14
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk menambah wawasan penulis tentang fungsi dan makna kata wake khususnya dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai
dengan jilid 6 karya Robiko 2.
Sebagai referensi ilmu ketatabahasan bagi institusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang
digunakan penulis
bersifat deskriptif.
Menurut Koentjaraningrat 1976:30 bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu
memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sedangkan menurut Furchan 2004:447 menjelaskan
bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut
dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada
penelitian eksperiman. Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka library research,
yaitu mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai
dengan 6 karya Robiko. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
15 1.
Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan
2. Membaca komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya
Robiko 3.
Mencari dan merangkum kata wake yang terdapat dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko
4. Setelah dianalisis kemudian disusun dalam sebuah laporan
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA,
DAN KEISHIKI MEISHI WAKE
2.1 Fungsi 2.1.1 Pengertian Fungsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia http:kbbi.web.id, fungsi dalam istilah ilmu linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan
sintaksis yang lebih luas seperti nomina berfungsi sebagai subjek; Sedangkan menurut Kridalaksana 2008:67, fungsi adalah: 1 beban
makna suatu kesatuan bahasa; 2 hubungan antara satu satuan dengan unsur- unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; 3
penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; 4 peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; 5 peran sebuah unsur dalam
satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur
– unsur lainnya seperti unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.
2.1.2 Jenis – Jenis Fungsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia http:kbbi.web.id, jenis – jenis
fungsi dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
17 1.
Fungsi Ekspresif Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan
pribadi pembicara. 2.
Fungsi Fatis Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara
pembicara dan pendengar. 3.
Fungsi Kognitif Penggunaan bahasa untuk penalaran akal.
4. Fungsi Komunikatif
Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara penulis dan pendengar pembaca
Sedangkan menurut Pangaribuan 2008:63, fungsi terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1. Fungsi Ideasional
Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan
sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain 2.
Fungsi Interpersonal Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang
direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas ungkapan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
18 3.
Fungsi Tekstual Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui
struktur informasi, kohesi dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.
2.2 Makna 2.2.1 Pengertian Makna
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia http:kbbi.web.id, definisi makna yaitu : 1.
Arti 2.
Maksud pembicara atau penulis; pengertian yg diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan;
Sedangkan menurut Kridalaksana 2008:132, makna adalah: 1 maksud pembicaraan; 2 pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia; 3 hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang
ditunjukkannya; 4 cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari pengertian yang terdapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.
Universitas Sumatera Utara
19
2.2.2 Jenis – Jenis Makna
Menurut Chaer 2009:59, jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu :
a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi
makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna
yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus. Makna leksikalnya adalah
sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat
dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial. Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren,
yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja, dan kursi disebut makna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu
sejenis perabot rumah tangga. Sedangkan kata-kata yang tidak mempunyai refren, maka kata itu disebut kata bermakna non refrensial. Contoh kata karena
dan kata tetapi tidak mempunyai refren. Jadi dapat disimpulkan kata-kata yang termasuk kata penuh seperti meja dan kursi termasuk kata-kata yang bermakna
refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non refrensial.
Universitas Sumatera Utara
20 c.
Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif.
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya.
Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif.
d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan
makna istilah. Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum,
sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan
sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah „pergelangan sampai ke jari-jari‟, sedangkan makna lengan adalah
„pergelangan sampai ke pangkal bahu‟. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan diaggap bersinonim.
e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna
asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya. Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang
yang digunakan oleh suatu masuarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata
merah digunakan sebagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna
Universitas Sumatera Utara
21 idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa bisa berupa kata, frase,
maupun kalimat yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya
frase menjual rumah bermakna „si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang‟, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna „si pembeli
menerima gigi dan penjual menerima uang‟, tetapi bermakna „tertawa keras- keras‟. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna
sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan
dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria
itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya
sama.
2.3 Meishi
2.3.1 Pengertian Meishi
Dilihat dari huruf kanjinya, kata nomina atau meishi, terdiri dari dua huruf kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji
yang dibaca mei, dan na yang berarti nama. Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah, huruf kanji 詞 yang
dibaca shi yang berarti kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi perubahan,
dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat Situmorang, 2007:34.
Universitas Sumatera Utara
22 Sedangkan menurut Sudjianto 1996:34 meishi ialah kata yang
menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi, atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial.
Murakami Motojiro
dalam Sudjianto
dan Dahidi
2004:156 menyimpulkan ciri-ciri meishi sebagai berikut:
1. Merupakan jiritsugo.
2. Tidak mengalami perubahan bentuk konjugasi.
3. Dapat membentuk bunsetsu dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni,
dan sebagainya. 4.
Dapat menjadi subjek. 5.
Disebut juga taigen sebagai lawan yoogen. 6.
Dilihat dari sudut pandang artinya dapat dibagi menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi.
2.3.2 Jenis – Jenis Meishi
Pembagian meishi berdasarkan jenisnya menurut Situmorang 2007:34 terbagi atas empat jenis, yaitu
1. 普通 Futsu meishi = kata nama biasa
Contoh : 人 hito = orang
犬 inu = anjing 水 mizu = air
Universitas Sumatera Utara
23 2.
固 詞 koyuu meishi = kata nama terbatas
Dibagi dua macam : a.
Nama daerah atau tempat Misalnya : Medan, Tokyo.
b. Nama orang
Misalnya : Suzuki, Ali, dsb. 3.
数詞 Sushi = kata jumlah Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai
1. Bacaan China, yaitu :
Ichi = Satu Roku = Enam
Ni = Dua Shici nana = Tujuh
San = Tiga Hachi = Delapan
Shi = Empat Kyu = Sembilan
Go = Lima Juu = Sepuluh
2. Bacaan asli bahasa Jepang yaitu :
Hito + tsu = satu buah Mu + tsu = eman buah
Futa + tsu = dua buah Nana + tsu = tujuh buah
Mi + tsu = tiga buah Ya + tsu = delapan buah
Yo + tsu = empat buah Kokono + tsu = sembilan buah
Itsu + tsu = lima buah Too = sepuluh buah
3. Joshushi kata bantu bilangan dalam bahasa Jepang ada dikenal
bermacam-macam tergantung pada bendanya. 一匹 : ippiki, nihiki = satu ekor, dua ekor
Universitas Sumatera Utara
24 Kata keterangan bilangan yang dipergunakan untuk ikan.
一人 : hitori, futari = satu orang, dua orang Keterangan bilangan untuk manusia.
一 : hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah
Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dsb.
一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah
bangunan ataupun rumah. 一
: ichidai, nidai = sebuah mesin mobil Keterangan bilangan ini biasanya untuk menghitung jumlah mobil.
一羽 : ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah
bilangan bersayap seperti burung, ayam, dsb. 一個 : ikko, niko = seekor, dua ekor
Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.
一枚 : ichimai, nimai = selembar, dua lembar Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung
jumlah lembar kertas, seng, dsb. 一冊 : issatsu, nissatsu = satu jilid, dua jilid
Universitas Sumatera Utara
25 Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung
jumlah buku, pakaian, dsb. 一度 : ichido, nido = satu kali, dua kali.
Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan frekuensi melakukan pekerjaan kata kerja .
4. 代 詞 daimeishi = kata ganti nama
a. Kata ganti penunjuk pertama 一人称
Contoh : Watakushi, watashi, atashi, boku, ore,jibun, wagahai, tamae.
b. Kata ganti penunjuk kedua 人称
Contoh : Anata, anta, omae, dsb.
c. Kata ganti penunjuk ketiga 人称
Contoh : Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.
Menurut Sudjianto 2004:38 meishi dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : 1.
Futsu meishi Futsu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam
jenis meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut. a.
gutaitekina mono 具体的 物 “nomina konkret” gakkou 学校
“sekolah” umi 海
“laut”
Universitas Sumatera Utara
26 rajio ラ
“radio” b.
chuushoutekina mono 抽象的 物 “nomina abstrak” shiawase
幸 “kebahagiaan”
kimochi 気持
“perasaan” jikan
時間 “waktu”
c. ichi ya hougaku o shimesu mono “nomina yang menyatakan letak
kedudukan dan arah jurusan ”.
mae 前
“depan” migi
右 “kanan”
minami “selatan”
d. settogo ya setsubigo no tsuita mono “nomina yang disisipi prefiks atau
sufiks ”
gohan “nasi”
okane 金
“uang” otsukisama
様 “bulan”
e. fukugou meishi atau fukugougo
複 詞
複 語
“nomina majemuk
” 朝 asa + 日 hi → asahi
“matahari pagi” 安 yasu + 売 uri → yasuuri
“obral” 近 chika +
michi → chikamichi “jalan pintas, jalan terdekat”
Universitas Sumatera Utara
27 f.
hoka no hinshi kara tenjita mono “nomina yang berasal dari kelas kata lain
”. Verba hikaru hikari sinar, cahaya
Verba hanasu hanashi cerita, pembicaraan Adjektiva-i kanashii kanashimi kesedihan
2. Koyuu meishi
Dalam kelompok futsu meishi misalnya kita mengenal kuni 国 “Negara”.
Disekian banyak negara kita mengenal nama negara seperti Amerika, Jepang, Indonesia, dan sebagainya. Kata-kata yang menyatakan nama-nama negara seperti
itulah yang disebut koyuu meishi. 3.
Suushi Suushi ialah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau
kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia. Kata-kata yang termasuk suushi antara lain :
a. suuryou no meishi nomina yang menyatakan jumlah atau kuantitas
1. honsuushi numeralia pokok, diantaranya :
一 ichi satu ni dua
san tiga 四 yon shi empat
2. honsuushi + josuushi numeralia pokok + kata bantu bilangan,
diantaranya : 人 sannin tiga orang
Universitas Sumatera Utara
28 五本 gohon lima batang
四枚 yonmai empat lembar 冊 nisatsu dua jilid buku
b. junjo no suushi numeralia tingkat, diantaranya :
一番 ichiban nomor satu 第五回目 daigokaime yang kelima kalinya
第 daisan yang ketiga
4. Daimeishi Daimeishi ialah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau
arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina.
5. Keishiki Meishi Menurut Uehara Takeshi dalan Sudjianto 2004:54 menyatakan bahwa
keishiki meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata itu tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai kata yang
lain. Contohnya : Toori: Sebagaimana, seperti
Iu tori ni ugoku. Tokoro: waktu, hal, sedang, sesuatu
Ima shita tokoro desu. Toki: pada waktu, ketika,saat.
Uchi o deru toki ni wa hareta imashita. Wake: sebab, arti, alasan
Universitas Sumatera Utara
29 Anna futotta hito ni tenisu ga dekiru wake ga nai
2.4 Keishiki Meishi Wake
2.4.1 Pengertian Keishiki Meishi
Bunkacho 1980:10 memberikan penjelasan mengenai pengertian keishiki meishi sebagai berikut:
形式 詞
具体的 意味
表 い語
い 意
味 修即語
い 用い
語 Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de,
itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu.
“Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata
keterangan yang mempunyai arti.” Sedangkan Terada dalam Sudjianto Dahidi 2004:160 menyatakan
bahwa keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.
2.4.2 Jenis – Jenis Keishiki Meishi
Nagara., et,al 1987 membagi keishiki meishi menjadi 43 jenis. Pembagian tersebut antara lain: aidaaida ni, atari, ueue niue de, uchiuchi
niuchi deuchi wa, okioki ni, oriori ni, kata, gachigachi nigachi na, kuse ni, gurai kurai, koto, shidai, jou, sei, sousou na, dake, tabi ni, tametame ni, dan,
tsumi, tei, ten, tooti, tokitoki ni, tokoro, nagara, nadonante nanzo, no, hazu,
Universitas Sumatera Utara
30 bakari, fushi, bun, hou, hodo, ma, mamamama nimama de, mitai, muki, mono,
yueyue ni, youyou niyou na, yoshi, wake.
2.4.3 Fungsi dan Makna Keishiki Meishi Wake
Nagara 1987:127-129 menjelaskan bahwa kata wake memiliki bermacam-macam fungsi dan makna. Berikut fungsi dan makna kata wake dalam
kalimat dalam bahasa Jepang. 1.
Menunjukkan kepantasan atau kewajaran Cara pemakaian:
Kata Sifat ina kamuslampau + wake Kata Kerja kamuslampaute iru + wake
Arti: “hal yang patutsudah selayaknya”, dapat diganti dengan hazu. Contoh:
昨日習 良
出来 わ
Kinou naratta bakari desu kara, yoku dekiru wake desu.
Karena kemarin baru saja belajar, wajar kalau bisa dengan baik. 2.
Menunjukkan kemungkinan suatu keputusan Cara pemakaian:
Kata Sifat ina kamuslampau + wake ga nai Kata Kerja kamuslampaute iru + wake ga nai
Arti: keadaan terjadinya suatu kemungkinan yang sama sekali tidak ada, dapat diganti dengan hazu wa nai.
Universitas Sumatera Utara
31 Contoh:
計画 仕
成功 わ
Sonna keikaku de wa kono shigoto ga seikousuru wake ga nakatta. Dengan rencana seperti itu pekerjaan ini tidak mungkin berhasil.
3. Menunjukkan penegasan
Cara pemakaian: Kata Sifat ina kamuslampau + wake de wa nai
Kata Kerja kamuslampaute iru + wake de wa nai Arti: sanggahan
Contoh: あ
一人 悪い
い わ
あ Anata hitori ga warui to iu wake de wa arimasen.
Bukan berarti kamu sendiri yang buruk 4.
Menunjukkan ketidakmungkinan Cara pemakaian:
Kata Kerja kamuslampaute iru + wake ni wa ikanai Arti:
“tidak bisa” Contoh:
今日 忙
い 遊
い わ
い い
Kyou wa isogashii no de, asonde iru wake ni wa ikanai. Karena hari ini sibuk, tidak bisa bermain.
Universitas Sumatera Utara
32 5.
Menunjukkan kewajiban Cara pemakaian:
Kata kerja negatif kamuslampaute iru + wake ni wa ikanai Arti:
“harus”, sama dengan shinakereba ikenai Contoh:
友 忙
い 手伝わ
いわ い
Tomodachi ga isogashii no ni tetsudawanai wake ni wa ikimasen deshita
Karena teman sibuk, harus membantu.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA
WAKE DALAM KOMIK “TONARI NO KAIBUTSU-KUN” KARYA ROBIKO
3.1 Wake yang menunjukkan kepantasan akan pernyataan yang
diungkapkan sebelumnya Cuplikan 1 :
一 前 彼
級生 3 人 病院送 現場
今 凄惨
件 爪痕
残 い
彼 登校1日目
停 学
わ 私
い Hitotsuki mae kare ga joukyuusei 3 nin wo byouin okuri ni shita genba ni wa ima
mo nao seisan na jiken no tsumeato ga nokotte iru kukkirito Kakushite kare wa
toukou 1 nichi me ni shite teigaku to natta wake daga, watashi ni wa dou demo
yoi koto datta. “Satu bulan yang lalu, dia mengirimkan 3 orang murid kelas atas ke rumah sakit,
di lokasi kejadian sekarang pun masih tersisa bekas dari kejadian yang
mengerikan dengan jelas Jadi saat hari pertama masuk sekolah, pantas dia
diberhentikan dari sekolah, tetapi bagi saya bagaimanapun tidak ada hubungannya.
” “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1, 2009:10
Analisis: Dari kalimat diatas kata wake yang ditambah dengan kopula da akan
membentuk wake da. Wake da menunjukkan suatu keadaan yang wajar terjadi.
Universitas Sumatera Utara
34 Kewajaran ini terjadi karena adanya hubungan sebab akibat antara kalimat
sebelumnya dengan kalimat sesudahnya, sehingga dapat diterjemahkan menjadi “wajar” atau “pantas”. Misalnya pada contoh cuplikan percakapan di atas, dapat
diketahui dari situasi percakapan dimana Shizuku menceritakan kejadian yang terjadi sebulan yang lalu, ketika Haru memukul 3 kakak kelas dan bekas kejadian
itu masih ada, karena perbuatannya, Haru sudah sepantasnya mendapat skors oleh pihak sekolah karena telah membuat keributan saat hari pertama masuk sekolah.
Haru yang menyebabkan keributan di sekolah merupakan alasan atau sebab, sedangkan dia mendapat skors merupakan akibat.
Berdasarkan kalimat di atas pemakaian kata wake ditambah dengan kopula „da‟ sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh Nagara 1987:127 bahwa
pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi.
Cuplikan 2 :
Mitsuyoshi : あ
夏目 腹
立 わ
? ン
ン怒 い
い
Maa demo Natsume chan wa hara wo tateta wake desho? Ban ban
okorya ii janai no
“Yah, tapi wajar kan Natsume marah? Tidak apa-apa marah
meledak-ledak ”
…女 子
士 一度ケン
終わ 夏目あ
子終了 知
Universitas Sumatera Utara
35 …Onna no ko doushi wa ichido kenkashitara owarinandesuyo.
Natsume Asako shuuryou no oshirase desuyo “…Pertemanan perempuan itu setelah bertengkar sekali, akan
selesai kan. Ini pemberitahuan yang terak hir loh Natsume Asako”
Natsume : …一度嫌わ
... Ichido kirawarechattara…
“Kalau sekali dibenci…” “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 3, 2009:135
Analisis : Dari kalimat di atas kata wake berfungsi untuk menunjukkan suatu
kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya dan bermakna “wajar”. Hal ini dapat diketahui dari situasi kalimatnya dimana Natsume marah
dan sedih karena Mizutani yang memarahinya. Mizutani berkata sebelumnya bahwa Natsume tidak ada hubungan dengan masalahnya jadi dia tidak perlu ikut
campur. Kemudian Mitsuyoshi Micchan melihat Natsume yang sedang sedih dan ia mengatakan wajar kalau Natsume marah dan itu tidak apa-apa.
„Hara o tateta wake deshou?
‟ memiliki makna wajar kalau dia marah karena telah dimarahi seperti itu oleh temannya.
Berdasarkan kalimat di atas pemakaian kata wake ditambah dengan kopula „da‟ sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh Nagara 1987:127 bahwa
pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi.
Universitas Sumatera Utara
36
Cuplikan 3 :
Kyoko : キ
先日中学 学
今日 い
い 乱闘騒
? Kimi wa senjitsu chuugaku ni shingakushita hazu dakedo, kyou wa
ittai doushite rantou sawagi nante okoshitano? “Kemarin seharusnya kamu masuk SMP, tapi hari ini sebenarnya
kenapa membuat keributan peperangan? ”
Haru : …あい
悪い 俺
見 嫌
目 見
...aitsura ga waruinda. Ore o miru kara, iya na me de miru kara “Mereka yang salah. Karena melihat saya, karena melihat saya
dengan mata yang tidak menyenangkan” Kyoko
: キ
一種 防衛
応 わ
今日 聞い
キ 最初
攻撃 相手
い キ
親 い
子 彼
立 続
必要 あ
? キ
今泣い い
?
Sou. Kimi ni totte wa isshu no bouei hannou datta wake ne
Demo kyou kiita tokoro ni yoru to kimi ga saisho ni kougekishita aite wa zuibun kimi ni shinsetsu ni shite kurete ita ko datta sou
dakedo
Universitas Sumatera Utara
37 Doushite sono kare wo tatenaku naru made naguri tsuzukeru
hitsuyou ga atta no kashira? Soshite doushite kimi wa ima naite iru no?
“Begitu. Wajar bagi kamu ini merupakan sejenis balasan
pertahanan Tapi hari ini menurut yang saya telah dengar, lawan yang pertama
kali diserang oleh kamu kelihatannya merupakan anak yang cukup penting untuk mu
Kenapa perlu terus memukul sampai mereka menjadi marah? Lalu kenapa kamu sekarang menangis?”
“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 5, 2010:63 Analisis :
Fungsi kata wake pada cuplikan di atas menunjukkan suatu kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya
dan bermakna “wajar”. Hal ini terlihat dalam situasi di atas ketika Kyoko, bibinya Haru memarahi Haru karena
bertengkar di sekolah. Tetapi bibinya masih bingung kenapa Haru memukul mereka yang merupakan teman dekatnya sendiri. Haru mengatakan bahwa mereka
melihat Haru dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Bibi Kyoko pun kemudian mengerti dengan perasaan Haru dan mengatakan wajar saja Haru
memukul mereka, tapi yang masih bibi Haru tidak mengerti, kenapa Haru sengaja terus memukul mereka sampai mereka marah dan memukul Haru kembali, dan
juga kenapa Haru menangis. Kewajaran atau kepantasan Haru memukul mereka
Universitas Sumatera Utara
38 adalah karena Haru dipandang dengan mata yang tidak enak. Inilah yang
menyebabkan terjadinya pertengkaran. Penggunaan fungsi dan makna kata wake pada cuplikan di atas sudah
sesuai dengan pendapat dari Nagara 1987:127 bahwa pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi dan
dapat bermakna “wajar”.
Cuplikan 4
Yamaguchi : … ン
ン ?
…barentain ga nan datte? “…Apa itu valentine?”
Haru : !?
… ョコ
!? !?全部!?
? oomae… kore choco ka? Moratta no ka? Zenbu? “? Kamu… Ini coklat ya? Apa kamu menerimanya? Semuanya?”
Yamaguchi : 毎年 10 コ
今日あ 7コ
Maa na ore to mo naru to maitoshi 10 ko wa kudaranee Kyou ato 7 ko wa morau
“Yaa, saya setiap tahun 10 buah tak berguna Hari ini sisa 7 buah lagi akan saya terima”
Haru : 畜生!!
悔 い気持
...!! Chikushou nanda kono kuyashii kimochi wa...
“Sial Kenapa dengan perasaan jengkel ini…”
Universitas Sumatera Utara
39 Yamaguchi :
ン ン語
100 年 …
今 水谷サン
ョコ い
行 わ ?
ore ni barentain katarou nanza 100 nen haee yo
...de? ima kara Mizutani san ni choco morai ni iku wake?
“Lebih cepat 100 tahun untuk mengajak cerita valentine sama saya
…Jadi? Sekarang pantas kamu akan pergi mengambil coklat pada
Mizutani?” “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 6, 2010:89
Analisis : Fungsi kata wake pada cuplikan di atas menunjukkan suatu kepantasan
akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya dan bermakna “wajar”. Hal ini
terlihat dalam konteks percakapan di atas ketika Haru yang iri dengan coklat yang diterima oleh Yamaguchi. Karena Yamaguchi cukup populer di kalangan para
siswa, sedangkan dirinya belum mendapatkan satu pun coklat, dan Haru masih menunggu Mizutani untuk memberikannya. Yamaguchi yang juga menyukai
Mizutani sengaja membuat iri Haru dengan coklat yang dimilikinya, dan kemudian ia mengakhiri pembicaraan dengan bertanya
„...de? ima kara Mizutani
san ni choco morai ni iku wake?
‟ yang berarti “…jadi? Sekarang apakah kamu akan ke tempat Mizutani untuk pergi menerima coklat”. Makna dari kata wake
pada kalimat tersebut sebenarnya adalah “wajar” seperti pendapat Nagara tetapi penulis tidak menulis maknanya tersebut karena sudah mengandung makna
kewajaran yang tersirat dalam kalimatnya.
Universitas Sumatera Utara
40 Yamaguchi yang membuat iri dengan coklatnya karena itulah yang
menyebabkan Haru juga pergi ke tempat Mizutani untuk mengambil coklat. Hubungan sebab-akibat ini timbul akibat Yamaguchi yang membuat iri dan
mengakibatkan Haru pergi menemui Mizutani. Berdasarkan keterangan di atas penggunaan kata wake sudah sesuai
dengan yang dikatakan oleh Nagara 1987:127.
3.2 Wake yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian sama sekali tidak ada