Umum Modulasi Adaptif Perhitungan BER

32

BAB III MODEL SISTEM MIMO-OFDM PADA LTE DALAM ARAH

DOWNLINK

3.1 Umum

Pada Tugas Akhir ini akan disimulasikan sistem MIMO-OFDM pada LTE dalam arah downlink . Adapun sistem MIMO yang disimulasikan menggunakan teknik transmit diversity sehingga didapatkan perbandingan kinerjanya dilihat dari bit error rate . Selain itu pada simulasi ini juga akan digunakan teknik modulasi adaptif yang dapat memilih jenis modulasi sesuai dengan kondisi link radio. Adapun tipe modulasi yang digunakan adalah QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Kanal yang digunakan adalah kanal AWGN dan kanal MIMO berdistribusi rayleigh .

3.2 Model Sistem

Model sistem yang disimulasikan terdiri atas 3 model, yaitu MISO 2x1- OFDM, MIMO 2x2-OFDM dan MIMO 2x4-OFDM, dimana dilakukan penambahan jumlah antenna di bagian pengirim. Ketiga model sistem yang disimulasikan ditunjukkan pada Gambar 3.1 a b Universitas Sumatera Utara 33 c Gambar 3.1 Model sistem yang disimulasikan a MISO 2x1-OFDM b MIMO 2x2-OFDM c MIMO 2x4-OFDM

3.2.1 Bagian Pengirim

Adapun model bagian pengirim MIMO-OFDM pada LTE dalam arah downlink pada simulasi ini terdiri atas beberapa blok, yaitu modulation mapper , layer mapper , precoding , OFDM modulator , dan menggunakan dua antena pengirim seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

3.2.1.1 Modulation Mapper

Setiap data input biner bi akan dimodulasi oleh mode modulasi, yaitu QPSK,16-QAM, dan 64 QAM yang menghasilkan blok simbol bernilai kompleks 1 ,..., q symb  M d d q q . Modulation mapper mengubah digit biner 0 atau 1 mejadi simbol modulasi bernilai kompleks X = I + jQ [21]. Adapun pemetaan modulasi QPSK, 16-QAM,dan 64-QAM ditunjukkan pada Lampiran B. Pada software Matlab telah disediakan fungsi untuk melakukan proses modulasi QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 3.1. Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 3.1 Sintaks fungsi modulasi QPSK,16-QAM, dan 64-QAM pada Matlab Jenis Demodulasi Sintaks Fungsi Keterangan Demodulasi QPSK Q= modem.pskmod M , M; hmod1=modulateQ,y; hmod=hmod1sqrt2 ; M merupakan tingkat modulasi, misalnya untuk modulasi QPSK=4 , dan y adalah sinyal input kompleks. Nilai merupakan faktor skala untuk normalisasi. Demodulasi QAM Q= modem.qammod M , M; hmod1=modulateQ,de ; hmod=hmod1K; M merupakan tingkat modulasi, M=16 untuk modulasi 16-QAM, M=64 untuk modulasi 64-QAM dan y adalah sinyal input biner. K merupakan faktro normalisasi. Untuk 16-QAM, nilai K= dan 64-QAM memiliki K=

3.2.1.2 Layer Mapper

Simbol modulasi bernilai kompleks untuk masing-masing input data atau codeword yang ditransmisikan dipetakan pada satu atau beberapa layer seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2. Simbol modulasi bernilai kompleks 1 ,..., q symb  M d d q q untuk data input q dipetakan ke layer   T i x i x i x ... 1    , 1 ,..., 1 , layer symb   M i dimana v adalah jumlah layer , M symb adalah jumlah simbol dan layer symb M merupakan jumlah simbol modulasi per layer . Gambar 3.2 Layer mapping untuk dua layer Universitas Sumatera Utara 35 Pada transmit diversity hanya digunakan satu input data atau codeword dan jumlah layer v sama dengan jumlah antena port p yang digunakan untuk transmisi. Untuk layer mapping untuk 2 antena pengirim memiliki satu codeword yang kemudian dipetakan ke dalam dua layer seperti yang ditunjukkan Gambar 3.2 . Adapun proses pemetaan data input ke dalam 2 layer ditunjukkan pada Tabel 3.2 [1] [19]. Tabel 3.2 Layer mapping untuk dua layer Jumlah Layer Jumlah Data input Data input to layer mapping 1 ,..., 1 , layer symb   M i 2 1 1 2 2 1    i d i x i d i x 2 symb layer symb M M 

3.2.1.3 Precoder

Precoder digunakan untuk memetakan setiap simbol yang ditransmikan ke antena pengirim. Precoder mengambil input   T i x i x i x ... 1    , 1 ,..., 1 , layer symb   M i dari layer mapping dan membangkitkan blok vektor   T p i y i y ... ...  , 1 ,..., 1 , ap symb   M i yang dipetakan langsung ke port antena dimana i y p didefinisikan sebagai sinyal untuk port antena p dan ap symb M merupakan jumlah simbol per port antena. Precoding untuk transmit diversity terdiri atas dua atau empat port antena. Proses Precoding untuk dua antena pengirim menggunakan dua antena port. Pada transmit diversity dengan dua port antena menggunakan teknik space frequency block coding SFBC. Untuk transmisi pada dua port   1 ,  p , output   T i y i y i y 1  setelah operasi precoding seperti pada persamaan 3.1.[1] . Universitas Sumatera Utara 36                                                      Im Im Re Re 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 i x i x i x i x j j j j i y i y i y i y 3.1 Untuk 1 ,..., 1 , layer symb   M i dengan layer symb ap symb 2M M  Misalkan, simbol yang yang dikirim adalah S dan S 1 , maka setelah melewati sinyal tersebut dapat dirumuskan ke dalam bentuk matriks seperti berikut ini : Antena frekuensi 3.2 Secara blok diagram proses precoding transmit diversity -SFBC untuk dua antena port ditunjukkan pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 SFBC Precoding untuk dua antena port

3.2.1.4 OFDM modulator

OFDM adalah teknologi dasar yang digunakan pada LTE dalam arah downlink. OFDM merupakan modulasi multicarrier yang membagi bandwidth sinyal yang besar menjadi subcarrier dengan bandwidth yang sempit. Bagian OFDM modulator pada bagian Pengirim, meliputi serial to parallel converter , inverse Fourier transform IFFT, dan penyisipan guard interval seperti pada Gambar 3.4. Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 3.4 Blok diagram OFDM modulator Sinyal keluaran serial dari SFBC precoding dengan menggunakan dua antena diubah menjadi data paralel dengan menggunakan serial to pa rallel converter . Misalkan hasil keluaran dari SFBC precoding untuk MIMO 2x2 dapat diubah menjadi sederetan data paralel dengan sintaks sebagai berikut : paradata1 =reshapeprecode1,para,nd ; paradata2 =reshapeprecode2,para,nd ; dimana precode1 dan precode2 berturut-turut adalah sinyal hasil SFBC precoding untuk antena 1 dan antena 2, para menyatakan jumlah kanal paralel yang ditransmisikan dan nd menyatakan jumlah simbol OFDM. Pada model sistem yang akan disimulasikan juga digunakan IFFT. IFFT mengubah sinyal dalam domain frekuensi ke dalam domain waktu. Hasil keluaran setelah melalui IFFT secara matematis ditunjukkan oleh persamaan 3.3 . dimana Xk sinyal diskrit dalam domain frekuensi, xn merupakan sinyal diskrit dalam domain waktu dan N adalah ukuran FFT. Pada Matlab telah disediakan fungsi untuk melakukan proses IFFT dengan menggunakan fungsi y = ifft x , dimana x adalah sinyal input dan y adalah sinyal output . Dalam menghadapi lintasan jamak dan intersymbol interference ISI, maka guard interval disisipkan ke dalam sistem. Gua rd interval atau cyclic prefix ini adalah salinan dari simbol akhir yang ditambahkan pada awal simbol. Adapun sintaks pada Matlab untuk melakukan penyisipan gua rd interval ini dapat dilihat pada kode program di Lampiran A. Universitas Sumatera Utara 38

3.2.2 Kanal MIMO

Pada sistem antena MIMO, sinyal yang diterima oleh antena penerima adalah sinyal yang dikirimkan oleh antena pengirim setelah dikalikan dengan matriks kanal H dan noise yang ada. Untuk sistem MIMO MxN , dimana M dan N berturut-turut menyatakan jumlah antena pengirim dan penerima, maka matriks kanalnya dapat dinyatakan pada persamaan 3.4. 3.4 Sinyal yang di terima di antena penerima dinyatakan pada persamaan 3.5 . Y = HS + N 3.5 dimana : Y = Sinyal yang diterima di masing-masing antena H = Matriks kanal , H ij Lintasan dari antena pengirim j ke antena penerima i S = Sinyal hasil precoding atau sinyal yang ditransmisikan N = Noise AWGN

3.2.2.1 Kanal MIMO 2x1

Untuk MIMO 2x1 terdapat dua lintasan kanal anatara antena pengirim dan penerima seperti pada Gambar 3.5, maka dapat ditentukan matriks kanalnya seperti pada persamaan 3.6. H M2x1 = [ H 11 H 12 ] 3.6 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 3.5 Kanal MIMO 2x1 Misalkan pada Gambar 3.5, simbol yang akan dikirimkan adalah S dan S 1 , serta dianggap kanal memiliki kanal noise N , maka sinyal yang diterima di receiver dinyatakan dengan persamaan 3.7. Y = H M2x1 S + N 3.7 [ Y Y 1 ]= [ H 11 H 12 ] 3.8 dimana Y dan Y 1 merupakan sinyal yang diterima pada frekuensi yang berbeda dan dan adalah noise pada masing-masing transmisi.

3.2.2.2 MIMO 2x2

Kanal Matriks untuk MIMO 2x2 ditunjukkan seperti pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Kanal MIMO 2x2 Pada Gambar 3.6 terdapat empat lintasan sinyal, maka kanal matriksnya dapat dinyatakan dalam bentuk matriks seperti pada persamaan 3.9. Tx2 Tx1 Rx1 Rx2 H11 H22 H21 H12 Universitas Sumatera Utara 40 3.9 Misalkan pada Gambar 3.6, simbol yang akan dikirimkan adalah S dan S 1 , serta dianggap kanal memiliki kanal noise N , maka sinyal yang diterima di receiver dinyatakan pada persamaan 3.10. Y = H M2x2 S + N 3.10 3.11

3.2.2.3 MIMO 2x4

Kanal MIMO 2x4 ditunjukkan seperti pada Gambar 3.7. TX RX T1 T2 H11 H21 H31 H41 H12 H22 H42 H32 Gambar 3.7 Kanal MIMO 2x4 Pada Gambar 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat 8 lintasan sinyal dari antena pengirim ke antena penerima. Kanal tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks seperti pada persamaan 3.12. 3.12 Sinyal yang diterima pada masing-masing antena dapat dituliskan dalam bentuk matriks seperti pda persamaan 3.13. Y = H M2x4 S + N 3.13 Dalam bentuk matriks dapat dinyatakan seperti pada persamaan 3.14. Universitas Sumatera Utara 41 = 3.14

3.2.2.4 Matriks Korelasi MIMO Pada LTE

Pada LTE terdapat model korelasi kanal yang ditetapkan, yaitu korelasi rendah, korelasi medium, dan korelasi tinggi dimana masing memiliki nilai α dan β yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Jenis korelasi kanal MIMO pada LTE Korelasi Rendah Korelasi Medium Korelasi Tinggi       0.3 0.9 0.9 0.9 Pada Tabel 3.3 dapat dilihat terdapat tiga jenis nilai α dan β. Ketika α dan β bernilai nol, kanal MIMO digambarkan seakan-akan kanal tersebut adalah kanal yang independen atau tidak berhubungan dengan kanal lainnya. Misalnya pada sistem MIMO 1x2, ketika antena pemancar Tx 1 memancarkan suatu sinyal, maka sinyal tersebut dimodelkan melalui kanal yang berbeda sekali karakteristiknya sehingga sinyal yang diterima pada antena penerima Rx 1 dan Rx 2 juga berbeda sekali. Ketika α dan β bernilai mendekati nilai satu, maka kanal MIMO memiliki karakteristik seperti kanal single input single output SISO, dimana sinyal yang dikirim dilewatkan pada kanal yang memiliki karakteristik yang sama dan sinyal yang diterima pada antena penerima Rx 1 dan Rx 2 hampir sama [11]. Adapun matriks korelasi untuk masing-masing konfigurasi antena yang disimulasikan ditunjukkan pada Tabel 3.4. Pada Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa matriks korelasi merupakan perkalian Kronecker dinotasikan dengan “⊗“ antara matriks korelasi pemancar dan penerima. Pada simulasi kanal MIMO dimodelkan dengan korelasi medium, dimana Universitas Sumatera Utara 42 =0.3 dan =0.9. Adapun pembangkitan matriks korelasi ini dapat dilihat pada Lampiran A. Tabel 3.4 Matriks korelasi kanal MIMO [11] Konfigurasi MIMO Matriks Korelasi MISO 2x1-OFDM  MIMO 2x2-OFDM   MIMO 2x4-OFDM                1 1 1 1 9 1 9 4 9 1 9 1 9 4 9 4 9 1 9 1 9 4 9 1            

3.2.3 Bagian Penerima

Pada simulasi ini terdapat 3 model penerima yang akan disimulasikan, yaitu penerima dengan 1, 2, dan 4 antena penerima. Adapun bagian penerima MIMO- OFDM pada LTE dalam arah downlink pada simulasi ini terdiri atas beberapa blok, yaitu OFDM modulator, SFBC deprecoding and combiner , layer demapper , dan demodulator .

3.2.3.1 OFDM Demodulator

Pada bagian penerima OFDM demodulato r terdiri atas pemisahan guard interval , FFT, dan paralel to serial converter seperti pada Gambar 3.9. Universitas Sumatera Utara 43 Gambar 3.9 OFDM demodulator Untuk pemisahan guard interval dapat dilihat pada kode program di Lampiran A. Pada program di atas dilakukan proses pemisahan gua rd interval gilen dari total simbol OFDM fftlen2 sehingga sinyal OFDM kembali memiliki panjang simbol sebesar fftlen . Setelah melakukan proses pemisahan gua rd interval , kemudian sinyal memasuki blok FFT. FFT mengubah sinyal dalam domain waktu kembali menjadi domain frekuensi. Adapun sinyal keluaran setelah melalui FFT dinyatakan pada persamaan 3.15. 3.15 dimana N adalah panjang FFT, n= 0,……, N-1. Pada Matlab untuk melakukan proses IFFT dapat dilakukan dengan perintah y= fftx, dimana x adalah sinyal input dan y adalah sinyal hasil FFT.

3.2.3.2 SFBC Deprecoder dan Combiner

SFBC deprecode r dan combiner melakukan penggabungan dari sinyal-sinyal yang diterima oleh antena penerima dan memilih sinyal asli dengan level daya terbaik. Skema SFBC pada simulasi ini didasarkan pada skema Alamouti. Ketika pengirim mengirimkan simbol S dan S 1 , maka sinyal keluaran combiner dapat dinyatakan sebagai berikut [10] : 3.16 3.17 Universitas Sumatera Utara 44 3.18 dimana : S 0r = Simbol pertama hasil combiner S 1r = Simbol kedua hasil combiner H ij = Lintasan dari antena pengirim j ke antena penerima i Y n = Sinyal yang diterima di setiap antena penerima

3.2.3.3 Layer Demapper

Layer demapper menggabungkan sinyal dari beberapa layer ke dalam satu atau dua data input . Pada transmit diversity hanya digunakan satu data input sehingga setiap sinyal dari beberapa layer digabungkan menjadi satu data input . Untuk sistem dengan dua antena penerima, maka sinyal dari 2 layer yang berbeda digabungkan menjadi satu input data . Adapun proses layer demapping untuk dua antena penerima ditunjukkan pada Tabel 3.5 . Tabel 3.5 Layer demapping untuk dua antena penerima Jumlah Layer Jumlah Data Input Layer Demapping 1 ,..., 1 , layer symb   M i 2 1 for i=1:MsymLay decoder_xi = K4i-3 + sqrt-1K4i-1; decoder_yi = K4i-2 + sqrt-1K4i ; end dimana K adalah hasil deprecoding Universitas Sumatera Utara 45 Kemudian kedua sinyal tersebut digabungkan untuk membentuk data input. Pada Matlab dapat dituliskan sebagai berikut : gabungdemapping = [decoder_x ;decoder_y]; hasildemapping= reshapegabungdemapping,Msym,1;

3.2.3.4 Demodulator

Demodulasi merupakan proses pengembalian sinyal asli dari sinyal termodulasi. Pada receiver juga digunakan jenis modulasi yang sama sesuai dengan yang dilakukan pada transmiter , yaitu demodulasi QPSK,16-QAM,dan 64-QAM. Hasil keluaran demodulator ini adalah sinyal biner. Pada matlab fungsi untuk melakukan proses demodulasi ditunjukkan pada Tabel 3.6. Pada kode program dapat dilihat bahwa faktor normalisasi digunakan kembali. Tabel 3.6 Sintaks fungsi demodulasi pada Matlab Jenis Demodulasi Sintaks Fungsi Keterangan Demodulasi QPSK Q= modem.pskdemod M , 4; Denormalisasi=hasildemapping sqrtK; HasilDemodulasi=demodulateQ, hasildemapping; M merupakan tingkat modulasi, misalnya untuk QPSK = 4, K adalah faktor normalisasi, dan y adalah sinyal input kompleks. Demodulasi QAM Q = modem.qamdemod M , 16; Denormalisasi= hasildemappingsqrtK; HasilDemodulasi=demodulateQ, hasildemapping; M merupakan tingkat modulasi dan K adalah faktor normalisasi. M=16 dan K=10 untuk demodulasi 16-QAM, M=64 dan K=42 untuk demodulasi 64-QAM . Universitas Sumatera Utara 46

3.3 Modulasi Adaptif

Dalam simulasi ini digunakan tiga mode modulasi, yaitu QPSK,16-QAM,dan 64-QAM. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa dalam modulasi adaptif digunakan mode modulasi sesuai dengan kondisi SNR yang diterima di penerima. Apabila kondisi SNR semakin tinggi, maka digunakan mode modulasi dengan level paling tinggi. Jadi pada simulasi ini akan diberikan batas treshold dari SNR untuk melakukan pergantian jenis modulasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Batas treshold nilai SNR untuk pemilihan jenis modulasi Konfigurasi MIMO Jenis modulasi Level treshold SNR MISO 2x1-OFDM QPSK 0 dB≤ SNR 15 dB 16-QAM 15 dB ≤ SNR 20 dB 64-QAM SNR ≥ 20 dB MIMO 2x2-OFDM QPSK 0 dB≤ SNR 8 dB 16-QAM 8 dB ≤ SNR 15 dB 64-QAM SNR ≥ 15 dB MIMO 2x4-OFDM QPSK 0 dB≤ SNR 5 dB 16-QAM 5dB ≤ SNR 10 dB 64-QAM SNR ≥ 10 dB

3.4 Perhitungan BER

Pada tugas akhir ini perhitungan BER dilakukan menggunakan sistem perbandingan antara bit yang diterima dengan yang dikirimkan dengan menggunakan logika XOR seperti pada Tabel 3.9. Kemudiaan hasil dari XOR akan dibagikan dengan jumlah seluruh bit data yang dikirimkan. Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 3.8 Logika XOR untuk mendeteksi bit error Bit Kirim Bit Terima Hasil XOR 1 1 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 48

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

4.1 Parameter Simulasi

Pada Tugas akhir ini akan dievaluasi kinerja MIMO-OFDM dengan modulasi adaptif pada teknologi Long Term Evolution LTE dalam arah downlink . Parameter unjuk kerja simulasi ini didasarkan pada bit error rate BER. Simulasi ini menggunakan software Matlab R2010a. Program simulasi dapat dilihat pada Lampiran A. Sistem pada simulasi ini memiliki parameter-parameter seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1 . Tabel 4.1 Parameter sistem yang disimulasikan Parameter Sistem Nilai Parameter Modulasi QPSK, 16-QAM, 64-QAM, dan modulasi adaptif Antena MIMO MISO 2x1-OFDM, MIMO 2x2- OFDM, dan MIMO 2x4-OFDM Jumlah user 1 Ukuran FFT 256 Poin Mode MIMO Skema Alamouti SFBC Kanal Transmisi AWGN Bandwidth Transmisi 5 Mhz Jumlah simbol OFDM 6 Simbol Panjang guard interval 66 μs Tabel 4.1 menunjukkan pada simulasi ini digunakan tiga model, yaitu MISO 2x1-OFDM, MIMO 2x2-OFDM, dan MIMO 2x4-OFDM yang menggunakan tiga jenis modulasi, yaitu QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Pada simulasi ini juga akan Universitas Sumatera Utara