Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal dan jelas, serta tersusun secara logis Diadaptasi dari Cai, Lane dan Jakabcsin 1996

b. Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal penalaran. Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran siswa setelah mendapatkan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual mengenai materi Kubus dan Balok. Pedoman penskoran tes kemampuan penalaran matematis yang akan digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis Skor Indikator Tidak menjawab pertanyaanmenjawab tidak sesuai dengan pertanyaantidak ada yang benar. 1 Hanya sebagian dari penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen- argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan benar. 2 Hampir semua dari penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen- argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan benar. 3 Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan lengkap dan benar. Diadaptasi dari Cai, Lane dan Jakabcsin 1996 Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan pada sekolah lain. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada siswa- siswa yang sudah mempelajari materi Kubus dan Balok. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas IX SMP KP 2 Baleendah pada tanggal 6 Maret 2013. Setelah dianalisis data hasil uji coba diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada soal Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sukar, oleh karena itu instrumen diperbaiki kemudian dikonsultasikan dengan ahlinya. Setelah disetujui ahlinya, instrumen diuji coba lagi untuk yang kedua kalinya pada siswa yang sama saat uji coba pertama pada tanggal 9 Maret 2013. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen tersebut dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen tersebut dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.7. Seluruh perhitungan dengan menggunakan program tersebut dapat dilihat pada Lampiran B. Selengkapnya proses penganalisisan data hasil uji coba instrumen meliputi hal berikut ini: 1 Analisis Validitas Soal Suatu alat evaluasi disebut valid absah atau sahih apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi Suherman, 2003. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu Suherman, 2003. a. Validitas isi dan validitas muka Instrumen tes komunikasi dan penalaran dikonsultasikan kepada ahlinya untuk mengetahui validitas isi dan validitas muka, yaitu berkenaan dengan ketepatan alat ukur pada materi yang diujikan, kesesuaian antara indikator dan butir soal,serta kejelasan bahasa atau gambar dalam soal. b. Validitas empirik Instrumen yang digunakan pada penelitian ini perlu dilakukan uji validitas. Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur dengan butir soal tersebut Sudijono, 2007. Perhitungan validitas butir soal dilakukan dengan program Anates Versi 4.0.7. Interpretasi yang lebih rinci mengenai perhitungan tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Koefisien Validitas Suherman 2003 Koefisien Validitas Interpretasi Sangat tinggi Tinggi baik Sedang cukup Rendah kurang Sangat rendah Tidak valid Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil uji validitas untuk tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis dapat diinterpretasikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.4 Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi 1 0,860 Tinggi Sangat Signifikan 2 0,848 Tinggi Sangat Signifikan 3 0,763 Tinggi Sangat Signifikan 4 0,801 Tinggi Sangat Signifikan 5 0,773 Tinggi Sangat Signifikan 6 0,726 Tinggi Sangat Signifikan Tabel 3.5 Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi 1 0,845 Tinggi Sangat Signifikan 2 0,732 Tinggi Sangat Signifikan 3 0,827 Tinggi Sangat Signifikan 4 0,733 Tinggi Sangat Signifikan 5 0,656 Sedang Signifikan 6 0,658 Sedang Signifikan Tabel 3.4 dan 3.5 di atas menunjukkan bahwa enam butir soal kemampuan komunikasi dan empat butir soal kemampuan penalaran mempunyai validitas tinggi. Hal ini berarti semua soal tersebut mempunyai validitas yang baik dan untuk kriteria signifikansi dari korelasinya semua soal sangat signifikan. Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sedangkan untuk dua butir terakhir soal kemampuan penalaran mempunyai validitas sedang dan berarti kedua soal tersebut mempunyai validitas yang sedang dan untuk kriteria signifikansi dari korelasinya kedua soal tersebut signifikan. 2 Analisis Reliabilitas Soal Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama konsisten, ajeg. Hasil pengukuran itu harus tetap sama relatif sama jika pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh perilaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel Suherman, 2003. Peneliti menggunakan program Anates Versi 4.0.7 untuk menghitung koefisien reliabilitas seperti pada perhitungan validitas butir soal. Tingkat reliabilitas dari soal uji coba didasarkan pada klasifikasi Guilford Suherman, 2003, yaitu sebagai berikut Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,90 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 ≤ 0,90 Tinggi 0,40 ≤ 0,70 Sedang cukup 0,20 ≤ 0,40 Rendah 0,20 Sangat rendah Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil uji reliabilitas untuk tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis dapat diinterpretasikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis Kemampuan Koefisien Reliabilitas Interpretasi Komunikasi 0,92 Sangat Tinggi Penalaran 0,86 Tinggi Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7 menunjukkan bahwa reliabiltas tes kemampuan komunikasi termasuk dalam kategori sangat tinggi dan untuk tes kemampuan penalaran termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti kedua instrumen ini reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur. 3 Analisis Indeks Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan derajat kesukaran suatu butir soal disebut indeks kesukaran Suherman, 2003. Koefisien indeks kesukaran untuk setiap butir soal dihitung dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.7. Indeks kesukaran yang paling banyak digunakan, diklasifikasikan sebagai berikut Suherman, 2003 Tabel 3.8 Klasifikasi koefisien indeks kesukaran Koefisien Indeks Kesukaran Klasifikasi IK = 1,00 Soal terlalu mudah 0,70 ≤ IK 1,00 Soal mudah 0,30 ≤ IK 0,70 Soal sedang 0,00 IK 0,30 Soal sukar IK = 0,00 Soal terlalu sukar Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil uji tingkat kesukaran untuk tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis dapat diinterpretasikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Tes kemampuan Komunikasi Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,36 Sedang 2 0,36 Sedang 3 0,53 Sedang 4 0,58 Sedang 5 0,65 Sedang Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 0,18 Sukar Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Tes kemampuan Penalaran Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,32 Sedang 2 0,42 Sedang 3 0,38 Sedang 4 0,50 Sedang 5 0,62 Sedang 6 0,19 Sukar Tabel 3.9 dan 3.10 menunjukkan bahwa soal kemampuan komunikasi dan penalaran matematis butir pertama sampai dengan butir kelima termasuk dalam kategori soal dengan tingkat kesukaran yang sedang, sedangkan pada butir keenam untuk masing-masing tes termasuk dalam kategori soal yang sukar. 4 Analisis Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah Suherman, 2003. Daya pembeda masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan progam Anates Versi 4.0.7. Adapun kriteria pengklasifikasian yang banyak digunakan sebagai ketentuan penafsiran koefisien daya pembeda setiap butir soal adalah sebagai berikut Suherman, 2003 Tabel 3.11 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Interpretasi Sangat baik Baik Cukup Jelek Sangat jelek Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil uji daya pembeda untuk tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis dapat diinterpretasikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.12 Daya Pembeda Tes kemampuan Komunikasi Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,44 Baik 2 0,44 Baik 3 0,52 Baik 4 0,39 Cukup 5 0,43 Baik 6 0,36 Cukup Tabel 3.13 Daya Pembeda Tes kemampuan Penalaran Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,39 Cukup 2 0,48 Baik 3 0,39 Cukup 4 0,32 Cukup 5 0,39 Cukup 6 0,30 Cukup Tabel 3.12 terlihat bahwa pada butir soal kesatu, kedua, ketiga dan kelima termasuk kategori soal dengan daya pembeda yang baik sedangkan pada butir soal keempat dan keenam termasuk kategori soal dengan daya pembeda yang cukup baik. Oleh karena itu, instrumen tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Tabel 3.13 terlihat bahwa pada butir soal kedua termasuk kategori soal dengan daya pembeda yang baik sedangkan pada butir soal lainnya termasuk kategori soal dengan daya pembeda yang cukup baik. Oleh karena itu, instrumen tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai.

2. Lembar Observasi