menunjukkan data dalam model regresi tersebut tidak menyalahi asumsi normalitas atau terdistribusi secara normal.
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor
VIF. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10, maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF
10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa variabel independen memiliki nilai tolerance 0,1 yaitu nilai tolerance untuk
arus kas bebas 0,978 dan leverage keuangan 0,978. Kemudian nilai VIF kedua variabel tersebut 10 yaitu untuk arus kas bebas 1,022 dan
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1 Constant
-.005 .025
-.214 .831
Arus Kas Bebas -.192
.070 -.323 -2.724
.008 .978
1.022 Leverage Keuangan
-.038 .053
-.086 -.725
.471 .978
1.022 a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
leverage keuangan 1,022. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen dalam penelitian ini tidak ada terjadinya gejala
multikolinearitas.
4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya terjadi gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang
dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Grafik scatterplot dari hasil pengolahan data SPSS dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik scatterplot dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi praktik manajemen laba pada perusahaan-perusahaan
properti dan real estat di Indonesia berdasarkan masukan variabel independen yaitu arus kas bebas dan leverage keuangan.
4.2.2.4. Uji Autokorelasi