2.1.7. Endometriosis dan infertilitas
Endometriosis sering dikaitkan dengan infertilitas pada wanita. Hal ini terutama sangat nyata bila endometriosis menyebabkan proses adhesi
atau perlengketan tuba fallopi dan atau adhesi ovarium . Sedangkan endometriosis derajat ringan tidak memiliki hubungan yang jelas
dengan kejadian infertilitas. Oleh karena itu terapi endometriosis ringan untuk kasus infertilitas sering menjadi dilema. Dalam beberapa
penelitian di Kanada, angka harapan kehamilan untuk endometriosis ringan dalam 5 tahunan mencapai 90. Pada grup yang mendapatkan
terapi, angka kehamilan mencapai 48 sedangkan bila tidak diterapi 35.
19
Endometriosis sedang dan berat dengan atau tanpa adhesi harus ditangani dengan pembedahan, terutama untuk endometrioma 2cm
atau adanya perlengketan hebat. Fungsi pembedahan adalah untuk mengembalikan posisi anatomis yang baik. Kehamilan umumnya paling
sering terjadi dalam 2 tahun paska pembedahan. Untuk penanganan nyeri menstruasi karena endometriosis dapat dilakukan presakral
neurectomy dan pemberian terapi medikamentosa paska operasi. Pembedahan radikal seperti histerektomi dan ooforektomi juga dapat
dilakukan untuk pasien yang tidak menginginkan keturunan lagi.
19
Angka kekambuhan endometriosis dalam 5 tahun paska pembedahan mencapai 20; pada pasien dengan konservasi ovarium terdapat 6 kali
pengingkatan resiko kekambuhan dibandingkan dengan pasien yang dilakukan ooforektomi.
19
Universitas Sumatera Utara
Terapi medikamentosa diberikan untuk penanganan nyeri menstruasi dismenorea, nyeri saat berhubungan badan dispareunia dan nyeri
rongga pelvis. Terapi medikamentosa tidak berguna dalam
penanganan infertilitas.
19
Beberapa opsi pemilihan medikamentosa untuk kasus endometriosis adalah sebagai berikut :
19
1. Pil KB yang diberikan continue. Bertujuan untuk menekan laju endometriosis dengan proses desidualisasi sel dan inaktifasi
kelenjar endometriosis. Angka kehamilan setelah terapi ini dihentikan bisa mencapai 40-50. Pemberian pil KB hanya
merupakan terapi supresif namun tidak kuratif. 2. Danazol
Danazol merupakan derivat isozazole dari etinil testosterone. Terapi dengan danazol menciptakan lingkungan tinggi androgen
– rendah estrogen yang akan mencetuskan keadaan amenorea. Oleh
karena itu 80 pasien pengguna danazol dapat mengalami efek samping berupa pengecilan ukuran payudara, bertambahnya
jerawat, hirsustisme, perubahan suara, vaginitis atrofik dan hot flushes. Danazol diberikan dengan dosis 2x 400 mg atau 4 x 200
mg . Bila diberikan dengan dosis lebih rendah, efektifitas terapi ini tidak tercapai. Angka kekambuhan setelah 1 tahun pemakaian
danazol mencapai 30.
Universitas Sumatera Utara
3. Progestin Progestin dapat diberikan dalam bentuk oral atau intramuskuler
medroxyprogesterone acetat. Dosis oral adalah 30 mg per hari. Progestin bekerja dengan menekan sekresi LH hingga tercapai
keadaan hipoestrogen. Terapi ini cukup efektif untuk menekan nyeri tapi tidak berguna dalam penanganan infertilitas. Efek
samping pemberian progestin mencakup kehilangan masa tulang, kenaikan berat badan, retensi cairan, perdarahan bercak dan
depresi. 4. GnRH agonist mempunyai efektifitas yang sebanding dengan
danazol atau progestin. Pemberian GnRH agonist merupakan terapi supresif tapi tidak kuratif, dan tidak bermanfaat untuk
perbaikan fertilitas. GnRH diberikan dalam bentuk suntikan sebulan sekali untuk durasi 6 bulan.
19
2.2. Kista ovarium hemorhagis