yang ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya sekret mukopurulen.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan alergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan mengakibatkan
tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia saraf optik dan terjadi
ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
2.5. Gejala Klinis
3
Gejala klinis konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia. Sensasi benda
asing, sensasi tergores dan terbakar sering dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papila yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit
berarti kornea juga terkena.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Epidemiologi Konjungtivitis
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang
Konjungtivitis klamidia berupa trachoma dapat mengenai segala umur tetapi lebih banyak pada anak-anak dan dewasa. Ras yang banyak menderita trachoma
adalah Ras Yahudi, penduduk asli Australia Australian Aborigin dan Indian Amerika.
18
Sebuah studi yang dilakukan di 3024 sekolah dasar anak-anak di wilayah Ankara Turki 1997 menemukan bahwa 4,6 anak memiliki alergi konjungtivitis.
19
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat 2009 diperoleh 23 kasus konjungtivitis bakteri terjadi pada rentang usia 0-2 tahun, 28 terjadi pada rentang 3-
9 tahun, 13 terjadi pada rentang 10-19 tahun dengan sisa 36 kasus terjadi pada orang dewasa.
5
Penelitian yang dilakukan Baig. R, dkk 2010 di Pakistan terhadap anak sekolah berusia 5-19 tahun, yang berjumlah 818 anak diperoleh prevalensi
konjungtivitis alergi 19,2 . Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita konjungtivitis alergi lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
19
Berdasarkan Bank Data Kesehatan Indonesia 2004, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis yaitu 2.106 kasus.
11
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI 2009, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain
konjungtiva yaitu 99.195 kasus.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna tahun 2009 sampai 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh 285 penderita
konjungtivitis yang terdiri dari perempuan sebanyak 154 orang dan laki-laki sebanyak 131 orang.
14
Universitas Sumatera Utara
b. Tempat dan Waktu
Mongolia 2005, survei berbasis populasi mengungkapkan hubungan yang mencolok antara prevalensi konjungtivitis alergi dan tingkatderajat urbanisasi.
Prevalensinya adalah 9,3 di pedesaan, 12,9 di pusat desa dan 18,4 di kota.
19
Konjungtivitis alergi berupa konjungtivitis vernal cenderung musiman, dengan gejala meningkat di musim semi dan menurun di musim gugur.
20
Konjungtivitis flikten lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat penduduk.
4
Secara geografis, trachoma adalah yang paling umum di daerah yang kering, panas, dan berdebu.
Kejadian trachoma tinggi di negara-negara miskin dan berkembang seperti India bagian utara, Afrika Utara dan Afrika Barat.
21
Penelitian yang dilakukan Rizki Arrizal pada Juni 2009 sampai April 2010 di RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh penderita konjungtivitis sebanyak
102 orang. Dari penelitian ini didapatkan jumlah penderita konjungtivitis pada musim kemarau sebanyak 47 orang dan penderita konjungtivitis pada musim hujan sebanyak
55 orang.
12
2.6.2. Determinan a. Umur
Konjungtivitis biasanya menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa.
4
Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus, seperti
demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
3
Infeksi bakteri merupakan penyebab dari 50 kasus konjungtivitis pada anak-anak dan 5 pada orang
dewasa.
22
Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna tahun 2009 sampai 2010 di
Universitas Sumatera Utara
RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh 285 penderita konjungtivitis yang terdiri dari kelompok usia 1 tahun 4,2, kelompok usia 31-40 tahun 22,1.
14
b. Infeksi Saluran Nafas
Konjungtivitis flikten masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak anak-anak, pada orang
dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tetapi tidak jarang penyakit paru-paru tersebut tidak
dijumpai pada penderita konjungtivitis flikten.
23
Organisme penyebab konjungtivitis dapat berupa bakteri, jamur, virus, dan klamidia. Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes
simpleks tipe 1 dan tipe 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan
Neisseria gonorrhoeae. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan
faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa
mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris, dan aktivitas pompa pelpebra membilas air mata ke duktus air mata secara konstan. Air mata mengandung
substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi IgG dan IgA. Lingkungan berkaitan erat dengan kejadian konjungtivitis, yaitu lingkungan
dengan hygiene sanitasi yang buruk. Konjungtivitis dapat menyebar dengan cepat jika
Universitas Sumatera Utara
pada suatu lingkungan terdapat penderita konjungtivitis yang memiliki kontak erat dengan orang-orang disekitarnya. Tetapi hal ini berkaitan dengan keadaan atau
kebersihan lingkungan tersebut yang menjadi faktor risiko penyebaran yang lebih cepat.
c. Alergi