaan adalah sebagai berikut :
Tahun Hasil Produksi
1 90 unit
2 85 unit
3 75 unit
4 60 unit
5 40 unit
Total 350 unit
Berdasarkan data tersebut di atas, tarif per unit produksi adalah sebagai berikut :
Tarif per unit produksi = 350
Rp. 10.000.000 – Rp. 1.250.000
= Rp. 25.000,-
Berdasarkan perhitungan di atas, maka penyusutan aset tetap PT. X dapat dilihat pada tabel 1.4
Tabel 1.4 PT. X
Penyusutan metode jumlah unit produksi
Tahun Produksiunit
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Universitas Sumatera Utara
1 2
3 4
5 = HP-4 Rp. 10.000.000
1 90 unit
Rp. 2.250.000 Rp. 2.250.000
Rp. 7.750.000 2
85 unit Rp. 2.125.000
Rp. 4.375.000 Rp. 5.625.000
3 75 unit
Rp. 1.875.000 Rp. 6.250.000
Rp. 3.750.000 4
60 unit Rp. 1.500.000
Rp. 7.750.000 Rp. 2.250.000
5 40 unit
Rp. 1.000.000 Rp. 8.750.000
Rp. 1.250.000
Ad.c. Berdasarkan kriteria lainnya i.
Metode berdasarkan jenis dan kelompok group and composite method
Metode berdasarkan penyusutan kelompok
Tabel 1.5 Penyusutan berdasarkan jenis dan kelompok
Aset Harga
Perolehan Nilai Sisa
Yang Dihapuskan
Taksiran Umur
Penyusutan Per Tahun
Peralatan 10.000.000
500.000 9.500.000
5 1.900.000
Mesin 30.000.000
2.000.000 28.000.000
7 4.000.000
Kendaraan 60.000.000
4.000.000 56.000.000
10 5.600.000
Total 100.000.000
6.500.000 93.500.000
- 11.500.000
Metode ini merupakan cara perhitungan penyusutan untuk kelompok aset tetap sekaligus. Metode ini adalah suatu adaptasi
dari metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok aset tetap. Apabila aset tetap yang dimiliki mempunyai umur,
fungsi yang berbeda maka aset tetap ini bisa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk masing-masing fungsi. Penyusutan
dihitung berdasarkan umur rata-rata aset tetap dalam kelompok ini. Dengan metode ini aset tetap yang sejenis dikelompokkan,
Penyusutannya dihitung berdasarkan rata-rata umur seluruh aset.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini besarnya beban penyusutannya adalah hasil kali antara umur aset dengan harga perolehan sekelompok aset tetap
setelah dikurangi dengan nilai sisa.
ii. Metode anuitas annuity method
Metode ini biasanya dipakai untuk analisa investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen. Beban penyusutan dihitung
dengan memakai tabel bunga majemuk. Biaya penyusutan dalam metode ini tidak hanya diperhitungkan dari harga perolehan aset
tetap tersebut tetapi juga termasuk bunga, modal yang terkait. Namun demikian bunga modal yang diperhituangkan dicatat
sebagai pendapatan. Dengan demikian pengurangan terhadap rugi periodik akan sama saja dengan penyusutan yang didasarkan
kepada harga perolehan. Perolehan per tahun =
�� − � � � + �
– �
� − � + �
−�
i
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 10.000.000,- ditaksir dapat dipakai 5 tahun dengan nilai residu Rp. 1.000.000,- harga
modal dipasaran 8 . Penyusutan per tahun = 10.000.000 – 1.000.000 x 1 + 0.08
-5
1 – 1 + 0.08
0.08
-5
= Rp. 2.334.108,-
Universitas Sumatera Utara
Apabila dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut :
Tabel 1.6 Penyusutan metode anuitas
Tahun Biaya
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Pendapatan
Bunga Nilai Buku
10.000.000 1
2.334.108 1.534.108
800.000 9.200.000
2 2.334.109
1.598.108 736.000
7.601.892 3
2.334.110 1.725.956,64
608.151,36 5.875.935,36
4 2.334.111
1.864.033,17 470.074,83
4.011.902,19 5
2.334.112 2.013.155,83
320.952,17 1.000.000
Maka pencatatannya adalah : Biaya penyusutan mesin
2.334.108 Ak.penyusutan mesin
1.534.108 Pendapatan bunga
800.000 iii.
Metode persediaan inventory system Metode ini biasanya dipakai untuk menilai aset tetap yang
kecil atau peralatan. Metode penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aset yang tersedia dengan
perolehan aset tetap selama periode berjalan kemudian dikurangi persediaan akhir aset tetap.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Sebuah peralatan pada awal tahun dibeli dengan harga Rp.
1.500.000,-. Pada akhir tahun peralatan tersebut dinilai sebesar Rp. 1.350.000,-. Maka penyusutannya peralatan adalah sebesar Rp.
150.000,-.
c. Revaluation Penilaian kembali