pada suatu lingkungan terdapat penderita konjungtivitis yang memiliki kontak erat dengan orang-orang disekitarnya. Tetapi hal ini berkaitan dengan keadaan atau
kebersihan lingkungan tersebut yang menjadi faktor risiko penyebaran yang lebih cepat.
c. Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya ada riwayat alergi hay fever, asma, atau eksim pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik
sejak bayi. Parut pada lipatan fleksura, lipat siku, pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, konjungtivitis alergi berlangsung berlarut-larut dan
sering mengalami eksaserbasi dan remisi.
3
2.7. Komplikasi Konjungtivitis
3
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat
mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa, dan pada kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulkus kornea dapat terjadi pada
infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis. Jika produk toksik N gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk ke
bilik mata depan, dapat timbul iritis toksik. Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trachoma dan
dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea
secara drastis, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena hilangnya
Universitas Sumatera Utara
sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke dalam trikiasis atau seluruh tepian pelpebra entropion
sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea, infeksi bakterial kornea, dan parut kornea.
2.8. Pencegahan Konjungtivitis
2.8.1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
25
Pencegahan primer konjungtivitis dapat dilakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin membersihkan mata, dan menggunakan pelindung mata saat bekerja.
26
2.8.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,
dan mengurangi ketidakmampuan.
25
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan: a.
Diagnosis a.1. Konjungtivitis bakteri
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena penyakit ini berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada
pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya
Universitas Sumatera Utara
penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat- obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa kontak.
6
a.2. Konjungtivitis virus Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena
itu diagnosisnya pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai durasi dan gejala-gejala sistemik
maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor risiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.
a.3. Konjungtivitis alergi Diperkirakan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata,
yang disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.
27
b. Pengobatan
3
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebabnya. Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan sulfonamide sulfacetamide 15 atau
antibiotika gentamycine 0,3 dan chlorampenicol 0,5. Pengobatan diberikan sebelum pemeriksaan mikroorganisme dengan antibiotik tunggal seperti neosporin,
basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramicin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan
ditunggu hasil pemeriksaan mikroorganisme.
Universitas Sumatera Utara
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang terjadi sedangkan konjungtivitis karena virus , pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan
kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid topikal. Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder. Konjungtivitis karena alergi pengobatannya terutama dengan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian dikompres dingin untuk menghilangkan
edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Pengobatan trachoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4
minggu, sulfonamid diberikan bila ada penyulit.
2.8.3. Pencegahan Tersier
26
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita konjungtivitis yaitu dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata,
sehingga penderita konjuntivitis dapat melihat dengan jelas.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
3.2.1 Penderita konjungtivitis adalah seseorang yang dinyatakan menderita radang
konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata, berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu
status.
4
3.2.2 Kunjungan penderita konjungtivitis per bulan adalah kunjungan penderita
konjungtivitis yang mendapat penatalaksanaan konjungtivitis di rumah sakit,
Karakteristik Penderita Konjungtivitis 1. Sosio Demografi
Umur Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan Pekerjaan
Tempat Tinggal
2. Keluhan Utama 3. Lokasi Konjungtivitis
4. Jenis Konjungtivitis 5.
Cobble Stones 6. Kunjungan Rata-Rata
7. Sumber Biaya 8. Kunjungan per bulan
Universitas Sumatera Utara
dihitung sejak kunjungan pertama pada bulan Januari sampai dengan
kunjungan terakhir pada bulan Desember tahun 2011.
3.2.3
Sosiodemografi dibedakan atas:
a. Umur adalah lamanya hidup penderita konjungtivitis yang dihitung
berdasarkan tahun sejak pertama lahir, yang dikategorikan berdasarkan rumus Sturgess.
1. 1 Tahun
2. 1 – 10 Tahun
3. 11 – 20 Tahun
4. 21 – 30 Tahun
5. 31 – 40 Tahun
6. 41 – 50 Tahun
7. 51 – 60 Tahun
8. 61 – 70 Tahun
9. 71 – 80 Tahun
Untuk analisis statistik umur dikategorikan atas:
4
1. 10 Tahun
2. ≥ 10 Tahun
b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita
konjungtivitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas: 1.
Laki-laki 2.
Perempuan c.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir penderita konjungtivitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:
1. Belum sekolah
2. Belum tamat SD
3. SDSederajat
4. SLTPSederajat
5. SLTASederajat
6. AkademiPTN
7. Tidak Tercatat
Universitas Sumatera Utara
d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita konjungtivitis
yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas: 1.
PNSTNIPOLRI 2.
Pensiunan PNSTNIPOLRI 3.
Pegawai Swasta 4.
Wiraswasta 5.
Ibu Rumah Tangga IRT 6.
Pelajar 7.
Mahasiswa 8.
Tidak bekerja 9.
Tidak Tercatat e.
Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita Konjungtivitis tinggal dan menetap sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :
1. Dalam Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.2.4. Keluhan utama adalah gejala yang dirasakan penderita konjungtivitis pada
saat datang berobat ke rumah sakit, yang dikategorikan atas:
3
1. Mata merah
2. Mata terasa gatal
3. Mata terasa panas
4. Mata berair
5. Mata terasa berpasirmengganjal
6. Banyak kotoran mata
7. Mata terasa perihnyeri
3.2.5. Lokasi konjungtivitis adalah lokasi mata yang menderita konjungtivitis,
seperti yang tercatat pada kartu status: 1.
Okuli dekstra 2.
Okuli sinistra 3.
Okuli dekstra-sinistra 4.
Tidak tercatat 3.2.6.
Tipe konjungtivitis adalah jenis konjungtivitis berdasarkan jenis patogen penyebab konjungtivitis, yang dikategorikan atas:
3
Universitas Sumatera Utara
1. Konjungtivitis kataralis akut
2. Konjungtivitis kataralis kronis
3. Konjungtivitis vernal
4. Konjungtivitis bleeding
Untuk uji statistik, dikategorikan atas: 1.
Konjungtivitis Kataralis 2.
Konjungtivitis Bleeding 3.2.7.
Cobble stones adalah papil raksasa yang pada umumnya ciri khas dari konjungtivitis vernal, berbentuk poligonal tersususn dengan permukaan datar,
yang dikatagorikan atas: 1.
Ada 2.
Tidak Ada 3.2.8.
Kunjungan rata-rata adalah rata-rata kunjungan penderita konjungtivitis yang mendapat penatalaksanaan konjungtivitis di rumah sakit, dihitung sejak
kunjungan pertama sampai dengan kunjungan terakhir yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:
1. 1 kali
2. 2 – 3 kali
3.2.9. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita
konjungtivitis selama dirawat di rumah sakit sesuai yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:
1. Umum
2. Asuransi Kesehatan Askes
3. Jamkesmas
4. Medan Sehat
Untuk analisis statistik, sumber biaya dikategorikan atas: 1.
Biaya sendiri 2.
Bukan biaya sendiri
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai lapisan
masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini, serta memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai Oktober 2012.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 355 kasus.
4.3.2. Sampel a. Besar Sampel
Besar sampel minimal yang dibutuhkan diperoleh dengan rumus:
28
Universitas Sumatera Utara
Ketrangan : N = besar populasi yaitu sebanyak 355 data
n = besar sampel minimal yang dibutuhkan d = tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0,05
t = absis kurva normal pada derajat kepercayaan 95 yaitu 1,96 P = proporsi penelitian sebelumnya yaitu 0,6
29
Didapat hasil sebagai berikut:
Diperoleh sampel pada penelitian ini adalah sebagian data penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 182
data.
b. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah disiapkan dilakukan secara acak sederhana dengan menggunakan tabel random pada program C.Survey.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita konjungtivitis yang bersumber dari data Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2011. Kartu status dengan kasus konjungtivitis yang terpilih sebagai sampel dikumpulkan lalu dilakukan pencatatan variabel-variabel yang diteliti
kemudian dilakukan tabulasi data.
4.5. Teknik Analisis Data