Akuntansi Aset Tetap dan Perolehan Aset Tetap

Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar, dan lain-lain.

3. Akuntansi Aset Tetap dan Perolehan Aset Tetap

Akuntansi Aset Tetap Permasalahan akuntansi yang terjadi dalam perolehan aset tetap adalah bagaiman aset itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan disini dimaksudkan mulai sejak pembelian, pengangkutan aset, pemasangan sampai aset itu siap untuk dipakai dalam proses produksi. Akuntansi Perolehan aset Tetap Menurut IAI, PSAK 2007:16.2, “Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau, jika diterapkan, jumlah yang didistribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.” Pedoman Akuntansi dalam mencatat harga perolehan adalah catat nilai aset itu sebesar berapa dana yang dikeluarkan untuk memperoleh aset itu yaitu harga pembeliaan aset itu sendiri ditambah biaya-biaya lain seperti biaya komisi, biaya pengangkutan, biaya pemasangan sehingga aset itu dapat dipergunakan dalam kegiatan produksi atau kegiatan perusahaan. Tahap-tahap Perolehan Aset Tetap Universitas Sumatera Utara Menurut Warren, Reeve, Fess 2005:516, biaya yang dikeluarkan untuk aset tetap dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap, antara lain : 1. Tahap pendahuluan 2. Tahap pra-perolehan 3. Tahap perolehan atau konstruksi 4. Tahap pemakaian Tahap pendahuluan terjadi sebelum manajemen yakin akan kemungkinan dilakukannya pembelian aset tetap. Selama tahap ini, perusahaan mungkin akan melakukan studi kelayakan, studi pasar, dan anlisis keuangan untuk menentukan kelayakan perolehan aset tetap. Biaya ini tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap tertentu, sehingga diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan. Pada tahap pra-perolehan, kemungkinan pembelian aset tetap menjadi sangat besar, namun belum terjadi. Biaya yang terjadi dalam tahap ini, seperti biaya survei, penetapan wilayah, dan studi teknis, dapat dikaitkan dengan aset tetap tertentu dan harus diperlakukan sebagai pengeluaran modal. Dalam tahap perolehan atau konstruksi, pembelian telah terjadi atau konstruksi telah dimulai, namun aset tetap tersebut belum siap untuk digunakan. Biaya yang bisa diidentifikasikan langsung dengan aset tetap tertentu selama tahap ini bisa dikapitalisasi dalam akun aset tetap atau akun pekerjaan dalam penyelesaian. Biaya ini didebit ke akun beban administrasi dan umum. Ketika aset tetap siap dimanfaatkan, biaya yang dikapitalisasi harus ditransfer dari akun pekerjaan dalam penyelesaian ke akun aset tetap berkaitan. Dalam tahap pemakaian, aset tetap telah selesai dan siap digunakan. Selama tahap ini, aset tetap harus disusutkan. Sebagai tambahan, aktivitas perbaikan dan pemeliharaan yang normal, berulang, dan periodik sehubungan dengan aset tetap tersebut selama tahap ini harus dicatat ke beban pemeliharaan Universitas Sumatera Utara untuk periode bersangkutan. Biaya yang terjadi untuk memperoleh komponen tambahan atau mengganti komponen yang sudah ada atas aset tetap tersebut harus dikapitalisasi. Menurut IAI, PSAK 2007:16.6, “Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa : Aset Tetap yang Dihibahkan a. Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; dan b. Hibah akan diperoleh” Contoh : Perusahaan menerima bantuan sebidang tanah dan bangunan gedung dari pemerintah. Nilai tanah bangunan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp.3.000.000,- dan Rp.1.000.000,- Maka pencatatannya sebagai berikut : Tanah 3.000.000,- Bangunan 1.000.000,- Modal Donasi 4.000.000,- Aset ini tetap disusutkan sebagaiman aset lainnya.

4. Akuntansi Penggunaan Aset Tetap