Pengertian Sosiologi Anggapan Dasar

10 dapat diekspresikan keluar dalam berbagai bentuk, sebab tanpa bentuk tidak akan mungkin isi disampaikan kepada orang lain. Ciri khas pengungkapan bentuk pada sastra adalah bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi didalam suatu bentuk yang indah.

2.1.2 Pengertian Sosiologi

Secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu Socius dan Logos. Socius berarti kawan, dan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi jika dilihat dari asal katanya, maka sosiologi itu berarti berbicara tentang masyarakat, atau dengan perkataan lain ilmu yang memperbincangkan tentang masyarakat. Kata sosiologi adalah istilah yang mempunyai hubungan erat dengan masyarakat. Sosiologi pada dasarnya mempelajari kesatuan hidup manusia yang terbentuk hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok lain. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia- manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat. Sosiologi di sisi lain sebagai ilmu berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan sebuah karya satra. Nilai-nilai sosiologi pada sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Ilmu sosiologi digunakan untuk masyarakat itu sendiri dan diciptakan oleh masyarakat demi terjalinnya hubungan yang harmonis antara satu anggota masyarakat dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara 11 Sesuai dengan penjelasan diatas, kita dapat mengetahui nilai-nilai sosiologis sebuah cerita berdasarkan zamannya. Perubahan zaman dapat mengubah asumsi masyarakat mengenai nilai-nilai sosiologisnya. Soekanto, 1982:12 mengemukakan sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi persyaratan suatu ilmu pengetahuan yakni: 1. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan observasi dengan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. 2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstrak dari hasil-hasil observasi tersebut sehingga merupakan kerangka pada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat. 3. Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori yang sudah ada diperbaiki dan diperluas. 4. Sosiologi bersifat non-etnis, karena tidak mempersoalkan baik buruk fakta melainkan hanya memperjelaskan fakta. Menurut Laursen 1972 dalam Fananie 2000:133 terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra yaitu: 1. Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosiologi yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. 2. Perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya. Universitas Sumatera Utara 12 3. Model yang dipakai karya sastra tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah. Sosiologi dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai ilmu atau kelompok pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya serta proses pembudayaannya. Ilmu sosiologi dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari tentang nilai-nilai sosiologi dalam sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Seperti yang diuraikan diatas bahwa dalam mencari nila-nilai sosial dalam sebuah cerita, dapat digunakan sebuah perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnnya. Perspektif sebagai cerminan status sosial dapat digambarkan bagaimana status sosial penulis dalam situasi cerita itu terjadi, sehingga dapat menyampaikan nilai-nilai sosial yang harus dipahami oleh pembaca terlebih kepada masyarakat penganutnya.

2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra