2.2.10. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu lapisan
koriokapiler yang mengaliri darah pada 23 bagian luar retina, sedangkan 23 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral. Sel-sel pada lapisan
retina yang paling luar berhubungan langsung dengan cahaya. Sel-sel tersebut dalah sel-sel kerucut cone dan batang rod. Sel kerucut cone berfungsi untuk
penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan sel batang rod berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup atau gelap.
2.3. Klasifikasi Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.3.1. Konjungtivitis Bakteri
Suatu jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu infeksi bakteri Gonokok, Meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Hemophilis influenzae, dan Escherichia coli.
4
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri yaitu akut termasuk hiperakut dan subakut dan kronik. Konjungtivitis
bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis yang dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap
penyakit pelpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.
3
Universitas Sumatera Utara
Konjungtivitis bakteri hiperakut disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan Neisseria meningitidis, ditandai oleh eksudat purulen yang
banyak. Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan sangat bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang
tersebar luas di seluruh dunia secara endemik. Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi, penyakit ini
ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut.
3
2.3.2. Konjungtivitis Kataralis Epidemika
Konjungtivitis kataralis epidemika biasa disebut juga konjungtivitis mukopurulenta yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva. Selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat
ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata sering berair, gatal dan banyak kotoran mata. Penyebab
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis.
3
Gambaran klinis adalah injeksi konjungtiva dan hipereni konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataralis
epidemika berbentuk sekret serus, mukus atau mukopurulen, tergantung penyebabnya. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat menyertai blefaritis atau
obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala-gejala umum konjungtivitis ini dapat disertai
Universitas Sumatera Utara
maserasi lateral maupun medial. Radang konjungtiva demikian juga disebut sebagai konjungtivitis angular. Beberapa jenis konjungtivitis dapat disertai kelainan pada
kornea, biasanya berupa keratitis pungtata superfisial. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat bersifat akut atau kronik, tergantung penyebabnya.
2.3.3. Konjungtivitis Virus