Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4, maka skor tertinggi 4x30=120 dan skor terendah 1x30=30. Lebar interval dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, peneliti mengkategorikan soft skill rendah, sedang dan tinggi dengan rentang skor masing-masing: 30-59, 60-89,
90-120.
f. Analisis Data Lembar Observasi
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual. Hasil akhir dari pengolahan data ini merupakan persentase tiap aspek aktivitas berdasarkan
kecerdasan yang merupakan hasil pengamatan seluruh pertemuan. Persentase pada
suatu aktivitas dihitung dengan:
Keterangan: P = Persentase aktivitas guru atau siswa.
Q = Skor total pengamatan aktivitas seluruh pertemuan. R = Skor maksimum setiap aspek aktivitas dari seluruh pertemuan, yaitu 24.
H. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan peneliti adalah: a.
Diawali dengan kegiatan dokumentasi teoritis, yaitu melakukan kajian
literatur terhadap
pembelajaran matematika
dengan menggunakan
model pembelajaran
Mood CURDER
dan pendekatan
kontekstual serta
pembahasan mengenai
kemampuan komunikasi
dan penalaran
matematis serta
soft skill siswa. Hasil dari kajian ini berbentuk proposal
penelitian.
Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
b. Seminar Proposal di Sekolah Pascasarjana UPI, dilanjutkan dengan
perbaikan proposal penelitian. c.
Pembuatan bahan ajar dan instrumen penelitian yang terdiri dari soal tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa, angket
soft skill, dan lembar observasi.
d. Melakukan uji coba soal tes di SMP KP 2 Baleendah Bandung.
e. Permohonan izin penelitian kepada Rektor melalui Direktur Sekolah
Pascasarjana UPI
dan permohonan
izin penelitian
kepada Kepala SMP BPI 1 Bandung.
f. Setelah disetujui dan diterima oleh Kepala Sekolah yang
bersangkutan, penulis langsung terjun ke lapangan melaksanakan penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap pertama setelah persiapan penelitian memadai, dilanjutkan dengan pemilihan dua kelas sampel penelitian dari empat kelas yang ada dan terpilih
yaitu kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-D sebagai kelas kontrol. Tahap kedua yaitu pelaksanaan pretes untuk soal tes kemampuan komunikasi
dan penalaran matematis. Pada penelitian ini, peneliti sendiri yang berperan sebagai guru yang
memberikan materi pelajaran pada kedua kelas tersebut. Selama pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal
materi pelajaran yang diajarkan dan jumlah jam pelajaran yang diberikan. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Mood CURDER dan pendekatan
kontekstual dilakukan sebanyak enam kali pertemuan, dimana satu kali pertemuan sama dengan 2 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran sama dengan 40
menit. Selama proses pembelajaran, siswa kelas eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa, dan dalam kelompok kecil
tersebut dibagi lagi menjadi 2 pasangan. Pada setiap pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen dilakukan
observasi terhadap kegiatan guru dan siswa yang dilakukan oleh guru
Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
matematika di sekolah tersebut. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan postes pada kedua kelas tersebut. Setelah postes dilakukan, siswa diminta untuk mengisi
angket soft skill.
Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai peningkatan
kemampuan komunikasi
dan penalaran
matematis serta
soft skill siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: 1.
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual lebih
baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan konvensional.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model
pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual termasuk dalam kategori tinggi tetapi cenderung sedang, sedangkan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional temasuk kategori sedang.
3. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan
model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan
konvensional. 4.
Kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual termasuk
dalam kategori tinggi tetapi cenderung sedang, sedangkan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional
temasuk kategori sedang.