penelitian mengenai karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.
1.1. Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2011.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita konjungtivitis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2011.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah kunjungan penderita konjungtivitis per bulan.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan
sosiodemografi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan tempat
tinggal.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan
keluhan utama. d.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan lokasi konjungtivitis.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan
jenis konjungtivitis.
Universitas Sumatera Utara
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis vernal
berdasarkan jenis konjungtivitis. g.
Untuk mengetahui ditribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan kunjungan rata-rata.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan
sumber biaya. i.
Untuk mengetahui proporsi jenis konjungtivitis berdasarkan bulan kejadiaannya.
j. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan jenis konjungtivitis.
k. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis konjungtivitis.
l. Untuk mengetahui proporsi lokasi konjungtivitis berdasarkan jenis
konjungtivitis. m.
Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan jenis konjungtivitis. n.
Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya. o.
Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan keluhan utama. p.
Untuk mengetahui umur penderita konjungtivitis vernal berdasarkan ciri khas cobble stones
q. Untuk mengetahui tempat tinggal berdasarkan sumber biaya
1.3. Manfaat
1.3.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tentang penderita konjungtivitis dalam upaya perencanaan pencegahan dengan mengenal secara dini karakteristik penderita konjungtivitis.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Sebagai bahan masukaninformasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukanmelanjutkan penelitian tentang penderita konjungtivitis. 1.3.3.
Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai konjungtivitis dan merupakan kesempatan bagi penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk
akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti konjungtivitis gonokok, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh virus, klamidia, alergi toksik, dan
molluscum contagiosum.
4
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai mata merah pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah
dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
4
Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab penyakit ini umumnya eksogen, tetapi bisa endogen.
3
Universitas Sumatera Utara
2.2. Anatomi Mata
3
2.1.1. Kelopak Mata
Kelopak atau pelpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan
kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.
2.2.2. Sistem Lakrimal
Sistem lakrimal atau sistem sekresi air mata terletak di daerah temporal bola mata. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata, air mata akan masuk ke
dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo pelpebra yang
disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.
2.2.3. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata konjungtiva palpebraris dan
permukaan anterior sklera konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi pelpebra suatu sambungan mukokutan dan dengan epitel kornea di
limbus.
Universitas Sumatera Utara
Konjungtiva pelpebraris melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior pada
forniks superior dan inferior dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di
fronices dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus
kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus tempat
kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm.
Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan kornea mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan dua kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu sklera, uvea dan retina.
2.2.5. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea rata- rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah
pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan
endotel.
2.2.6. Sklera
Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan
tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah
sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroit.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Iris mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya
yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap. b. Badan siliar terdiri dari dua bagian yaitu korona siliar yang berkerut-kerut dengan
tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm. c. Koroid berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak dibawahnya.
2.2.8. Lensa
Terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi terfokusnya
objek dekat pada retina dengan tebal 4 mmdan diameter 9 mm.
2.2.9. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca terdiri dari 99 air dan 1 terdiri dari 2
komponen yaitu kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah mempertahankan bola mata tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Universitas Sumatera Utara
2.2.10. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu lapisan
koriokapiler yang mengaliri darah pada 23 bagian luar retina, sedangkan 23 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral. Sel-sel pada lapisan
retina yang paling luar berhubungan langsung dengan cahaya. Sel-sel tersebut dalah sel-sel kerucut cone dan batang rod. Sel kerucut cone berfungsi untuk
penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan sel batang rod berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup atau gelap.
2.3. Klasifikasi Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.3.1. Konjungtivitis Bakteri
Suatu jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu infeksi bakteri Gonokok, Meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Hemophilis influenzae, dan Escherichia coli.
4
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri yaitu akut termasuk hiperakut dan subakut dan kronik. Konjungtivitis
bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis yang dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap
penyakit pelpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.
3
Universitas Sumatera Utara
Konjungtivitis bakteri hiperakut disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan Neisseria meningitidis, ditandai oleh eksudat purulen yang
banyak. Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan sangat bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang
tersebar luas di seluruh dunia secara endemik. Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi, penyakit ini
ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut.
3
2.3.2. Konjungtivitis Kataralis Epidemika
Konjungtivitis kataralis epidemika biasa disebut juga konjungtivitis mukopurulenta yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva. Selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat
ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata sering berair, gatal dan banyak kotoran mata. Penyebab
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis.
3
Gambaran klinis adalah injeksi konjungtiva dan hipereni konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataralis
epidemika berbentuk sekret serus, mukus atau mukopurulen, tergantung penyebabnya. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat menyertai blefaritis atau
obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala-gejala umum konjungtivitis ini dapat disertai
Universitas Sumatera Utara
maserasi lateral maupun medial. Radang konjungtiva demikian juga disebut sebagai konjungtivitis angular. Beberapa jenis konjungtivitis dapat disertai kelainan pada
kornea, biasanya berupa keratitis pungtata superfisial. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat bersifat akut atau kronik, tergantung penyebabnya.
2.3.3. Konjungtivitis Virus
3
Konjungtivitis virus atau viral adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang
dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama dari pada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis ini terutama
disebabkan oleh adenovirus dan herpes simplex virus adalah virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh virus varicella zoster,
piconavirus enterovirus 70, coxsackie A24, poxvirus, dan immunodeficiency virus.
15
a. Keratokonjungtivitis Epidemika
Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan adenovirus 8, 19, 29, dan 37 subgrup D adenovirus manusia. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya
mata pertama lebih parah. Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala
sistemik infeksi virus, seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
b. Konjungtivitis Hemoragika Akut