Pengembangan Bahan Ajar Prosedur Penelitian Analisis Data

Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga diketahui gambaran umum dari pembelajaran yang terjadi. Tujuan dari diadakannya lembar observasi ini adalah untuk memberikan refleksi pada proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Observer dalam penelitian ini adalah guru matematika SMP BPI Bandung. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru disajikan dalam Lampiran B.

3. Angket Soft Skill

Angket soft skill pada penelitian ini akan diberikan pada siswa untuk diisi, dan diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Angket pada penelitian ini terdiri dari peryataan-pernyataan yang kemudian akan dinilai oleh siswa pernyataan mana yang sesuai dengan kata hati siswa untuk mengetahui soft skillnya. Angket yang digunakan untuk mengukur soft skill adalah angket skala sikap Likert. Jawaban dari pernyataan angket skala likert ada lima, yaitu sangat setuju SS, setuju S, netral N, tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Untuk menghindari kecenderungan siswa memilih netral karena tidak berani memihak, maka poin netral dihilangkan, sehingga angket yang digunakan empat skala yaitu setuju SS, setuju S, tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Angket soft skill ini terdiri dari 30 butir pernyataan, secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B. Sebelum digunakan dalam penelitian ini, angket tersebut diuji coba keterbacaan oleh 5 siswa kelas VIII SMP KP 2 Baleendah pada tanggal 6 maret 2013.

E. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika dengan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual yang akan digunakan di kelas eksperimen. Sedangkan bahan ajar yang digunakan di kelas kontrol adalah bahan ajar dengan pembelajaran konvensional. Bahan ajar Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang dibuat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yaitu kurikulum yang sedang berlaku di lapangan. Bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen akan dibuat sesuai dengan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual yang isinya memuat materi Kubus dan Balok. Bahan ajar yang disusun diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis serta soft skill siswa. Dalam menyusun bahan ajar, peneliti menyesuaikan bahan ajar dengan LKK yang digunakan dalam pembelajaran melalui pertimbangan ahli. RPP dan LKK dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran A.

F. Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini: Identifikasi Masalah Penyusunan Bahan Ajar Penyusunan Instrumen Uji Coba Instrumen Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data mentah yang perlu dilakukan pengolahan data sehingga data tersebut menjadi bermakna. Data tersebut akan lebih bermanfaat dan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang diteliti, maka data tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga memberikan arah untuk menganalisis lebih lanjut. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes dan peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa indeks gain serta data angket soft skill dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menguji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian Analisis Validasi, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Pelaksanaan Penelitian Tes Awal Kelompok Eksperimen dengan Model Pembelajaran Mood CURDER dengan Pendekatan Kontekstual Kelompok Kontrol dengan Pembelajaran Konvensional Tes Akhir dan Angket Analisis Data Kesimpulan Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov . Sedangkan jika hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas dilakukan terhadap skor pretes dan gain dari dua kelompok siswa kelas eksperimen dan kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0.

b. Menguji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok data sampel tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama dinamakan populasi homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Levene ’s test dengan bantuan program SPSS versi 16.0.

c. Uji Beda Dua Kelompok

Jika data kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen digunakan statistik uji-t Independent-samples t test. Tetapi, jika data yang dianalisis tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji Mann-Whitney. Uji-t dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0.

d. Analisis Data Indeks Gain

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil pretes dan postes. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata average normalized gain oleh Meltzer 2002 yang diformulasikan sebagai berikut. Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang diungkapkan oleh Hake Meltzer, 2002 dalam Tabel 3.14. Tabel 3.14 Klasifikasi Gain Ternormalisasi Indeks Gain Interpretasi Tinggi Sedang Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Rendah Urutan cara pengolahan data pretes dan gain ternormalisasi disajikan di bawah ini. Gambar 3.2 Bagan Prosedur Analisis Data

e. Analisis Data Angket Soft Skill

Data hasil angket soft skill diberikan poin untuk setiap pernyataan, yaitu 1 STS, 2 TS, 3 S, 4 SS untuk pernyataan positif, sebaliknya akan diberi skor 1 SS, 2 S, 3 TS, 4 STS untuk pernyataan negatif. Telah dikatakan sebelumnya bahwa angket yang digunakan untuk mengukur soft skill adalah Analisis Data Pretes dan Gain Ternormalisasi Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Data tidak berdistribusi normal Data berdistribusi normal Uji Non-Parametrik Mann-Whitney Uji Homogenitas Varians dari Dua Kelompok dengan Levene’s test Homogen Tidak homogen Uji- t’ Uji-t Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu angket skala sikap Likert dengan data yang dihasilkan berupa data dengan skala ordinal. Untuk menghitung persentase data digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: P = Persentase jawaban. f = Frekuensi jawaban. n = Banyaknya responden. Penafsiran data angket siswa dilakukan dengan menggunakan kategori persentase berdasarkan Hendro Yulianti, 2009. Tabel 3.15 Klasifikasi Gain Data Angket Soft Skill Presentasi Jawaban Interpretasi Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tak seorang pun Untuk pengujian hipotesisnya, karena data hasil angket soft skill adalah data dengan skala ordinal maka dilakukan uji Mann-Whitney, dan untuk pengklasifikasian tinggi dan rendahnya soft skill siswa, rentang skor dihitung dengan menetapkan lebar interval menggunakan rumus sebagai berikut Azwar, 2008: Keterangan: Skor tertinggi : jumlah pernyataan x skor tertinggi Skor terendah : jumlah pernyataan x skor terendah Jumlah kategori : jumlah kategori jawaban Tinggi rendahnya hasil penilaian soft skill dikategorikan sebagai tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena pernyataan berjumlah 30, jumlah pilihan jawaban Aan Staniatin, 2013 Model Pembelajaran Mood Curder Dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi,Penalaran Matematis dan Soft Skill Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4, maka skor tertinggi 4x30=120 dan skor terendah 1x30=30. Lebar interval dihitung sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, peneliti mengkategorikan soft skill rendah, sedang dan tinggi dengan rentang skor masing-masing: 30-59, 60-89, 90-120.

f. Analisis Data Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Mood CURDER dengan pendekatan kontekstual. Hasil akhir dari pengolahan data ini merupakan persentase tiap aspek aktivitas berdasarkan kecerdasan yang merupakan hasil pengamatan seluruh pertemuan. Persentase pada suatu aktivitas dihitung dengan: Keterangan: P = Persentase aktivitas guru atau siswa. Q = Skor total pengamatan aktivitas seluruh pertemuan. R = Skor maksimum setiap aspek aktivitas dari seluruh pertemuan, yaitu 24.

H. Pelaksanaan Penelitian