51
4.2.2 Kinerja MIMO-OFDM tanpa Menggunakan Modulasi Adaptif
Pada bagian ini akan disimulasikan semua model sistem, tetapi tidak menerapkan modulasi adaptif. Pada bagian ini akan dilihat bagaimana unjuk kinerja
BER dari ketiga model sistem dengan menggunakan jenis modulasi yang berbeda.
4.2.2.1 Perbandingan Kinerja Konfigurasi MIMO-OFDM dengan Modulasi 64- QAM
Pada bagian dilakukan perbandingan kinerja dari MISO-OFDM, MIMO 2x2- OFDM, dan MIMO 2x4-OFDM dengan menggunakan modulasi 64-QAM. Adapun
data yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perbandingan SNR vs BER MIMO-OFDM dengan Modulasi 64-QAM
SNR dB Nilai BER
MISO 2x1-OFDM MIMO 2x2-OFDM MIMO 2x4-OFDM
0.3704 0.2942
0.2044 2
0.3502 0.2752
0.1576 4
0.3208 0.2385
0.1014 6
0.3006 0.1993
0.0548 8
0.2755 0.1540
0.0240 10
0.2384 0.0840
0.0118 12
0.1690 0.0692
0.0021 14
0.1306 0.0236
0.0001 16
0.1033 0.0099
18 0.0540
0.0031 20
0.0214 0.0007
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai BER MIMO 2x4 –OFDM selalu lebih kecil
dibandingkan dengan nilai BER MIMO 2x2-OFDM dan MISO 2x1-OFDM pada setiap nilai SNR. Pada saat nilai SNR=16 dB, MISO 2x1
–OFDM, dan MIMO 2x2-
Universitas Sumatera Utara
52
OFDM masih memiliki nilai
error
, sedangkan MIMO 2x4-OFDM tidak lagi memiliki
error.
Hasil simulasi dalam bentuk grafik ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Perbandingan SNR vs BER MIMO-OFDM dengan 64-QAM
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa untuk mencapai nilai BER ≤ 10
-3
, maka MIMO 2x4-OFDM membutuhkan
SNR ≥ 13 dB, MIMO 2x2-OFDM membutuhkan SNR ≥ 19 dB, MISO 2x1-OFDM belum mencapai target BER 10
-3
sampai SNR =20 dB. Jadi dengan target BER
≤ 10
-3
, maka MIMO 2x4 -OFDM dengan modulasi 64- QAM membutuhkan SNR yang lebih kecil dibandingkan dengan MISO 2x1-OFDM
dan MIMO 2x2-OFDM .
4.2.2.2 Perbandingan Kinerja Konfigurasi MIMO-OFDM dengan Modulasi 16- QAM
Pada bagian ini dilakukan simulasi untuk membandingkan kinerja dari MISO-OFDM, MIMO 2x2-OFDM, dan MIMO 2x4-OFDM dengan menggunakan
modulasi 16-QAM. Data hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel 4.4. Pada Tabel dapat dilihat bahwa dengan Modulasi 16-QAM terjadi penurunan nilai BER apabila
dibandingkan dengan konfigurasi antena MIMO dengan modulasi 64-QAM pada Tabel 4.3. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa MIMO 2x4-OFDM tidak lagi memiliki
Universitas Sumatera Utara
53 error
pada saat SNR ≥ 10, MIMO 2x2-OFDM tidak memiliki
error
pada saat SNR ≥ 18 dB. Sementara MISO 2x1-OFDM masih memiliki
error
hingga pada saat SNR = 20 dB. Hasil simulasi dalam bentuk grafik ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Tabel 4.4 Perbandingan SNR vs BER MIMO-OFDM dengan Modulasi 16-QAM
SNR dB Nilai BER
MISO 2x1-OFDM MIMO 2x2-OFDM MIMO 2x4-OFDM 0.3199
0.1932 0.0580
2 0.2697
0.1523 0.0210
4 0.2338
0.1277 0.0115
6 0.1936
0.0577 0.0020
8 0.1347
0.0273 0.0001
10 0.1150
0.0129 12
0.0566 0.0027
14 0.0417
0.0003 16
0.0195 0.0001
18 0.0015
20 0.0005
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 4.3 Perbandingan SNR vs BER MIMO-OFDM dengan 16-QAM
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan bahwa untuk mencapai nilai BER ≤ 10
-3
, maka MISO
2x1- OFDM membutuhkan nilai SNR≥19dB, MIMO 2x2-OFDM
membutuhkan SNR ≥ 11 dB, dan MIMO 2x4-OFDM membutuhkan nilai SNR ≥ 6,5 dB. Jadi MIMO 2x4-OFDM memberikan perbaikan nilai BER dibandingkan model
sistem lainnya. Selain itu pada bagian ini, terjadi penurunan nilai SNR yang dibutuhkan dibandingkan dengan sistem MIMO-OFDM dengan modulasi 64-QAM
untuk mencapai BER ≤ 10
-3
.
4.2.2.3 Perbandingan Kinerja Konfigurasi MIMO-OFDM dengan Modulasi QPSK