stroma normal endometrium dan endometrium ektopik, serta neoplasma stroma endometrium dan adenomyosis.
4
2.3.1. Diagnosis stroma endometrium
CD 10
belakangan ini
sering digunakan
sebagai marker
imunohistokimia bagi tumor stroma endometrium. Tumor stroma endometrial yang bermetastase ke ovarium dan sarcoma stroma
endometrioid primer dapat menunjukkan gambaran histology yang berdekatan dengan tumor stroma murni atau pun tumor stroma sex
cord SCST. Pada genital wanita, Imai dkk pertama kali
mendeskripsikan ekspresi positif CD10 pada sel stroma endometrium pada kasus endometriosis dan adenomyosis, juga pada sel desidua,
dan hal ini telah dikonfirmasi oleh peneliti lainnya.
26,27
Oliva E 2007 meneliti untuk memastikan peranan dan kegunaan dari
ekspresi CD10 dalam pembedaan kasus tumor stromal murni dan SCST ovarium.
7,26,27
McCluggage 2009 dalam penelitiannya terhadap tumor stroma
endometrium menyatakan bahwa kadang-kadang gambaran morfologi tumor tersebut sangat mirip dengan otot polos uterus dan juga
sebagian tumor sex cord- stroma. Ia menemukan bahwa CD 10 tertampil dengan persentase yang tinggi pada tumor stroma
endometrium, sedangkan pada leiomyosarcoma hanya 6 persen.
5,29
Universitas Sumatera Utara
Berkenaan dengan kegunaannya sebagai modalitas diagnostik, Neves dan Soares 2010
juga merekomendasikan agar CD10 dipakai dalam panel pewarnaan imunohistokimia sehingga untuk sarcoma stroma
endometrium dan karsinoma sel renal.
28
Kriteria diagnosis
HE memerlukan
identifikasi dari
kelenjar endometrium dan stroma. Pewarnaan positif CD10 berarti dijumpainya
stroma endometrium dan dianggap konsisten dengan diagnosis endometriosis.
4
Ketika IHC CD10 dinyatakan positif, seorang patologis dapat memeriksa
ulang slide
HE yang
bersangkutan, sehingga
berkesempatan untuk merevisi diagnosis yang tadinya hanya didasarkan pada morfologi kelenjar dan stroma endometrium.
4
Penelitian terkini mendeteksi sejumlah kecil negatif palsu pada pemeriksaan endometriosis berbasis HE. Penambahan IHC CD10
meningkatkan deteksi histologi dari 35 menjadi 45, sehingga menghasilkan diagnosis baru endometriosis pada 3 dari 12 wanita yang
tadinya dinyatakan negatif berdasar pewarnaan HE.
4,30
Penelitian Potlog-Nahari 2004 menunjukkan bawa penggunakan
CD10 secara bersamaan degan HE meningkatkan sensitivitas diagnostik endometriosis dibandingkan dengan pewarnaan HE saja.
Karena IHC CD10 dapat mengkonfirmasi semua diagnosis positif endometriosis yang telah ditetapkan dengan pewarnaan HE, mereka
Universitas Sumatera Utara
merekomendasikan penggunaan IHC CD10 digunakan hanya pada kasus-kasus negatif HE pada semua spesimen pada seorang wanita,
sehingga dapat menekan biaya. Pewarnaaan CD 10 juga dapat memperbaiki akurasi diagnostik untuk kasus endometriosis ringan,
yang juga sangat penting dalam menentukan terapi paling tepat.
4,30
Gambar 2.1. A Pewarnaan HE biopsi cul-de-sac dengan sangkaan
endometriosis. B Imunohistokimia CD10 mengkonfirmasi diagnosis endometriosis, terlihat positif pada sel-sel stroma endometrium
bukan pada kelenjar diambil dari kepustakaan no.4.
Dalam penelitian lain dimana dicurigai adanya endometriosis namun stroma tidak jelas dijumpai, 17 dari 20 biopsi dinyatakan diagnosis
endometriosis setelah pewarnaan CD10. Secara kontras dari 70 lesi negatif yang dievaluasi dengan menggunakan imunohistokimia CD10,
hanya 15 yang memang mempunyai endometriosis. Bila disimpulkan, maka penelitian ini menunjukkan bawa terdapat variabilitas di antara
ahli patologi dalam mendiagnosa endometriosis dari pewarnaan HE A
B
Universitas Sumatera Utara
dan pewarnaan CD 10 terbukti sangat berguna dalam kasus-kasus yang meragukan secara morfologi histologi.
4,30
Wanita yang salah didiagnosis menderita endometriosis dapat mendapat terapi yang tidak semestinya diterima, yang tentunya
mempunyai resiko dan efek samping pula. Demikian pula dengan wanita yang tidak terdiagnosa dengan benar, justru akan luput dari
terapi yang semestinya diberikan. Oleh karena itu diperlukan standar baku dalam penegakan endometriosis. Diagnosis klinis saat
pembedahan mempunyai tingkat positif palsu dan negatif palsu, dimana kasus yang ringan, kasus atipik atau lesi endometriosis dalam
dapat terlewatkan.
4,30
Secara kontras, pemeriksaan histologi kasus dengan sangkaan endometriosis memiliki tingkat positif palsu yang sangat rendah namun
dapat secara tidak sengaja menganggap seorang wanita bebas dari
penyakit ini. Walter dkk gagal mengkonfirmasi secara histologi
diagnosis pembedahan endometriosis minimal pada 32 dari 37 wanita. Hal ini dapat merupakan diagnosis pembedahan yang positif
palsu atau hanya merepresentasikan kegagalan deteksi histologi.
4,30
Beberapa patologis dapat mendiagnosa specimen yang diduga endometriosis dengan hanya bertumpu pada ditemukannya makrofag
laden hemosiderin, kelenjar endometrium atau stroma endometrium, sedangkan yang lain memerlukan ditemukannya baik kelenjar dan
Universitas Sumatera Utara
stroma endometrium secara bersamaan untuk menegakkan diagnosa. Oleh karena itu, diagnosis endometriosis juga memiliki problem lainnya
yaitu sangat rendahnya reprodusibilitas interobserver terutama bila patologis tidak menggunakan kriteria diagnostik yang sama.
4,30
Penelitian ini menunjukkan bawah penggunaan imunohistokimia CD10 bersamaan dengan pewarnaan HE dapat meningkatkan deteksi
histologi endometriosis. Beberapa penelitain mengindikasikan bawa CD10 merupakan marker sensitive untuk stroma endometrium ektopik
dan neoplasma stroma endometrium. Dalam penelitian terhadap 25 biopsi,
22 kasus
dinyatakan positif
endometriosis dengan
menggunakan HE dan 22 positif CD10. Hanya satu dari tiga kasus negatif HE ternyata positif imunohistokimia CD10 nya.
4,30
Dalam seri penelitian dari rumah sakit terkenal seperti Mayo Clinic, NIH, Bethesda, Maryland dan Chicago, ditemukan lebih sepertiga
biopsi endometriosis yang diambil saat pembedahan menunjukkan hasil negatif dengan pewarnaan HE dengan tingkat negativitas yang
lebih tinggi untuk penyakit endometriosis derajat ringan; 60 pada derajat I minimal , 30 pada derajat II dan III endometriosis ringan-
moderat dan 0 pada derajat IV endometriosis berat.
31,32
Groisman dan Meir dalam empat penelitian retrospektif mempelajari
20 kasus endometriosis yang secara histologi dianggap ekuifokal, ‘mencurigakan’, mengarah atau sesuai dengan dugaan klinis, dan
Universitas Sumatera Utara
menemukan bahwa 85 positif dengan pewarnaan IHC CD10, yang
langsung mengkonfirmasi diagnosis endometriosis. Potlog –Nahari
dkk 2004 menggunakan imunohistokimia CD10 pada 31 wanita
dengan nyeri pelvis kronik, dan berhasil melipatduakan ketajaman diagnostik endometriosis derajat I.
31,32
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsepsional