Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder

sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke dalam trikiasis atau seluruh tepian pelpebra entropion sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea, infeksi bakterial kornea, dan parut kornea.

2.8. Pencegahan Konjungtivitis

2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. 25 Pencegahan primer konjungtivitis dapat dilakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin membersihkan mata, dan menggunakan pelindung mata saat bekerja. 26

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. 25 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan: a. Diagnosis a.1. Konjungtivitis bakteri Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena penyakit ini berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya Universitas Sumatera Utara penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat- obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa kontak. 6 a.2. Konjungtivitis virus Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor risiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. a.3. Konjungtivitis alergi Diperkirakan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia. 27 b. Pengobatan 3 Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebabnya. Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan sulfonamide sulfacetamide 15 atau antibiotika gentamycine 0,3 dan chlorampenicol 0,5. Pengobatan diberikan sebelum pemeriksaan mikroorganisme dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramicin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara Konjungtivitis karena jamur sangat jarang terjadi sedangkan konjungtivitis karena virus , pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid topikal. Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Konjungtivitis karena alergi pengobatannya terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian dikompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Pengobatan trachoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4 minggu, sulfonamid diberikan bila ada penyulit.

2.8.3. Pencegahan Tersier